Acara ritual penyatuan Ranggaslawi dan Rismala berlangsung khidmat, kemudian berlanjut dengan jamuan makan malam. Sahabat dan tokoh istana terpercaya saja yang menghadiri. Kuatir terdengar oleh sri ratu, ia pasti makin antipati kepada putera mahkota, lagi peperangan mengadakan acara perkawinan, meski mereka tidak dilibatkan. "Macan betina akhirnya jinak juga," canda Golok Santet. "Jangan jadi marmot di kamar, pasti digasak habis!" Mereka tertawa. "Apakah masih kuat di tanjakan?" goda Gagak Betina. "Aku kuatir kehabisan nafas sebelum mencapai puncak." "Usiaku separuh lebih banyak dari suamimu," balas Ranggaslawi. "Kemampuanku juga berarti separuh lebih banyak." Rismala tidak ada pilihan selain mengakhiri masa jomblo dengan pendekar botuna. Ia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi. Tapak Mega terlibat dalam peperangan yang tak mungkin dimenangkan. Keponakannya, Pangeran Penamburan dan Srikiti tewas dalam bentrokan dengan kalangan sendiri. Rismala berharap Ranggaslawi menyayangi d
"Keinginan ananda apa tidak bisa dibicarakan lagi?" Ratu Purbasari mencoba menahan kepergian puteri mahkota. Rombongan besar sudah siap berangkat di halaman istana. Tiga kereta kencana dengan model sama persis berderet di antara kereta logistik dan pegawai istana. Tiga kereta itu untuk menyamarkan keberadaan puteri mahkota dari ancaman di perjalanan. "Aku kira meninggalkan istana Kotaraja bukan solusi terbaik." "Tidak ada solusi terbaik untuk situasi ini," sahut Dewi Anjani. "Ibunda ratu selalu mengulangi kesalahan serupa, kesalahan yang membuatku bisa kehilangan garwa." "Keputusanku semata-mata untuk menyelamatkan leluhur kita." "Keputusan itu hanya asumsi dari Ratu Singkawang," tegas Dewi Anjani keras. "Patih Mahameru sudah menjelaskan bahwa Nyi Ratu Suri berada bersama mereka. Alangkah naif mengira ia tersesat di labirin ciptaannya." "Ketua lama sudah merubah lay out dan menciptakan beberapa labirin untuk kepentingan Tapak Mega. Hal itu yang menjadi pertimbangan diriku." "N
"Lembu Sakti memberi kabar Reksajiwa dan beberapa tokoh istana terperangkap di labirin alam." Mahameru menyampaikan laporan saat makan siang. Cakra kelihatan asyik menikmati panggang ayam hutan seolah tidak mendengarkan. Padahal Lembu Sakti adalah wakil ketua tokoh istana yang sangat mendukung kebijakan putera mahkota, sepatutnyalah diperhatikan. Tapi Mahameru tidak menyalahkan sang pangeran kalau menanggapi dengan dingin. "Aku sudah memberi tahu kalian tentang kemungkinan yang terjadi, lalu apa yang menarik?" "Patik tahu laporan ini kurang nyaman untuk pangeran. Tapi Lembu Sakti meminta patik untuk menyampaikan kepada pangeran." "Lalu apa jawabanmu?" "Agresi ke markas besar pemberontak bukan di bawah kendali pangeran, jadi pangeran sulit turun tangan tanpa perintah baginda ratu." "Tanggapan Lembu Sakti bagaimana?" "Ia mencoba mengerti. Maka itu ia dan rombongan menunggu keputusan dari istana." "Takkan ada perintah apapun dari istana selain menunggu mereka keluar dari labirin
"Mereka menunggu purnama untuk kembali ke alam roh." Cakra tahu dari Nyi Ratu Suri kalau gerbang transisi hanya terbuka saat purnama, sehingga mereka gentayangan di alam nyata. "Berarti makhluk roh menunggu di markas besar sampai purnama tiba," kata Iblis Cinta. "Kita mesti dapat mencegatnya sebelum masuk ke gerbang transisi." "Prioritas kita adalah menangkap Tapak Mega dan lima wakilnya," sahut Cakra. "Tiga lagi biarlah pulang ke alam roh. Mereka tidak dapat berkuasa di alam nyata tanpa bantuan makhluk kasat mata." "Apakah seperti itu sifatnya?" tanya Mahameru. "Bukankah mereka menjadi kunci kekuatan Tapak Mega?" "Hanya sebagian kecil makhluk roh yang mampu menampakkan diri tanpa bantuan energi inti makhluk nyata. Sebagian besar menjadi roh gentayangan dan butuh media penampakan." "Berarti tugas kita menunggu di istana Curug Empat?" "Ya. Hari sudah sore. Lampu yang sekiranya perlu saja dinyalakan." Cakra berkeyakinan Tapak Mega dan lima wakilnya tidak bertahan di markas besar.
"Aku tahu kau sangat menantikan kedatanganku karena rindu kepada puteri mahkota." Nyi Ratu Suri menampakkan diri di dekat Cakra yang berbaring di tempat tidur. Ksatria itu bangkit duduk dengan sumringah. Lamunan percintaan dengan Dewi Anjani serta merta terbang dari kepalanya. "Kau tahu kenapa aku sangat mengharapkan kehadiranmu?" "Kau sedang berfantasi bercinta dengan Anjani." Terkaan ratu bidadari jarang meleset, tapi jarang juga Cakra mengakuinya. "Jangan sotoy. Aku rindu berguru padamu." Cakra membuka kancing blus berenda emas. Nyi Ratu Suri memeriksa suhu pemuda itu dengan menempelkan punggung tangan di dahinya. "Normal." "Yang bilang demam siapa?" "Kau bilang rindu berguru padaku, kenapa kau buka kancing bajuku?" "Aku tahu kau menurunkan ilmu kanuragan lewat bercinta." Nyi Ratu Suri terkejut. Matanya memandang tak berkedip. "Jangan drama deh," kata Cakra. "Aku tertarik dengan ilmu Seruput Jiwa." "Kau serius?" "Kok kayak kurang pede jadi guru? Sumpah! Kau adalah gur
"Aku ingin bercinta sepuluh kali untuk mendapat dua ilmu tersisa." Cakra menghantam lewat belakang dengan cepat. Erangan nikmat berhamburan dari mulut mereka. "Lima saja sampai pagi." "Tidak apa bercinta sehari semalam secara nonstop." "Kau mau aku jadi kuda terbang?" Ratu bidadari mencengkram sprei kuat-kuat dengan kepala rebah di kasur. Doggy adalah gaya favorit Cakra. Ia membiarkan ksatria itu menghunjam sampai puas meski lututnya mulai terasa lunglai. Plak! Bunyi pinggang menghantam bokong terdengar sangat keras. Nyi Ratu Suri terdorong dan jatuh berbaring tengkurap. Cakra mengakhiri dengan hunjaman sangat dalam. "Oh, baby...!" lenguh ratu bidadari nikmat. Kemudian mereka berbaring miring. Nyi Ratu Suri mengangkat sebelah kaki ke atas pinggang Cakra yang berbaring di belakangnya. Cakra bergerak masuk sambil meremas bukit yang sangat kencang. Ratu bidadari meraih leher ksatria itu dan mengecup bibirnya dengan mesra. "Kau sudi menghantam bokong kuda kalau aku menginginkan?
"Maharini?" Cakra memandang pelayan pribadinya dengan tak percaya. Buat apa puteri mahkota dari Utara datang berkunjung secara mendadak? Maharini adalah calon permaisuri kedua yang disiapkan Nyi Ratu Suri sebelum Cakra mengikat janji suci dengan Puteri Rinjani. Ia minggat dari istana karena tidak setuju ibundanya kawin lagi dengan bangsa manusia. Jadi tidak mungkin ia mewakili Ratu Ipritala untuk membahas ketegangan di Bukit Penamburan. "Betul, pangeran," jawab Melati. "Tolong sampaikan untuk menunggu sebentar, aku membersihkan badan terlebih dahulu." "Baik, pangeran." Melati pergi ke graha tamu untuk menyampaikan pesan dari majikannya. Cakra menutup pintu pesanggrahan dan berjalan ke bilik mandi untuk membersihkan badan. Tamu istimewa ini di luar perkiraan. Maharini adalah sahabat Puteri Rinjani. Mereka berseteru dengan puteri mahkota Nusa Kencana. "Apakah ia datang untuk menagih janji?" gumam Cakra sambil berendam di bak kayu berbentuk bundar. "Karena itu Nyi Ratu Suri per
"Aku tidak mencari-cari alasan." Cakra menghadapi kemarahan Ratu Singkawang dengan tenang. Sifat keras kepala ratu ketiga menular pada Ratu Nusa Kencana. "Kau mendesak ibu mertua untuk mengangkat putra kekasihmu menjadi raja." "Kau sudah terpengaruh omong kosong Wiraswara!" "Kau dan guruku adalah pasangan terburuk sepanjang masa. Aku tidak mendengar kalian untuk mengambil keputusan yang menyangkut rakyat banyak. Aku memilih Bramantana bukan lantaran ia putra guruku, ia memiliki kapasitas untuk menjadi penguasa." Ratu Singkawang sudah kehabisan akal untuk memaksa Cakra. Kalau menggunakan kekerasan, ia pasti disalahkan leluhur Nusa Kencana. "Kau ternyata sangat keras kepala," keluh Ratu Singkawang. "Kau begitu percaya pada cerita dusta Wiraswara." "Sampai jadi roh, kau tetap membantah affair mu. Padahal aku mendengar cerita itu bukan dari guruku, dari pihak yang tidak ada kepentingan dengan kalian tapi sangat berkepentingan dengan Nusa Kencana." "Jangan mengada-ada!" "Jadi kau a