"Apakah tiga puluh belum cukup bagimu?" Rismala mendelik marah saat Ranggaslawi masuk ke pesanggrahan. Ia berbaring di atas tempat tidur dalam keadaan tertotok. "Sekarang kau memintaku jadi istri terakhir!" "Aku akan menceraikan mereka jika kau bersedia married denganku. Aku ingin menghabiskan sisa umur di Amsterdam, kota impianmu." "Bebaskan aku!" "Aku akan membebaskan dirimu kalau kau berhenti berteriak. Kau mestinya berpikir kenapa aku tidak menjamahmu, aku ingin kau ikhlas melayani, aku sangat menyayangimu." Rismala mengakui pendekar botuna sangat bebas berbuat apa saja karena ia tak berdaya. "Tua bangka tidak tahu malu!" "Kalau tahu malu, aku tidak jatuh cinta kepadamu." "Kenapa kau tidak memilih satu di antara istrimu untuk menghabiskan hari tua di Amsterdam?" "Mereka married denganku lantaran duit, aku lantaran nafsu. Jadi apa yang tersisa nanti di kota romantis?" "Kau tahu aku tidak pernah mencintaimu!" "Tapi aku sangat mencintaimu. Aku tidak peduli bagaimana perasa
Acara ritual penyatuan Ranggaslawi dan Rismala berlangsung khidmat, kemudian berlanjut dengan jamuan makan malam. Sahabat dan tokoh istana terpercaya saja yang menghadiri. Kuatir terdengar oleh sri ratu, ia pasti makin antipati kepada putera mahkota, lagi peperangan mengadakan acara perkawinan, meski mereka tidak dilibatkan. "Macan betina akhirnya jinak juga," canda Golok Santet. "Jangan jadi marmot di kamar, pasti digasak habis!" Mereka tertawa. "Apakah masih kuat di tanjakan?" goda Gagak Betina. "Aku kuatir kehabisan nafas sebelum mencapai puncak." "Usiaku separuh lebih banyak dari suamimu," balas Ranggaslawi. "Kemampuanku juga berarti separuh lebih banyak." Rismala tidak ada pilihan selain mengakhiri masa jomblo dengan pendekar botuna. Ia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi. Tapak Mega terlibat dalam peperangan yang tak mungkin dimenangkan. Keponakannya, Pangeran Penamburan dan Srikiti tewas dalam bentrokan dengan kalangan sendiri. Rismala berharap Ranggaslawi menyayangi d
"Keinginan ananda apa tidak bisa dibicarakan lagi?" Ratu Purbasari mencoba menahan kepergian puteri mahkota. Rombongan besar sudah siap berangkat di halaman istana. Tiga kereta kencana dengan model sama persis berderet di antara kereta logistik dan pegawai istana. Tiga kereta itu untuk menyamarkan keberadaan puteri mahkota dari ancaman di perjalanan. "Aku kira meninggalkan istana Kotaraja bukan solusi terbaik." "Tidak ada solusi terbaik untuk situasi ini," sahut Dewi Anjani. "Ibunda ratu selalu mengulangi kesalahan serupa, kesalahan yang membuatku bisa kehilangan garwa." "Keputusanku semata-mata untuk menyelamatkan leluhur kita." "Keputusan itu hanya asumsi dari Ratu Singkawang," tegas Dewi Anjani keras. "Patih Mahameru sudah menjelaskan bahwa Nyi Ratu Suri berada bersama mereka. Alangkah naif mengira ia tersesat di labirin ciptaannya." "Ketua lama sudah merubah lay out dan menciptakan beberapa labirin untuk kepentingan Tapak Mega. Hal itu yang menjadi pertimbangan diriku." "N
"Lembu Sakti memberi kabar Reksajiwa dan beberapa tokoh istana terperangkap di labirin alam." Mahameru menyampaikan laporan saat makan siang. Cakra kelihatan asyik menikmati panggang ayam hutan seolah tidak mendengarkan. Padahal Lembu Sakti adalah wakil ketua tokoh istana yang sangat mendukung kebijakan putera mahkota, sepatutnyalah diperhatikan. Tapi Mahameru tidak menyalahkan sang pangeran kalau menanggapi dengan dingin. "Aku sudah memberi tahu kalian tentang kemungkinan yang terjadi, lalu apa yang menarik?" "Patik tahu laporan ini kurang nyaman untuk pangeran. Tapi Lembu Sakti meminta patik untuk menyampaikan kepada pangeran." "Lalu apa jawabanmu?" "Agresi ke markas besar pemberontak bukan di bawah kendali pangeran, jadi pangeran sulit turun tangan tanpa perintah baginda ratu." "Tanggapan Lembu Sakti bagaimana?" "Ia mencoba mengerti. Maka itu ia dan rombongan menunggu keputusan dari istana." "Takkan ada perintah apapun dari istana selain menunggu mereka keluar dari labirin
"Mereka menunggu purnama untuk kembali ke alam roh." Cakra tahu dari Nyi Ratu Suri kalau gerbang transisi hanya terbuka saat purnama, sehingga mereka gentayangan di alam nyata. "Berarti makhluk roh menunggu di markas besar sampai purnama tiba," kata Iblis Cinta. "Kita mesti dapat mencegatnya sebelum masuk ke gerbang transisi." "Prioritas kita adalah menangkap Tapak Mega dan lima wakilnya," sahut Cakra. "Tiga lagi biarlah pulang ke alam roh. Mereka tidak dapat berkuasa di alam nyata tanpa bantuan makhluk kasat mata." "Apakah seperti itu sifatnya?" tanya Mahameru. "Bukankah mereka menjadi kunci kekuatan Tapak Mega?" "Hanya sebagian kecil makhluk roh yang mampu menampakkan diri tanpa bantuan energi inti makhluk nyata. Sebagian besar menjadi roh gentayangan dan butuh media penampakan." "Berarti tugas kita menunggu di istana Curug Empat?" "Ya. Hari sudah sore. Lampu yang sekiranya perlu saja dinyalakan." Cakra berkeyakinan Tapak Mega dan lima wakilnya tidak bertahan di marka
"Aku tahu kau sangat menantikan kedatanganku karena rindu kepada puteri mahkota." Nyi Ratu Suri menampakkan diri di dekat Cakra yang berbaring di tempat tidur. Ksatria itu bangkit duduk dengan sumringah. Lamunan percintaan dengan Dewi Anjani serta merta terbang dari kepalanya. "Kau tahu kenapa aku sangat mengharapkan kehadiranmu?" "Kau sedang berfantasi bercinta dengan Anjani." Terkaan ratu bidadari jarang meleset, tapi jarang juga Cakra mengakuinya. "Jangan sotoy. Aku rindu berguru padamu." Cakra membuka kancing blus berenda emas. Nyi Ratu Suri memeriksa suhu pemuda itu dengan menempelkan punggung tangan di dahinya. "Normal." "Yang bilang demam siapa?" "Kau bilang rindu berguru padaku, kenapa kau buka kancing bajuku?" "Aku tahu kau menurunkan ilmu kanuragan lewat bercinta." Nyi Ratu Suri terkejut. Matanya memandang tak berkedip. "Jangan drama deh," kata Cakra. "Aku tertarik dengan ilmu Seruput Jiwa." "Kau serius?" "Kok kayak kurang pede jadi guru? Sumpah! Kau adalah gur
"Aku ingin bercinta sepuluh kali untuk mendapat dua ilmu tersisa." Cakra menghantam lewat belakang dengan cepat. Erangan nikmat berhamburan dari mulut mereka. "Lima saja sampai pagi." "Tidak apa bercinta sehari semalam secara nonstop." "Kau mau aku jadi kuda terbang?" Ratu bidadari mencengkram sprei kuat-kuat dengan kepala rebah di kasur. Doggy adalah gaya favorit Cakra. Ia membiarkan ksatria itu menghunjam sampai puas meski lututnya mulai terasa lunglai. Plak! Bunyi pinggang menghantam bokong terdengar sangat keras. Nyi Ratu Suri terdorong dan jatuh berbaring tengkurap. Cakra mengakhiri dengan hunjaman sangat dalam. "Oh, baby...!" lenguh ratu bidadari nikmat. Kemudian mereka berbaring miring. Nyi Ratu Suri mengangkat sebelah kaki ke atas pinggang Cakra yang berbaring di belakangnya. Cakra bergerak masuk sambil meremas bukit yang sangat kencang. Ratu bidadari meraih leher ksatria itu dan mengecup bibirnya dengan mesra. "Kau sudi menghantam bokong kuda kalau aku menginginkan?
"Maharini?" Cakra memandang pelayan pribadinya dengan tak percaya. Buat apa puteri mahkota dari Utara datang berkunjung secara mendadak? Maharini adalah calon permaisuri kedua yang disiapkan Nyi Ratu Suri sebelum Cakra mengikat janji suci dengan Puteri Rinjani. Ia minggat dari istana karena tidak setuju ibundanya kawin lagi dengan bangsa manusia. Jadi tidak mungkin ia mewakili Ratu Ipritala untuk membahas ketegangan di Bukit Penamburan. "Betul, pangeran," jawab Melati. "Tolong sampaikan untuk menunggu sebentar, aku membersihkan badan terlebih dahulu." "Baik, pangeran." Melati pergi ke graha tamu untuk menyampaikan pesan dari majikannya. Cakra menutup pintu pesanggrahan dan berjalan ke bilik mandi untuk membersihkan badan. Tamu istimewa ini di luar perkiraan. Maharini adalah sahabat Puteri Rinjani. Mereka berseteru dengan puteri mahkota Nusa Kencana. "Apakah ia datang untuk menagih janji?" gumam Cakra sambil berendam di bak kayu berbentuk bundar. "Karena itu Nyi Ratu Suri per
Raden Manggala bersama beberapa pembantunya mengadakan perjamuan makan malam yang dihadiri puluhan istrinya. Perempuan-perempuan muda itu pergi ke Puri Abadi secara sukarela tanpa sepengetahuan suami atau orang tua sehingga dikabarkan diculik. Kebiasaan jelek warga kampung Luhan adalah menyebarkan berita tanpa menyaring dahulu kebenaran berita itu. "Perjuangan takkan pernah padam," kata Raden Manggala. "Kita tinggalkan para pecundang yang menginginkan imbalan semata. Aku akan berusaha memberikan kehidupan yang lebih baik bagi kalian." Semua wanita yang menghadiri perjamuan tidak tahu kalau makanan dan minuman yang dihidangkan adalah hasil rampokan. Mereka mengira uang hasil usaha penginapan termewah di Butong, milik Manggala. Mereka juga baru mengetahui sosok Manggala secara jelas, dan mereka tidak menyesal menjadi istrinya. Manggala sangat gagah dan tampan. "Aku sebelumnya minta maaf, kalian ke depannya akan mengalami pengurangan fasilitas, sebab hartaku ludes diambil
Cakra merasa banyak waktu senggang. Kelompok pergerakan bukan ancaman serius secara global, skalanya sangat kecil. Maka itu ia tidak keberatan ketika istana mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam untuk janji suci mereka. "Pesta itu untuk rakyat," kata Nawangwulan. "Kita tidak perlu hadir sepanjang waktu." "Protokoler istana melarang rakyat untuk menyampaikan ucapan selamat secara langsung," keluh Cakra. "Jadi kita hadir sekedar seremonial saja." "Kau maunya seperti apa?" "Kita keliling Kotaraja untuk menyapa rakyat." "Perlu berapa hari kita mengelilingi Kotaraja?" "Tidak sampai tujuh hari tujuh malam kan? Apa salahnya kita mengadakan resepsi di setiap penginapan yang disinggahi supaya rakyat merasa lebih dekat?" "Sayang ... aku berarti harus merubah protokoler istana." "Ibunda ratu keberatan?" "Ia keberatan kalau kita merasa kecewa dengan perjamuan." "Kalau begitu kita rubah pesta sesuai keinginan kita!" Seluruh pegawai istana kelimpungan ada perubahan agenda
Dengan bantuan intisari roh, Cakra berhasil memindahkan harta di kediaman adipati ke rumah Adinda yang kini kosong. "Aku butuh kereta barang untuk mengangkut ke istana," gumam Cakra. "Warga kampung Luhan pasti curiga kalau aku sewa kereta barang. Apakah aku minta bantuan Nawangwulan saja?" Ratu Kencana muncul di kamar tirakat. Cakra tersenyum senang. "Kebetulan...!" seru Cakra. "Kebetulan apa?" sergah Ratu Kencana. "Kebetulan kau sedang mau digampar?" "Aku butuh kereta barang untuk mengangkut harta karun ke istana. Dapatkah kau menciptakan binatang penarik bertenaga super?" "Tidak ada ilmu yang bisa menciptakan makhluk hidup, tapi kau bisa menciptakan tiruannya." "Betul juga...! Lalu kau datang mau apa?" Plak! Plak! "Aku ingin menamparmu...!" geram Ratu Kencana. "Aku menjadi gunjingan di semua jazirah gara-gara kau!" Pasti soal bercinta lagi, batin Cakra kecut. Ratu itu sangat jengkel dibilang mentransfer ilmu lewat kemesraan. "Kau mestinya memberi klarifikasi! Ja
Kampung Luhan gempar. Penggerebekan rumah Adinda oleh pasukan elit Kotaraja sangat mengejutkan. Gelombang protes muncul secara sporadis. Mereka menganggap penangkapan lima puluh wanita dan beberapa petugas keamanan sangat beraroma politis. Adipati Butong laksana kebakaran jenggot, padahal tidak berjenggot. Ia bukan meredam massa yang berdemo di depan kantor kadipaten, malah semakin membangkitkan amarah. "Tenang! Tenang! Beri saya kesempatan untuk berbicara!" Warga berusaha diam, kebanyakan orang tua perempuan yang ditangkap. "Saya tidak tahu apa-apa dalam peristiwa itu! Istana tidak berkoordinasi dengan saya! Saya akan melancarkan protes keras pada istana!" "Bukan protes! Bebaskan anak kami! Mereka tidak bersalah!" "Pasukan elit sudah berbuat sewenang-wenang! Mereka membawa anak kami ke Kotaraja untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang tidak mereka lakukan!" "Bebaskan anak kami...!" "Bebaskan istri kami...!" "Tenang! Tenang! Beri saya waktu untuk menyelesaikan
"Selamat pagi, Tuan Khong!" Seluruh pelayan di dapur mengangguk hormat menyambut kedatangan kepala koki di pintu masuk. "Ada yang sakit pagi ini?" "Tidak ada, Tuan Khong." "Bagus." Khong mendatangi Chan Xian yang tengah menyiapkan minuman hangat. "Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Khong. "Pagi terindah bagiku," jawab Chan Xian. "Kau pasti mendapat gift universe lagi." Pelayanan kamar yang memuaskan akan menerima uang tip besar dari tamu. Chan Xian adalah primadona di penginapan termewah di Butong. Chan Xian terlihat sangat ceria, padahal hatinya menderita. "Aku dapat sepuluh gift universe pagi ini. Entah karena pelayanan yang memuaskan atau karena kecantikan diriku." "Perempuan cantik selalu memuaskan." Khong adalah kepala koki mata keranjang. Beberapa asisten koki sering tidur dengannya. Chan Xian pasti sudah jadi korban kalau bukan puteri mahkota. Semua pegawai menaruh hormat kepadanya. Chan Xian menjadi asisten koki secara sukarela. Ia tinggal di rumah mewah dengan
Hari sudah pagi. Cakra bangun dan pergi mandi, kemudian berpakaian. Jie masih tertidur pulas di pembaringan. Cakra menghubungi Nawangwulan lewat Sambung Kalbu. "Sayang...!" pekik puteri mahkota Segara gembira. "Ada apa menghubungi aku?" "Aku ada informasi penting," sahut Cakra. "Lima puluh istri Manggala akan mengadakan pertemuan rahasia di rumah Adinda, kepala front office kastil Mentari, dengan modus party dance." "Sayang ... kau berada di kampung Luhan?" "Ikan paus membawa diriku ke mari." "Ia ratu siluman. Ia sering menolong kesatria yang ingin berkunjung ke negeriku." "Tapi jutek banget." Nawangwulan tertawa lembut. "Ia biasanya minta upah ... barangkali ia sungkan karena kau adalah calon garwaku, ia jadi bete." "Dari mana ia tahu aku calon garwamu?" "Seluruh penghuni samudera sudah tahu kabar itu, dan Ratu Paus bukan sekedar tahu, ia mengenal sosokmu." Upah yang diminta pasti bercinta. Edan. Bagaimana ia bercinta dengan ikan paus? Siluman ikan biasanya hanya berubah
Sejak awal Cakra sudah curiga dengan Jie. Ia melihat sosok berbeda terbelenggu tabir misteri. Cakra ingin membebaskan sosok itu dari belenggu dengan mengalirkan energi intisari roh. "Aku adalah puteri mahkota dari kerajaan Terumbu," kata Jie. "Aku mendapat kutukan dari Raja Sihir karena menolak lamarannya." "Ada kerajaan sihir di jazirah tirta?" "Tidak ada. Ia pemilik Puri Abadi di wilayah tak bertuan." "Kalian kesulitan menangkap Raja Sihir untuk mencabut kutukan?" "Raja Sihir ditemukan tewas saat tokoh istana menyerbu ke Puri Abadi." "Siapa yang membunuhnya?" "Ia mati diracun murid tunggalnya, Raden Manggala." "Jadi kau datang ke kampung Luhan dalam rangka mencari Raden Manggala untuk mencabut kutukan?" "Ahli nujum istana mendapat wangsit; aku akan terbebas dari kutukan kalau ada kesatria gagah dan tampan bersedia bercinta denganku." "Kesatria di negerimu tidak ada yang bersedia?" "Lubangku mendadak hilang, ada bibir besar saja." "Lubangmu tertutup tabir sehingga ter
Kehidupan di kampung Luhan tenteram dan damai, padahal menjadi markas pergerakan. Kelompok ini sulit diketahui keberadaannya. Mereka berbaur dengan masyarakat dan menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Pada saat dibutuhkan, mereka beroperasi secara masif, terstruktur, dan sistematis. Pergerakan seperti itu sangat berbahaya karena mereka akan memanfaatkan setiap peristiwa untuk menjatuhkan istana. "Kau tahu di mana kediaman Raden Manggala?" tanya Cakra. "Aku melihat tidak ada kekacauan di kampung ini. Gerakan mereka rapi sekali." "Bagaimana rupa Raden Manggala saja aku tidak tahu," sahut Jie. "Konon ia operasi plastik di negeri manusia sehingga sulit dikenali. Aku curiga anggota pergerakan telah menculik Chan Xian." "Apakah kakakmu pernah berurusan dengan kelompok Manggala?""Tidak." "Lalu ia diculik untuk apa? Untuk minta tebusan?" "Untuk jadi istri." "Jadi pemimpin pemberontak itu bujang lapuk?" "Istri keseribu." "Luar biasa...! Cukup untuk modal pemberont
"Aku berasal dari bangsa Incubus." Cakra merasa jawaban itu adalah jawaban paling aman. Nama bangsa itu sudah termasyhur ke seantero jagat raya. Ia pasti menjadi binatang buruan jika mengaku bangsa manusia. Perempuan di negeri ini akan menjadikan dirinya gongli dengan penampilan sekeren ini. "Jangan keras-keras," tegur perempuan gembrot. "Kedengaran mereka hidupmu dijamin bakal susah." Cakra kaget. "Mereka tergila-gila pada bangsa Incubus. Mereka rela meninggalkan suami untuk mendapatkan pria Incubus, lebih-lebih pria segagah dan setampan dirimu." Cakra terbelalak. Celaka! "Kau bukan wanita kampung ini?" "Namaku Jiefan, panggil saja Jie, kayaknya kita seumuran. Aku dari negeri tetangga." "Oh, pantas...! Lagi pula, siapa yang tertarik kepada perempuan sebesar kerbau bunting? Ia pasti menjadi musuh lelaki satu bangsa! "Jadi aku aman jalan bersama dirimu?" "Kau aman kalau mengaku dari bangsa manusia dan berwajah jelek." "Waduh...!" "Kau akan jadi musuh per