Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 206. Bukan Kuda Binal

Share

206. Bukan Kuda Binal

Penulis: Enday Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-26 23:24:19
"Kabut kenikmatan datang."

Cakra memandang Nyi Ratu Suri penuh arti. Kabut racun asmara turun menyapa alam sekitar dengan aroma khas.

"Kau yakin mau lagi?"

Nyi Ratu Suri merasa tersanjung Cakra sangat berhasrat kepadanya.

Padahal sepanjang siang hujan deras dan mereka mengisi waktu dengan keringat cinta. Ia merelakan pemuda itu memanjakan tubuhnya jengkal demi jengkal. Jeda hanya saat makan.

Cakra seakan tidak merasa lelah menjadi joki, selalu ada dorongan untuk memulai, padahal ratu bidadari bukan kuda binal.

"Pertanyaan itu untuk ksatria bodoh."

"Bagaimana dengan lima perempuan yang bersembunyi di balik pohon?"

Lima pendekar wanita sudah mengintai di kegelapan sebelum turun kabut.

"Justru aku menginginkan mereka keluar dengan mencumbu dirimu."

"Kau tidak malu?"

"Memberi tontonan gratis lagi marak di Bukit Penamburan."

"Maksudku kau tidak malu pendekar besar dianggap stres ngomong sendiri?"

Cakra baru sadar Nyi Ratu Suri tidak menampakkan diri secara kasat mata. Hanya ia
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjanjian Leluhur   207. Ribet Jadi Orang Waras

    "Jadi kau calon selir ketua baru?" Cakra mendatangi Selendang Ungu yang berdiri dengan tangan terentang ke depan mirip vampir. Empat pendekar lain masih terduduk kelelahan di tanah. "Bagaimana ketua baru bisa mengambil selir dari bangsa Incubus yang belum menjadi roh?" "Aku calon selir di alam nyata." "Enak sekali jadi ketua Dewan Agung, bisa mengambil selir sesuka hati. Lucunya kau bangga menjadi budak seks!" "Suatu kehormatan menjadi selir bagi ketua. Mereka adalah perempuan pilihan di jazirah ini." "Bullshit! Tahta membuatmu silau! Sudi mencampakkan pangeran dari kerajaan Tandem yang ingin mempersunting mu menjadi istri!" Selendang Ungu terkejut. "Bagaimana kau tahu?" "Aku tahu semua kejadian di daratan ini. Semut pun tak luput dari perhatianku." Padahal Cakra mendapat bisikan dari Nyi Ratu Suri. Ia malas menerawang sampai sejauh itu. "Berarti benar kau adalah calon Raja Agung." Hanya Raja Agung yang mempunyai kepedulian pada semua makhluk di dataran ini. Ia akan menghuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • Perjanjian Leluhur   208. Memewahkan Cinta

    "Rasanya berat sekali meninggalkan dangau." Cakra dan Nyi Ratu Suri berjalan bersisian, membuntuti Melati yang menggiring empat sahabatnya yang berjalan melompat-lompat seperti vampir. Dangau itu menjadi saksi mereka melewati malam-malam indah. Malam yang sulit terlupakan, berawal dari bercanda kemudian menjadi malam penuh kenikmatan. "Dangau itu telah memewahkan cinta," bisik Nyi Ratu Suri mesra. "Kau adalah ksatria yang pandai memanjakan wanita." Cakra memandang tak percaya. "Cinta? Jadi...?" "Apakah puteri mahkota tidak boleh memiliki rasa cinta kepada sang pangeran?" Nyi Ratu Suri tersenyum manis. "Melati sangat percaya kalau aku adalah Anjani." Mengangkat Melati jadi pelayan pribadi adalah kesalahan konyol. Cakra kira Nyi Ratu Suri bakal merasa tersisihkan, namun justru berani menampakkan diri sehingga bisa dilihat secara kasat mata. Melati percaya kalau Nyi Ratu Suri adalah puteri mahkota. Ia bahkan menawarkan diri menjadi dayang pribadi. Cakra jadi makin sulit melepaska

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-28
  • Perjanjian Leluhur   209. Perempuan Masa Lalu

    "Kurang ajar!" Tapak Mega menggebrak meja sampai ambrol, padahal terbuat dari kayu langka atos. Matanya menyala-nyala terbakar kemarahan. Gerahamnya bergemerutuk menahan emosi yang membludak. Semua pendekar utama yang berada di ruangan itu terduduk diam dengan kepala menunduk. "Pendekar Lembah Cemara harus mampus di tanganku!" "Kendalikan emosimu, kakang," kata Madeline. "Kau mestinya senang anak kita ternyata masih hidup." Pangeran Penamburan dan Srikiti sudah dinyatakan gugur dalam pertarungan di hutan kayu. Sebuah pukulan telak lantaran serangan balasan menemui kegagalan, banyak pendekar utama jadi korban. Tahu-tahu kini ada kabar Pangeran Penamburan dan Srikiti disandera Cakra, dan ia minta pertukaran. "Rasa senangku tidak mengurangi rasa benciku kepada pemuda keparat itu! Apa maksudnya minta pertukaran dengan Rismala?" Tapak Mega benar-benar tidak mengerti pendekar gagah perkasa menginginkan perempuan separuh baya. Rismala masih terlihat cantik dan seksi, tapi perempuan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29
  • Perjanjian Leluhur   210. Saatnya Membuang Rasa Muak

    "Aku bukan pengkhianat!" Melati memandang mereka dengan tajam. Tangan Srikiti dan Pangeran Penamburan tergantung pada tugu kelamin pria di tepi ngarai. Keringat mengucur di dahi mereka tersengat matahari. Di sekitar tugu tidak ada pepohonan. "Aku muak dengan apa yang kulihat di Bukit Penamburan. Ketika pendekar besar memintaku untuk menemani pengembaraan, maka saat paling tepat untuk membuang rasa muak itu." "Mulutmu sangat lancang, Melati," geram Pangeran Penamburan. "Kau akan menerima ganjaran sangat pedih dariku." "Kapan kau memberi ganjaran sangat pedih? Setahuku kau memberi ganjaran yang menyebabkan mereka ketagihan. Aku melihat kebebasan yang digaungkan baru sebatas hubungan badan." Melati termasuk aktivis reformasi yang getol menyuarakan perubahan pada kehidupan sosial, mendukung hak asasi yang dicanangkan perserikatan kerajaan. Berhubung hak asasi banyak dikangkangi perserikatan, Melati berhenti berjuang. Ia terpeleset masuk kelompok pengacau Bidadari Pencari Cinta, di m

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-30
  • Perjanjian Leluhur   211. Berhutang Cinta

    "Takut hanya milik para pecundang." Cakra kelihatan sangat tenang menghadapi kepungan ratusan pendekar sakti. Mereka membawa berbagai senjata pusaka, sebagian bertangan kosong. Sebuah keniscayaan dapat lolos kalau Cakra tidak memiliki ilmu Pindah Raga. Tapi ia tidak berniat melarikan diri. "Aku menunggu di ngarai sebagai ksatria Nusa Kencana." "Begitu yakinnya dirimu dapat pergi dengan bernyawa," dengus Brastagi meremehkan. "Rupanya kau belum kenal siapa aku." "Kau adalah kakek peot yang kerjanya mengintip Rismala mandi dan berharap dapat sedekah kenikmatan, padahal sudah dapat jatah dari Srikiti, perempuan muda berselera buruk." Brastagi merah padam kartu jebloknya dibongkar di depan umum. Padahal Cakra hanya menebak dan kebetulan tepat. Brastagi sudah mencacahnya jadi rica-rica kalau tidak teringat amanat Tapak Mega untuk menangkap hidup-hidup. "Aku minta lepaskan keponakanku," tegas Rismala. "Kau dijamin selamat." "Aku tidak perlu jaminan. Aku tinggal menendang dua kutu ku

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-31
  • Perjanjian Leluhur   212. Makhluk Tanpa Kesaktian

    "Kurang ajar! Kalian cari mampus mempermainkan aku!" Brastagi melotot marah. Tangannya mengepal keras sampai bergemeretak, dari mulutnya meluncur suara meradang. Golok Santet tersenyum sinis. "Ada yang jealous rupanya." "Makhluk roh sinting," maki Cakra. "Golok Santet bermain dengan Srikiti, kau marah-marah. Abangnya saja woles." "Kalian pendekar bermulut lancip! Tidak pantas dibiarkan hidup!" Brastagi tak dapat lagi menahan amarah. Ia maju menyerang, disusul kakek berjenggot putih. "Kau layani si jenggot putih," kata Cakra. "Aku meladeni si kakek peot, aku ilfil melihat makhluk roh cabul." Serbuan Brastagi nyaris tak tertangkap mata saking cepatnya. Pukulan dan tendangan laksana kisaran kincir sehingga terlihat seperti siluet tak beraturan. Cakra menghadapi dengan jurus Camar Di Ranting Cemara. Kekuatannya semakin hebat sejak ia bercinta dengan Nyi Ratu Suri. Cakra curiga ratu bidadari memindahkan intisari roh secara bertahap sampai ia kehilangan semuanya dan menjadi kuda ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Perjanjian Leluhur   213. Pendekar Bermulut Lancip

    "Bantu aku, Cakra!" Pangeran Penamburan dan Srikiti mengerahkan seluruh tenaga dalam, mengadu kesaktian dengan kakek berjenggot putih. Dua gulung cahaya bentrok berusaha saling mengalahkan. "Aku berikan separuh harta karun di Bukit Penamburan!" "Aku tidak ada urusan dengan kalian!" Cakra pergi meninggalkan ngarai. Ia memperkirakan tidak ada pemenang dalam adu kesaktian itu. Mereka bertiga akan mati. Adanya harta karun di Bukit Penamburan membuat Tapak Mega berani membayar mahal pendekar berkepandaian tinggi. Seharusnya harta itu untuk kesejahteraan rakyat kadipaten. Cakra melihat beberapa mayat pemberontak tergeletak di antara pepohonan. Pertarungan sengit masih berlangsung antara lima tokoh istana dengan sepuluh pendekar wanita. "Aku hadapi mereka!" seru Cakra sambil jungkir balik di udara dan masuk ke kancah perkelahian. "Kalian bantu teman-teman di tempat lain!" "Baik, gusti pangeran," kata tokoh senior istana. Mereka berkelebat pergi ke lokasi lain. Bentrokan terjadi di b

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Perjanjian Leluhur   214. Geng PBB

    "Keluarkan seluruh kemampuanmu kakek jelek, supaya tidak mati penasaran!" Pendekar berpita merah menyerang Ranggaslawi dengan pukulan bertubi-tubi, sementara keempat kawannya menghantam dari arah lain. Kepandaian lima pendekar wanita itu sebenarnya berada di bawah Ranggaslawi, namun energinya cukup terkuras saat menghadapi guru mereka. Mereka kalap waktu menemukan gurunya tewas dalam adu kesaktian dengan pendekar botuna itu. "Kakek jelek sepertimu tidak pantas hidup di muka bumi!" Ranggaslawi jungkir balik di udara keluar dari medan pertarungan dan hinggap di sebuah dahan. Ia sulit mengalahkan lima pendekar itu di areal terbuka. Mereka sangat leluasa melancarkan serangan secara bergelombang. "Kau mau kabur ke mana kakek jelek?" Ranggaslawi jadi keki. "Kau senang sekali menyebutku kakek jelek! Ada dendam apa kau sama kakekmu? Aku yakin kakekmu lebih jelek!" "Jahanam!" Pendekar berpita merah memburu ke atas dahan. Keempat temannya heran. "Mengapa ia sangat marah kakeknya dibila

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03

Bab terbaru

  • Perjanjian Leluhur   386. Bukan Minta Suaka

    "Terimalah hukuman atas kelancangan dirimu!" Ketua lama berubah menjadi Bintang Kehidupan dengan sinar kemerahan yang menyilaukan mata. Bintang itu berusaha menyambar Cakra yang bergerak menghindar dengan lincah. Semua pendekar yang berada di sekitar mereka berusaha menghalangi pandangan dari sinar yang membutakan mata itu. "Ketua lama mulai mengeluarkan ilmu dari kitab terkunci," keluh Ratu Purbasari. "Sampai kapan Cakra mampu bertahan?" "Ilmu warisan Wiraswara sangat dahsyat di tangannya, tapi tidak cukup untuk menandingi," kata Ratu Sihir. "Kita juga tidak bisa menolong, bahkan untuk diri sendiri." "Hei! Lihat...!" seru Ratu Ipritala. Cakra berubah menjadi Seberkas Sinar. Cahaya berekor berwarna keemasan itu menggulung Bintang Kehidupan meninggalkan siluet di angkasa. "Ratu Kencana kiranya sudah mewariskan ilmu roh kepada pangeran," ujar Ratu Purbasari. "Tapi belum cukup untuk memenangkan pertarungan." Padahal ilmu itu diperoleh dari Nyi Ratu Suri lewat kemesraan, dan men

  • Perjanjian Leluhur   385. Menanti Kedatangan Ratu Sejagat

    "Aku adalah Raja Agung yang akan menyeretmu pulang ke gerbang siksa." Sebilah pedang kencana muncul secara tiba-tiba di tangan Cakra, pedang itu jelmaan Tongkat Petir. Ketua lama tertawa dengan congkak. "Ha ha ha! Jadi kau murid Ki Gendeng Sejagat?" Sebuah tongkat yang sama persis muncul dalam.genggaman ketua lama, kemudian tongkat itu berubah menjadi pedang serupa. Aku tidak pernah mendengar Tongkat Petir mempunyai kembaran, batin Cakra. Tapi guruku pernah menciptakan duplikatnya. Aku tidak tahu mana yang asli. "Ha ha ha! Gurumu benar-benar gendeng sudah mewariskan tongkat palsu kepada muridnya!""Aku yakin tongkatmu palsu, seperti tongkat di balik celanamu!" Ratu Dublek tersenyum mengejek, ia berkata, "Apakah kau sekarang masih cukup nyali untuk menantang garwaku setelah mengetahui tongkatmu palsu? Aku memberi kesempatan kepadamu untuk hidup dengan melanjutkan permainanku yang terganggu olehmu." "Kau bukan perempuan seleraku," kata Cakra sinis. "Kakek peot itu sudah me

  • Perjanjian Leluhur   384. Pendekar Cinta

    Puluhan prajurit mengejar Ranggaslawi. Ia sengaja membawa mereka ke arah sekelompok pasukan gabungan berada. Ratu Sihir bengong melihat kejadian itu, ia bertanya, "Bukankah pendekar botuna sudah pergi ke hutan alas?" "Cakra pasti membawanya kembali," keluh Ratu Purbasari. "Aku heran bagaimana ia bisa bersahabat dengan pendekar cabul. Rencana kita hampir berantakan gara-gara mereka.""Dan sekarang benar-benar berantakan." "Kau harus menegur Cakra dengan keras. Tindakannya sudah melanggar prosedur." "Pangeran kepala batu." "Kau lunakkan dengan body goal mu. Kelemahan kesatria mata keranjang adalah keindahan wanita." "Kenapa bukan kalian saja?" "Maharini keguguran dan Rinjani belum hamil-hamil. Jadi kami tiada alasan untuk bercinta dengan menantu. Lagi pula, selera Cakra bukan maharatu yang mempunyai banyak simpanan." "Ngomong saja kalian kalah cantik." Mereka tiba di alun-alun istana. Pertempuran terjadi di berbagai penjuru. Serangan prajurit musuh datang secara bergelombang

  • Perjanjian Leluhur   383. Penyerbuan Dini

    "Mereka sedang mengawasi kalian."Ranggaslawi dan kawan-kawan pucat pasi mendengar keterangan Jaka, meski mereka tak dapat melihatnya. "Baguslah kalian ada rasa hormat," sindir Cakra. "Padahal Ratu Kencana tahu bagaimana bejatnya kalian." "Aku sudah menduga kau punya beking handal," kata Ranggaslawi. "Hanya indung leluhur garwamu yang dapat melumpuhkan ketua lama." "Maka itu aku akan pergi ke dasar segara untuk membantu Nawangwulan. Kalian bantulah Nyi Ratu Kencana." "Enak saja melimpahkan tanggung jawab kepadaku!" sergah suara tanpa wujud. "Kau bereskan dulu urusan di kota Dublek!" "Aku muak berjuang di bawah kecurigaan." "Aku hanya ingin memastikan kau tidak main-main dengan ajian Serat Cinta!" "Kau tahu aku suka main-main." "Baiklah! Aku pergi! Aku akan mengutuk dirimu jadi buruk rupa kalau berani macam-macam!" "Kebetulan aku sudah bosan berwajah ganteng." Ratu Kencana pasti pikir-pikir untuk bertindak senekat itu, kecuali ia siap menerima gelombang protes dari seluruh p

  • Perjanjian Leluhur   382. Jangan Berpikir Tentang Kematian

    Cakra kemalaman di hutan alas, di mana pada setiap pohon dihuni ular piton. Binatang itu tidur melingkar di batang pohon. Hutan alas merupakan jalan pintas menuju kerajaan Dublek. "Aku tidak tahu mereka tidak mengganggu diriku karena Ratu Siluman Ular atau ilmu Serat Cinta ku." "Aku kira mereka sungkan sama Yang Mulia. Jadi mereka pura-pura tidur." Ular piton yang biasa menjilati wajah Cakra kini seakan tidak terusik dengan kedatangannya. "Tapi aku menikmati situasi ini. Ajian Serat Cinta membuat hatiku terasa damai." Cakra singgah di kuil kuno yang pernah menjadi tempat pembantaian anggota sekte. "Sebaiknya kita lanjutkan perjalanan, Yang Mulia," kata si Gemblung. "Kita beristirahat di kota Dublek." "Aku mendengar suara percakapan di dalam kuil. Aku seperti kenal suara mereka." Cakra membuka pintu kuil. Ia terpukau melihat pendekar botuna duduk santai di sofa sambil minum tuak. "Kalian sedang apa di sini?" tanya Cakra heran. "Bukankah kekacauan di kota Dublek semakin meraj

  • Perjanjian Leluhur   381. Sang Perkasa

    Ketua lama Dewan Agung berhasil kabur dari gerbang siksa. Ia menjadi pendukung utama Ratu Dublek. Raden Mas Arya Bimantara sebagai ketua baru sungkan untuk menangkapnya. Ratu Kencana sampai turun tangan melobi Cakra, ia sangat peduli dengan kegaduhan yang terjadi. Padahal ia berasal dari langit berbeda. "Nusa Kencana adalah negeri warisanku, aku memiliki keterikatan batin dengan penguasa istana." "Kenapa kau tidak menegur ketua baru untuk bertindak tegas?" "Kepandaian Arya Bimantara belum memadai untuk meringkus ketua lama." "Kenapa diangkat jadi ketua Dewan Agung kalau tidak memenuhi syarat?" "Ia paling pantas menjadi tetua! Tapi ketua lama mempunyai ilmu tertinggi di langit!" "Lalu kau pikir aku memadai? Aku bisa jadi ayam penyet!" "Aku sudah menurunkan intisari roh kepadamu. Jurus dan pukulan saktimu sekarang jauh lebih dahsyat." "Aku diminta taat aturan, kau sendiri tidak tahu aturan. Kau menurunkan ilmu tanpa seizin diriku. Kau seharusnya memberikan ilmu itu kepada indu

  • Perjanjian Leluhur   380. Pangeran Terkutuk

    Plak! Plak!Dua tamparan keras kembali mampir di wajah Cakra.Kesatria gagah dan tampan itu tersenyum, ia hanya memiliki senyuman untuk perempuan cantik."Aku teringat pertemuan kita di hutan kayu," kata Cakra. "Kau lima puluh kali menampar wajahku sebelum mempersembahkan lima puluh kenikmatan."Plak! Plak!Cakra merasa ada aliran hangat dari tamparan itu, berangsur-angsur menyegarkan tubuhnya."Jadi kau sekarang mengalirkan energi roh melalui tamparan? Apakah Raden Mas Arya Bimantara melarang dirimu untuk bercinta denganku? Jadi kau masih mencintai lelaki pecundang itu? Aku sendiri malu mempunyai indung leluhur seperti dirinya...."Plak! Plak!"Jawabanmu sangat menyebalkan diriku," gerutu Cakra."Kau benar-benar pangeran terkutuk!""Aku mengakui diriku pangeran terkutuk ... terkutuk menjadi gagah dan tampan, bahkan menurut body goal magazine, aku satu-satunya pangeran yang dirindukan tampil telanjang di sampul depan! Tapi kecerdasan buatan tidak mampu menduplikat diriku, lebih-lebih

  • Perjanjian Leluhur   379. Ada Cemburu Di Hatimu

    Puteri mahkota khawatir kesembuhan dirinya menimbulkan masalah baru bagi kerajaan.Bagaimana kalau Nyi Ratu Kencana murka dan menurunkan bencana yang lebih besar?"Aku kira Cakra sudah mempertimbangkan secara matang," kata Pangeran Liliput. "Ia terkenal sering bicara gegabah, namun tak pernah bertindak gegabah."Puteri mahkota memandang dengan resah, ia bertanya, "Bagaimana jika kutukan itu menimpa calon garwaku karena sudah melanggar kehendak ketua langit?" "Janganlah berpikir terlalu jauh, ananda," tegur Ratu Liliput lembut. "Belum tentu apa yang ananda pikirkan itu kejadian.""Bagaimana kalau kejadian, ibunda? Aku pasti disalahkan permaisuri pertama."Puteri Liliput segera meninggalkan pesanggrahan untuk menjumpai calon suaminya.Penjaga bilik tirakat segera berlutut dengan sebelah kaki menyentuh lantai begitu puteri mahkota dan baginda ratu tiba di hadapannya."Bukalah pintu bilik, Paman," pinta Puteri Liliput. "Aku mau masuk.""Patik mohon ampun sebelumnya, Gusti Puteri ... gust

  • Perjanjian Leluhur   378. Karena Cintanya

    "Ceesss...!"Bunyi pergesekan ujung Tongkat Petir dengan leher Puteri Liliput berkumandang menyerupai bunyi besi panas dicelupkan ke dalam air, seiring mengepulnya asap hitam tebal beraroma busuk.Keringat mengucur deras dari kening Cakra. Tongkat Petir bergetar keras sampai tangannya turut bergetar.Asap hitam tebal menyelimuti pesanggrahan, sehingga menghalangi pandangan sri ratu, ia tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka."Semoga tidak terjadi apa-apa...."Baginda ratu menutup pintu pesanggrahan karena tidak tahan menghirup bau busuk yang sangat menyengat.Ratu Liliput menunggu dengan cemas di depan pintu pesanggrahan.Pangeran Nusa Kencana sungguh nekat mengobati Puteri Liliput, ia tak sepatutnya mengorbankan nyawa untuk hal percuma."Hanya Nyi Ratu Kencana yang dapat menghilangkan kutukan itu," kata Ratu Liliput lemas. "Kesalahan diriku telah membuat murka para ketua langit."Ratu Liliput membuka pintu sedikit, asap tebal menerobos keluar.Ratu Liliput segera menutup pintu kem

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status