Home / Romansa / Perjanjian Leluhur / 169. Pesanggrahan Cinta

Share

169. Pesanggrahan Cinta

Author: Enday Hidayat
last update Last Updated: 2024-02-13 20:29:29
Ranggaslawi membuang mayat rabi Sitani ke altar batu untuk jadi santapan burung bangkai.

Beberapa ekor burung bangkai terbang berputar-putar di sekitar altar batu. Biasanya hari ketiga jadi santapan kalau mati secara normal.

"Aku punya sahabat gampang sekali CLBK," keluh Ranggaslawi. "Padahal mantannya segambreng. Apa ia mau mengangkat semuanya jadi istri di alam roh?

Ki Gendeng Sejagat sudah mengambil risiko besar karena tak dapat menahan nafsu. Ia seharusnya menunggu rabi Sitani moksa supaya tidak berubah wujud jadi nenek renta di alam roh. Jadi ia sekarang terpaksa menerima jadi istrinya.

Rabi Sitani jelas menolak tinggal ratusan tahun di gerbang siksa untuk kembali menjadi perempuan cantik dan seksi. Ia sendiri memilih berwajah buruk rupa ketimbang menjalani hukuman.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan rabi Sitani?" tanya Golok Santet tak habis pikir. "Tak cukup alasan untuk moksa. Setan jengkol saja tidak tertarik pada body goal-nya kalau sudah jadi mayat."

"Pasti tidak tert
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bandiya Bandiya
hHahah modus mesti putri Rinjani. mantap thor lanjut semangat yaa biar banya up nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjanjian Leluhur   170. Keagungan Hati

    Air terjun bergemuruh dan jatuh berbuih-buih di telaga dan mengalir ke Sungai Suci. Bulan hampir penuh terombang ambing dalam riak air jernih. Di antara derasnya hunjaman air terjun terdapat batu ceper besar di mana Cakra duduk bersila bertafakur memulihkan energi inti dengan bertelanjang dada. Ia berniat tirakat sampai purnama tiba besok malam. Hanya butuh satu purnama lagi untuk menguasai ilmu Salin Raga, dari seharusnya enam purnama. Ilmu Salin Rupa dari Konde Emas mempercepat proses itu. "Tumben kakek edan itu tidak mendampingiku," gumam Cakra. "Padahal aku ingin mengguruinya karena belum ada murid menggurui gurunya." Cinta tanpa keagungan hati begitu jadinya. Ia mempunyai dua istri cantik jelita dan satu nenek renta. Ia dan rabi Sitani mesti pergi ke gerbang siksa untuk mengembalikan kondisi mereka seperti dulu. Menjalani hukuman lima ratus tahun bukan waktu lama untuk kehidupan abadi. Rabi Sitani pasti bersedia asalkan ditemani suaminya. Jangan sampai berakit-rakit ke hulu b

    Last Updated : 2024-02-16
  • Perjanjian Leluhur   171. Dahaga Memanggang Jiwa

    Puteri Rinjani naik ke atas batu ceper dan merangkul Cakra dari belakang, lalu mengecup lehernya dengan mesra. "Bantu aku, baby," desah puteri mahkota, nafasnya memburu didera rangsangan yang sulit dikendalikan. "Bebaskan aku dari dahaga yang mencekik jiwaku." "Kau mempunyai energi inti sangat tinggi, kau tinggal tafakur beberapa waktu dan mengerahkan energi positif untuk melenyapkan pengaruh pil koplok." "Aku ingin jalan pintas. Tapi aku tidak tahu hasrat yang menggebu ini karena pil koplok atau sangat bahagia melihatmu masih hidup?" Jemari lentik Puteri Rinjani menelusuri dada Cakra secara perlahan, nafasnya terasa hangat dan lembut menyentuh kulit pendekar tampan itu, sementara mulutnya mulai menghisap-hisap leher. "Karena ingin jalan pintas, Jendral Perang dan Iblis Cinta jadi salah kaprah," kata Cakra. "Mereka menolak tawaran bercinta dari tawanan perang yang menjadi haknya, tapi bersedia bercinta dengan dayangmu karena butuh pertolongan." "Kehormatan mereka dipertaruhkan ka

    Last Updated : 2024-02-17
  • Perjanjian Leluhur   172. Pengorbanan Kebebasan

    Matahari sudah naik sepenggalahan ketika Mahameru dan sahabat pendekar tiba di istana Curug Tujuh. Pintu gerbang terbuka lebar. Istana sangat lengang. "Musuh kelihatannya sudah diangkut semua," kata Gagak Betina sambil mengikuti mereka masuk ke halaman istana. "Lalu kita datang buat apa?" "Pangeran ingin menjadikan istana Curug Tujuh sebagai markas sementara," sahut Mahameru. "Di sini kita bebas menyusun strategi tanpa kuatir ada yang menguping." "Lalu Pangeran dan sahabat pendekar berada di mana?" tanya Bidadari Penabur Cinta. "Tamu undangan sudah dideportasi ke kerajaan masing-masing. Bidasari sempat marah karena tak ada pemberitahuan, padahal banyak bangsawan dari kerajaan Bunian yang terlibat." Bidasari protes keras kepada Cakra karena menangkap puteri bangsawan dari Bunian tanpa berkoordinasi dengannya. Mendeportasi tamu terhormat dengan kereta gerobak sangat menyinggung harga diri mereka, padahal ia membawa kereta wisata. "Bidasari lupa kalau dirinya berada di wilayah Nusa K

    Last Updated : 2024-02-18
  • Perjanjian Leluhur   173. Keteguhan Hati

    Fredy muncul dan berdiri di tepi telaga. Ia memperhatikan Cakra yang bertafakur di antara derasnya air terjun. Purnama mulai menunjukkan kemolekannya, menerangi curug dan sekitarnya. Cakra begitu kukuh ingin menguasai ilmu Salin Raga, supaya bebas pulang tanpa sepengetahuan Ratu Nusa Kencana. Ia ingin meninggalkan kerajaan untuk selamanya dan kembali menjadi anak petani di kampung. "Kau temani saja istrimu tidur di pesanggrahan," kata Puteri Rinjani. "Biar aku menjaganya." "Aku sudah berjanji menjaganya selama bertafakur," sahut Fredy. "Aku ingin memastikan sahabatku aman dari segala gangguan." Fredy kagum akan keteguhan Cakra pada janjinya. Ia rela meninggalkan harta, tahta, dan perempuan seanggun bidadari untuk mengurus kerbau, menjadi manusia biasa dan kerap menerima cacian karena kemiskinannya. Fredy sendiri tak berniat untuk pulang. Ia sudah mendapatkan segalanya di Nusa Kencana. Buat apa kembali ke negeri manusia memperebutkan kehidupan yang belum tentu dimenangkan? Fredy h

    Last Updated : 2024-02-20
  • Perjanjian Leluhur   174. Tante Pemersatu

    Bidadari Penabur Cinta memberi isyarat agar mereka menghampiri ke batu besar tempatnya bersembunyi. Mereka melesat dengan sebat dan dalam sekejap sudah berada di dekat Bidadari Penabur Cinta dan Kupu-kupu Madu. "Ada apa?" tanya Puteri Rinjani penasaran. "Kalian datang mengendap-endap seperti mengintip kera lagi mandi." "Air terjun sudah dikepung puluhan prajurit pemberontak," bisik Bidadari Penabur Cinta. "Kita harus siap siaga melindungi pangeran." Puteri Rinjani terkejut. Ia sudah tahu pasukan panah bertebaran di balik pohon di atas tebing di sekitar telaga. Ia kira pasukan pelindung yang berjaga-jaga dari serangan musuh. "Jadi mereka bukan pasukan Kotaraja?" cetus Puteri Rinjani tercekat. "Pasukan Kotaraja baru tiba besok pagi," jawab Bidadari Penabur Cinta. "Mereka hanya bertahan di kaki bukit membuat pagar betis." "Ranggaslawi dan sahabat pendekar berada di mana?" tanya Fredy. "Mereka di atas tebing menghadapi para pendekar bayaran, sebagian berusaha melumpuhkan pr

    Last Updated : 2024-02-20
  • Perjanjian Leluhur   175. Ilmu Tertinggi Di Muka Bumi

    Pada saat situasi kritis, Cakra mengirim pesan lewat getaran batin, "Gunakan ilmu Bidadari Mengurai Jiwa." Puteri Rinjani terkejut, ia protes, "Pukulan sihir terlarang di Nusa Kencana. Aku tidak mau mendapat kutukan." "Kau hanya bisa mengalahkan Selendang Petir dengan ilmu sihir." "Wajahku nanti buruk rupa. Aku tidak mau terlihat jelek di matamu." "Bagaimanapun bentuk rupamu kau adalah calon permaisuri kedua." Puteri Rinjani mengakui ia pasti kalah kalau bertahan dengan jurus selendang. Rismala tiada tanding dengan selendang petirnya. Nyawanya pasti melayang kalau terlambat menghindar sedetik saja. Serangan selendang petir demikian dahsyat mengincar setiap titik lemah di sekujur tubuhnya. Puteri Rinjani memutuskan untuk menggunakan ajian Bidadari Mengurai Jiwa sesuai saran Cakra. Ia melompat mundur beberapa hasta, tangannya meliuk di udara membentuk gerakan mirip penari balet. Rismala kaget, ia berseru, "Kau sungguh nekat, Rinjani! Kau berani menantang kutukan para leluhur!" I

    Last Updated : 2024-02-21
  • Perjanjian Leluhur   176. Jangan Gantung Cintanya

    "Kau tidak perlu merasa risih," kata Cakra. "Aku masih ada rasa hormat untuk melihatmu secara utuh. Bahkan aku seharusnya memanggilmu ibunda suri, tapi canggung lantaran kau kelihatan seumuran garwaku." Nyi Ratu Suri memeriksa suhu Cakra dengan menempelkan punggung tangan di dahinya. "Normal," kata Nyi Ratu Suri. "Nggak demam." "Aku ngomong lurus dikira mengigau," gerutu Cakra. "Kau kelihatan gemoy kalau ngomong lurus." Cakra senang Nyi Ratu Suri mulai suka bercanda. Kecantikannya jadi semakin tiada perumpamaan di muka bumi. "Kenapa kau memandangku seperti itu?" selidik Nyi Ratu Suri. "Udara dingin tidak membuatmu salah melihat kan? Aku dan garwamu ibarat sosis dipotong dua, tapi kau pasti hapal wangi tubuh garwamu." "Aku curiga kau sudah berbohong padaku," kata Cakra. "Ki Gendeng Sejagat bukan jatuh sakit karena dirudapaksa Konde Emas. Ia pernah bilang padaku bahwa roh merasakan seperti apa yang dirasakan makhluk di alam nyata, tapi tidak pernah terserang penyakit." Wajah Nyi

    Last Updated : 2024-02-22
  • Perjanjian Leluhur   177. Wangi Bunga Bangkai

    "Kelinci hutan sungguh lezat." Cakra menyantap daging iga dengan lahap. Ia belum pernah makan kelinci bakar, paling singkong atau ubi bakar. Banyak makanan enak belum pernah dinikmati di negeri manusia, harganya tidak terjangkau. Tapi Cakra tidak menyesal meninggalkan segala kemewahan demi keluhuran kasih sayang orang tua. "Besok Abimanyu datang membawa lima puluh ribu keping emas," kata Cakra. "Jendral Perang kebagian juga, masing-masing menerima dua ribu tujuh ratus keping emas, sisanya untuk puteri mahkota kerajaan Sihir." "Kau berikan semuanya tidak masalah," sahut Ranggaslawi. "Aku dan sahabat pendekar sudah cukup dengan hadiah yang diberikan baginda ratu." "Betul," ujar Pendekar Tak Bernama. "Aku malu memperoleh hadiah berlimpah seolah aku bukan terlahir di negeri ini." Cakra tahu rasa cinta mereka pada Nusa Kencana tak bisa diukur dengan materi, meski baginda ratu tidak pernah mengundang ke istana karena kebengalan mereka. "Aku menghargai alasan kalian, tapi uang itu hak

    Last Updated : 2024-02-23

Latest chapter

  • Perjanjian Leluhur   386. Bukan Minta Suaka

    "Terimalah hukuman atas kelancangan dirimu!" Ketua lama berubah menjadi Bintang Kehidupan dengan sinar kemerahan yang menyilaukan mata. Bintang itu berusaha menyambar Cakra yang bergerak menghindar dengan lincah. Semua pendekar yang berada di sekitar mereka berusaha menghalangi pandangan dari sinar yang membutakan mata itu. "Ketua lama mulai mengeluarkan ilmu dari kitab terkunci," keluh Ratu Purbasari. "Sampai kapan Cakra mampu bertahan?" "Ilmu warisan Wiraswara sangat dahsyat di tangannya, tapi tidak cukup untuk menandingi," kata Ratu Sihir. "Kita juga tidak bisa menolong, bahkan untuk diri sendiri." "Hei! Lihat...!" seru Ratu Ipritala. Cakra berubah menjadi Seberkas Sinar. Cahaya berekor berwarna keemasan itu menggulung Bintang Kehidupan meninggalkan siluet di angkasa. "Ratu Kencana kiranya sudah mewariskan ilmu roh kepada pangeran," ujar Ratu Purbasari. "Tapi belum cukup untuk memenangkan pertarungan." Padahal ilmu itu diperoleh dari Nyi Ratu Suri lewat kemesraan, dan men

  • Perjanjian Leluhur   385. Menanti Kedatangan Ratu Sejagat

    "Aku adalah Raja Agung yang akan menyeretmu pulang ke gerbang siksa." Sebilah pedang kencana muncul secara tiba-tiba di tangan Cakra, pedang itu jelmaan Tongkat Petir. Ketua lama tertawa dengan congkak. "Ha ha ha! Jadi kau murid Ki Gendeng Sejagat?" Sebuah tongkat yang sama persis muncul dalam.genggaman ketua lama, kemudian tongkat itu berubah menjadi pedang serupa. Aku tidak pernah mendengar Tongkat Petir mempunyai kembaran, batin Cakra. Tapi guruku pernah menciptakan duplikatnya. Aku tidak tahu mana yang asli. "Ha ha ha! Gurumu benar-benar gendeng sudah mewariskan tongkat palsu kepada muridnya!""Aku yakin tongkatmu palsu, seperti tongkat di balik celanamu!" Ratu Dublek tersenyum mengejek, ia berkata, "Apakah kau sekarang masih cukup nyali untuk menantang garwaku setelah mengetahui tongkatmu palsu? Aku memberi kesempatan kepadamu untuk hidup dengan melanjutkan permainanku yang terganggu olehmu." "Kau bukan perempuan seleraku," kata Cakra sinis. "Kakek peot itu sudah me

  • Perjanjian Leluhur   384. Pendekar Cinta

    Puluhan prajurit mengejar Ranggaslawi. Ia sengaja membawa mereka ke arah sekelompok pasukan gabungan berada. Ratu Sihir bengong melihat kejadian itu, ia bertanya, "Bukankah pendekar botuna sudah pergi ke hutan alas?" "Cakra pasti membawanya kembali," keluh Ratu Purbasari. "Aku heran bagaimana ia bisa bersahabat dengan pendekar cabul. Rencana kita hampir berantakan gara-gara mereka.""Dan sekarang benar-benar berantakan." "Kau harus menegur Cakra dengan keras. Tindakannya sudah melanggar prosedur." "Pangeran kepala batu." "Kau lunakkan dengan body goal mu. Kelemahan kesatria mata keranjang adalah keindahan wanita." "Kenapa bukan kalian saja?" "Maharini keguguran dan Rinjani belum hamil-hamil. Jadi kami tiada alasan untuk bercinta dengan menantu. Lagi pula, selera Cakra bukan maharatu yang mempunyai banyak simpanan." "Ngomong saja kalian kalah cantik." Mereka tiba di alun-alun istana. Pertempuran terjadi di berbagai penjuru. Serangan prajurit musuh datang secara bergelombang

  • Perjanjian Leluhur   383. Penyerbuan Dini

    "Mereka sedang mengawasi kalian."Ranggaslawi dan kawan-kawan pucat pasi mendengar keterangan Jaka, meski mereka tak dapat melihatnya. "Baguslah kalian ada rasa hormat," sindir Cakra. "Padahal Ratu Kencana tahu bagaimana bejatnya kalian." "Aku sudah menduga kau punya beking handal," kata Ranggaslawi. "Hanya indung leluhur garwamu yang dapat melumpuhkan ketua lama." "Maka itu aku akan pergi ke dasar segara untuk membantu Nawangwulan. Kalian bantulah Nyi Ratu Kencana." "Enak saja melimpahkan tanggung jawab kepadaku!" sergah suara tanpa wujud. "Kau bereskan dulu urusan di kota Dublek!" "Aku muak berjuang di bawah kecurigaan." "Aku hanya ingin memastikan kau tidak main-main dengan ajian Serat Cinta!" "Kau tahu aku suka main-main." "Baiklah! Aku pergi! Aku akan mengutuk dirimu jadi buruk rupa kalau berani macam-macam!" "Kebetulan aku sudah bosan berwajah ganteng." Ratu Kencana pasti pikir-pikir untuk bertindak senekat itu, kecuali ia siap menerima gelombang protes dari seluruh p

  • Perjanjian Leluhur   382. Jangan Berpikir Tentang Kematian

    Cakra kemalaman di hutan alas, di mana pada setiap pohon dihuni ular piton. Binatang itu tidur melingkar di batang pohon. Hutan alas merupakan jalan pintas menuju kerajaan Dublek. "Aku tidak tahu mereka tidak mengganggu diriku karena Ratu Siluman Ular atau ilmu Serat Cinta ku." "Aku kira mereka sungkan sama Yang Mulia. Jadi mereka pura-pura tidur." Ular piton yang biasa menjilati wajah Cakra kini seakan tidak terusik dengan kedatangannya. "Tapi aku menikmati situasi ini. Ajian Serat Cinta membuat hatiku terasa damai." Cakra singgah di kuil kuno yang pernah menjadi tempat pembantaian anggota sekte. "Sebaiknya kita lanjutkan perjalanan, Yang Mulia," kata si Gemblung. "Kita beristirahat di kota Dublek." "Aku mendengar suara percakapan di dalam kuil. Aku seperti kenal suara mereka." Cakra membuka pintu kuil. Ia terpukau melihat pendekar botuna duduk santai di sofa sambil minum tuak. "Kalian sedang apa di sini?" tanya Cakra heran. "Bukankah kekacauan di kota Dublek semakin meraj

  • Perjanjian Leluhur   381. Sang Perkasa

    Ketua lama Dewan Agung berhasil kabur dari gerbang siksa. Ia menjadi pendukung utama Ratu Dublek. Raden Mas Arya Bimantara sebagai ketua baru sungkan untuk menangkapnya. Ratu Kencana sampai turun tangan melobi Cakra, ia sangat peduli dengan kegaduhan yang terjadi. Padahal ia berasal dari langit berbeda. "Nusa Kencana adalah negeri warisanku, aku memiliki keterikatan batin dengan penguasa istana." "Kenapa kau tidak menegur ketua baru untuk bertindak tegas?" "Kepandaian Arya Bimantara belum memadai untuk meringkus ketua lama." "Kenapa diangkat jadi ketua Dewan Agung kalau tidak memenuhi syarat?" "Ia paling pantas menjadi tetua! Tapi ketua lama mempunyai ilmu tertinggi di langit!" "Lalu kau pikir aku memadai? Aku bisa jadi ayam penyet!" "Aku sudah menurunkan intisari roh kepadamu. Jurus dan pukulan saktimu sekarang jauh lebih dahsyat." "Aku diminta taat aturan, kau sendiri tidak tahu aturan. Kau menurunkan ilmu tanpa seizin diriku. Kau seharusnya memberikan ilmu itu kepada indu

  • Perjanjian Leluhur   380. Pangeran Terkutuk

    Plak! Plak!Dua tamparan keras kembali mampir di wajah Cakra.Kesatria gagah dan tampan itu tersenyum, ia hanya memiliki senyuman untuk perempuan cantik."Aku teringat pertemuan kita di hutan kayu," kata Cakra. "Kau lima puluh kali menampar wajahku sebelum mempersembahkan lima puluh kenikmatan."Plak! Plak!Cakra merasa ada aliran hangat dari tamparan itu, berangsur-angsur menyegarkan tubuhnya."Jadi kau sekarang mengalirkan energi roh melalui tamparan? Apakah Raden Mas Arya Bimantara melarang dirimu untuk bercinta denganku? Jadi kau masih mencintai lelaki pecundang itu? Aku sendiri malu mempunyai indung leluhur seperti dirinya...."Plak! Plak!"Jawabanmu sangat menyebalkan diriku," gerutu Cakra."Kau benar-benar pangeran terkutuk!""Aku mengakui diriku pangeran terkutuk ... terkutuk menjadi gagah dan tampan, bahkan menurut body goal magazine, aku satu-satunya pangeran yang dirindukan tampil telanjang di sampul depan! Tapi kecerdasan buatan tidak mampu menduplikat diriku, lebih-lebih

  • Perjanjian Leluhur   379. Ada Cemburu Di Hatimu

    Puteri mahkota khawatir kesembuhan dirinya menimbulkan masalah baru bagi kerajaan.Bagaimana kalau Nyi Ratu Kencana murka dan menurunkan bencana yang lebih besar?"Aku kira Cakra sudah mempertimbangkan secara matang," kata Pangeran Liliput. "Ia terkenal sering bicara gegabah, namun tak pernah bertindak gegabah."Puteri mahkota memandang dengan resah, ia bertanya, "Bagaimana jika kutukan itu menimpa calon garwaku karena sudah melanggar kehendak ketua langit?" "Janganlah berpikir terlalu jauh, ananda," tegur Ratu Liliput lembut. "Belum tentu apa yang ananda pikirkan itu kejadian.""Bagaimana kalau kejadian, ibunda? Aku pasti disalahkan permaisuri pertama."Puteri Liliput segera meninggalkan pesanggrahan untuk menjumpai calon suaminya.Penjaga bilik tirakat segera berlutut dengan sebelah kaki menyentuh lantai begitu puteri mahkota dan baginda ratu tiba di hadapannya."Bukalah pintu bilik, Paman," pinta Puteri Liliput. "Aku mau masuk.""Patik mohon ampun sebelumnya, Gusti Puteri ... gust

  • Perjanjian Leluhur   378. Karena Cintanya

    "Ceesss...!"Bunyi pergesekan ujung Tongkat Petir dengan leher Puteri Liliput berkumandang menyerupai bunyi besi panas dicelupkan ke dalam air, seiring mengepulnya asap hitam tebal beraroma busuk.Keringat mengucur deras dari kening Cakra. Tongkat Petir bergetar keras sampai tangannya turut bergetar.Asap hitam tebal menyelimuti pesanggrahan, sehingga menghalangi pandangan sri ratu, ia tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka."Semoga tidak terjadi apa-apa...."Baginda ratu menutup pintu pesanggrahan karena tidak tahan menghirup bau busuk yang sangat menyengat.Ratu Liliput menunggu dengan cemas di depan pintu pesanggrahan.Pangeran Nusa Kencana sungguh nekat mengobati Puteri Liliput, ia tak sepatutnya mengorbankan nyawa untuk hal percuma."Hanya Nyi Ratu Kencana yang dapat menghilangkan kutukan itu," kata Ratu Liliput lemas. "Kesalahan diriku telah membuat murka para ketua langit."Ratu Liliput membuka pintu sedikit, asap tebal menerobos keluar.Ratu Liliput segera menutup pintu kem

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status