Home / Romansa / Perjanjian Leluhur / 210. Saatnya Membuang Rasa Muak

Share

210. Saatnya Membuang Rasa Muak

"Aku bukan pengkhianat!"

Melati memandang mereka dengan tajam. Tangan Srikiti dan Pangeran Penamburan tergantung pada tugu kelamin pria di tepi ngarai.

Keringat mengucur di dahi mereka tersengat matahari. Di sekitar tugu tidak ada pepohonan.

"Aku muak dengan apa yang kulihat di Bukit Penamburan. Ketika pendekar besar memintaku untuk menemani pengembaraan, maka saat paling tepat untuk membuang rasa muak itu."

"Mulutmu sangat lancang, Melati," geram Pangeran Penamburan. "Kau akan menerima ganjaran sangat pedih dariku."

"Kapan kau memberi ganjaran sangat pedih? Setahuku kau memberi ganjaran yang menyebabkan mereka ketagihan. Aku melihat kebebasan yang digaungkan baru sebatas hubungan badan."

Melati termasuk aktivis reformasi yang getol menyuarakan perubahan pada kehidupan sosial, mendukung hak asasi yang dicanangkan perserikatan kerajaan.

Berhubung hak asasi banyak dikangkangi perserikatan, Melati berhenti berjuang. Ia terpeleset masuk kelompok pengacau Bidadari Pencari Cinta, di m
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status