Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 160. My Love Is Just For You

Share

160. My Love Is Just For You

Penulis: Enday Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-04 19:38:49
Ketika bola bara tinggal beberapa hasta lagi dari Romadara, sebuah konde emas tiba-tiba melesat dan menghantam bola itu, terjadi ledakan hebat.

Puteri mahkota dari Utara terpental dan jatuh terlentang di tanah, darah mengalir dari sudut bibirnya. Ia menderita luka dalam parah. Tiga dayangnya segera memberi pertolongan.

Sementara Puteri Rinjani terlempar dan terhempas ke tanah. Ia cepat bangkit duduk mengalirkan hawa murni untuk menghilangkan pengaruh racun akibat sabotase itu. Dayang senior datang membantu dengan mengalirkan tenaga dalam lewat punggungnya.

"Siapakah yang telah menggagalkan pukulan Bidadari Mengurai Jiwa?"

Ki Gendeng Sejagat tercengang. Semasa hidupnya, tidak ada yang berani menghentikan pukulan sihir itu, kecuali mati imbalannya.

"Apakah Tuan Agung...? Celakalah dunia perkelahian...!"

Kemudian ia memandang patung salju dan memarahinya, "Aku bilang apa! Gara-gara kau mati, dunia perkelahian dalam bahaya besar! Dasar murid durhaka! Mati semau-maunya!"

Ia mengedark
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjanjian Leluhur   161. Si Manis Jembatan Rusak

    Ki Gendeng Sejagat tertidur karena capek kebanyakan marah-marah. Setiap dengkurannya menjatuhkan sebiji jengkol. Dengkuran itu terdengar oleh kelima penjaga gerbang fatamorgana. Mereka pasti sudah kabur kalau tubuhnya tidak tertotok. "Puteri Rinjani benar," kata perempuan berbando pelangi lewat getaran batin sehingga terdengar oleh teman-temannya. "Setan jengkol paling reseh. Sudah buruk rupa, suara bikin congek, ngorok lagi." Matahari bersinar terik. Cahayanya menyelusup masuk lewat celah daun jengkol. Herannya patung salju tidak mencair terkena cahaya matahari. Warnanya semakin putih laksana keju chevre. Ketika matahari mulai rebah ke barat, patung salju retak-retak, kepingan dari retakan itu berjatuhan dan mencair terserap tanah, hingga terlihat keseluruhan tubuh Cakra dengan tangan tersilang di dada seperti lagi tafakur sebagaimana gestur sebelum terkena ajian Badai Salju. Mata Cakra terbuka dan melihat ke sekitar. Ki Gendeng Sejagat tampak tertimbun jengkol menyisakan wajah s

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-05
  • Perjanjian Leluhur   162. Kambing Hitam

    "Nyi Ratu Suri?" belalak Cakra. "Kenapa kau tidak bilang dari dulu? Coba aku tahu, akan kutanyakan kenapa ia membuat perjanjian yang membuat orang tuaku bangga jadi orang miskin!" "Jadi orang miskin kok bangga?" ejek Ki Gendeng Sejagat. "Jadi konglomerat biar membuat buruh melarat, boleh bangga!" "Perjanjian itu berarti absurd sampai orang tuaku berpikir sebaliknya!" "Tambah anaknya absurd! Jadi begini akhirnya! Ilmu kanuragan jadi mainan!" "Pantas aku sulit melihat ada apa di balik baju! Aku kira ilmuku sudah lenyap!" Pletok! Ki Gendeng Sejagat menjitak kepalanya lumayan keras. "Jadi kau berusaha meneropong isi cawat dan dadanya?" "Aku bete dengar nasehat! Kid jaman now tidak butuh kata-kata, tapi butuh fakta! Ketimbang aku ketiduran, mendingan mataku jelalatan!" "Nyi Ratu Suri adalah pencipta ilmu Selubung Khayali! Ia pasti punya benteng pertahanan!" "Berarti ia egois! Ia melindungi onderdil diri sendiri ! Masa bodoh dengan onderdil ratu berikutnya! Jadi kau tidak salah in

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-06
  • Perjanjian Leluhur   163. Maniken Cantik

    Ranggaslawi dan kawan-kawan tiba di gerbang fatamorgana istana Curug Tujuh. Mereka tertawa terbahak-bahak. "Pendekar Lembah Cemara menyambut kita dengan maniken cantik," kata Ranggaslawi. "Mereka pagar ayu apa penjaga gerbang?" "Dari sambutan yang kita terima, sepertinya kita tamu tak diundang," ujar Iblis Cinta. "Mestinya Gagak Betina dan kawan-kawan yang hadir." "Mentang-mentang di pondokmu banyak perempuan, lantas kau lupa pada kami," gerutu Golok Santet. "Pangeran menginginkan pendekar pria yang menyerbu istana, sahabat pendekar wanita tinggal bersih-bersih besok. Ia kuatir mereka tergoda dengan pesta rembulan." Gagak Betina dan kawan-kawan dalam kondisi tidak prima untuk bertarung. Mereka beristirahat di penginapan dan besok menyusul bersama Mahameru dan Gagak Jantan. Mereka pasti mengamuk menyaksikan pesta rembulan. Pesta terburuk dari yang buruk. "Pangeran tidak menginginkan kita mengobrak-abrik istana," ucap Ranggaslawe. "Begitu pesan yang kulihat dari maniken ini." M

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Perjanjian Leluhur   164. Brondong Basah

    Semua mata memandang heran ke arah perempuan berpakaian pelayan yang muncul di pintu. Hari ini tidak ada pengumuman penambahan pelayan baru, meski mereka kewalahan melayani tamu yang akan menghadiri pesta rembulan malam nanti. "Kim So Hyun," cetus kepala pelayan surprise. "Anda sengaja datang dari Korea untuk menghadiri pesta rembulan? Amazing! Tapi kenapa anda berpakaian pelayan?" "Kim So Hyun adalah idola saya," ujar perempuan itu malu-malu. "Nama saya Ati kalau di rumah, kalau di open BO nama saya Ita, di istana nama saya Tia, di toilet nama saya ..." "Tai!" jawab mereka serempak. "Jadi namamu Tia?" Kepala pelayan merubah ekspresi wajah supaya kelihatan berwibawa. Ia senang ada yang menandingi kecantikannya, ini bisa mendekatkan mereka. "Saya sampai tidak tahu ada pelayan baru." "Tante Nuri meminta saya untuk menggantikan posisinya selama ia sakit. Saya disuruh menemui kepala pelayan, ibu Nancy Momoland." "Nama saya bukan Nancy Momoland," kata kepala pelayan. "Nama saya Ria ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-08
  • Perjanjian Leluhur   165. Bukan Belalang Kupu-kupu

    "Membubuhkan sesuatu?" Puteri Rinjani terkejut. "Racun maksudmu?" "Pil koplok," jawab Tia. "Di mana gusti puteri jadi koplok kalau meminumnya, hilang sadar dan hilang malu untuk berbuat sesuatu." "Berbuat sesuatu? Berbuat apa?" "Berbuat hal yang melanggar sesuatu." "Melanggar sesuatu? Kamu itu pelayan sesuatu ya?" "Betul gusti puteri. Saya ini pelayan sesuatu; dari sesuatu, oleh sesuatu, dan untuk sesuatu." "Karena ingin sesuatu? Kau ini pelayan sesuatu yang sesuatu banget." "Benar apa yang dikatakan Tia, Lembayung?" tatap rabi Sitani tajam. "Kau telah membubuhkan sesuatu pada sesuatu untuk sesuatu karena ingin sesuatu?" Puteri Rinjani heran rabi Sitani ketularan pelayan, ia bertanya, "Apakah rabi terkena sesuatu sehingga terjadi sesuatu yang mengakibatkan sesuatu?" "Aku sulit menghindarkan ucapanku dari sesuatu, barangkali lantaran melihat sesuatu sehingga terjadi sesuatu." "Aku juga sulit menghindarkan ucapanku dari sesuatu." "Aku kira gusti puteri dan rabi sudah kena efek

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09
  • Perjanjian Leluhur   166. ODGJ

    Ranggaslawi dan pendekar golongan putih bengong melihat kambing hitam berpakaian pelayan dikejar-kejar beberapa pengawal istana. Mereka sedang mengamati situasi istana yang sangat lengang dari atas pohon, tiba-tiba muncul serombongan pengawal berusaha menangkap kambing hitam. "Kambing itu kelihatannya menolak dijadikan kambing guling untuk pesta rembulan," komentar Golok Santet. "Pasti kambing jantan." Beberapa pendekar bayaran turut memburu. Tapi kambing hitam begitu sulit ditangkap. Satu pengawal istana bahkan terjengkang diseruduk saat mencoba menghadangnya. "Dasar perempuan," decak Ranggaslawe melecehkan. "Menangkap kambing saja tidak mampu." "Kita bergerak sekarang," kata Jendral Perang. "Mumpung mereka disibukkan oleh kambing hitam." Mereka melompat ke atas benteng. Istana sepertinya tidak menyiapkan pertahanan berlapis, tidak ada sambutan pasukan panah untuk menghalau. "Penjagaan istana longgar sekali," ujar Pendekar Tak Bernama. "Mereka kelihatannya merasa yakin tidak ad

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Perjanjian Leluhur   167. Pertunjukan Gratis

    Ranggaslawi dan pendekar golongan putih mulai kewalahan melumpuhkan lawan. Setiap kali mereka berhasil menotok pendekar bayaran, rabi Sitani datang membebaskan sehingga dapat bertarung lagi. Beberapa pendekar masih berdiri kaku menunggu pertolongan rabi Sitani. Hanya pendekar yang mempunyai energi inti sangat tinggi yang mampu melepaskan totokan itu. Ranggaslawi merasa usaha yang dilakukan jadi percuma. Tenaga mereka bisa habis terkuras menghadapi para pendekar berilmu tinggi itu. "Kalian hadapi mereka!" teriak Ranggaslawi. "Aku akan menghajar rabi pecicilan itu!" Ranggaslawi melompat tinggi-tinggi dan berguling di udara mencoba keluar dari kepungan. Namun ia sulit mendekati rabi Sitani karena anak buahnya datang menghadang silih berganti. Jendral Perang bingung memutuskan. Mereka bisa mati konyol kalau bertarung sekedar untuk melumpuhkan, tapi ia tak berani membangkang perintah putera mahkota untuk tidak menumpahkan darah. "Celaka," keluh Jendral Perang seraya mengelak dari sera

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-11
  • Perjanjian Leluhur   168. Cinta Di Tapal Batas

    Jendral Perang dan Iblis Cinta terlibat pertarungan seru dan sengit dengan tiga pengawal utama istana. Dua pengawal sudah berhasil dilumpuhkan. Tapi apa yang terjadi di halaman istana sedikit pun tak mengundang perhatian Puteri Rinjani. Ia melesat ke atas benteng istana diiringi lima dayangnya. Puteri Rinjani menjadikan pucuk pohon sebagai titian untuk melesat secepat mungkin di udara, berlomba dengan waktu untuk segera sampai di gerbang fatamorgana. "Semoga pengawal utama sudah berhasil membungkus patung salju dengan anyaman daun mertua, sehingga tidak hancur tersambar petir," kata dayang senior. "Aku lihat pengawal utama sudah kembali dan sedang bertarung dengan Jendral Perang dan Iblis Cinta," sahut dayang junior. "Tapi aku heran di mana mereka meletakkan patung salju." "Aku kira bukan mereka yang ditugaskan untuk memindahkan patung salju. Butuh waktu lama untuk mengerjakan karena patung itu sangat berbahaya." Kelima dayang itu kewalahan mengejar puteri mahkota sehingga tertin

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-12

Bab terbaru

  • Perjanjian Leluhur   375. Permaisuri Kesebelas

    "Kau bukan tandinganku...!" Cakra mengingatkan Chu Phang Yu yang hendak menyerangnya. "Aku tidak mau kau mati sia-sia...!"Chu Phang Yu adalah tokoh muda sakti mandraguna yang sangat ditakuti di Hutan Utara, sehingga ia memperoleh gelar Ratu Hutan Utara.Tiada pendekar berani berbuat konyol di Hutan Utara, kecuali ingin mengantarkan nyawa.Betapa nekatnya Cakra memandang remeh Chu Phang Yu."Kau sungguh tidak menghormati diriku!" geram Ratu Hutan Utara. "Apakah kau masih memiliki kehormatan?""Bedebah...! Aku ingin tahu seberapa pantas kau merendahkan diriku!""Sangat pantas...!"Cakra melayani serbuan Chu Phang Yu dengan jurus Hati Di Ranting Cemara.Ia berkata, "Aku juga ingin tahu seberapa pantas kau jadi calon permaisuri Raja Agung!""Aku belum memberi jawaban kepada Anjani! Aku berpikir ulang menjadi permaisuri kesebelas melihat kesombongan dirimu!"Dewi Anjani menetapkan lima belas calon permaisuri untuk Pangeran Nusa Kencana, namun hanya sepuluh yang diumumkan dalam testimoni,

  • Perjanjian Leluhur   374. Ratu Hutan Utara

    Chu Phang Yu mengintip lewat rumpun bunga tulip, rumpun bunga itu terletak di tepi telaga kecil.Chu Phang Yu tersenyum saat kuda coklat mendatangi kuda betina yang lagi makan rumput di seberang telaga."Jebakanku berhasil...!" gumam Chu Phang Yu. "Daging kuda itu pasti sangat lezat.""Kau sedang apa?"Sebuah pertanyaan dari belakang mengejutkan Chu Phang Yu.Ia menoleh dan menemukan bangsawan muda sangat tampan tengah tersenyum.Bagaimana dirinya sampai tidak mengetahui kedatangan pemuda itu?"Aku kira lagi mpup," kata Cakra. "Kok tidak buka cawat? Apa mpup di celana?""Kurang ajar...!" geram Chu Phang Yu. "Makhluk apa kau tidak ketahuan datangnya olehku?""Kau terlalu khusyuk melihat kelamin kudaku, sehingga tidak tahu kedatangan diriku.""Rupanya kau bangsawan cabul...! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!""Aku sedang berhadapan dengan perempuan cantik jelita yang mempunyai kegemaran mengintip binatang kawin.""Aku adalah Chu Phang Yu! Penguasa Hutan Utara yang akan menghukum p

  • Perjanjian Leluhur   373. Kuda Betina

    "Bersiaplah...!"Cakra menempelkan ujung tongkat pada kening topeng lalu mengalirkan energi roh, asap berbau busuk mengepul dari sela topeng. Ratu Utara mengerahkan energi inti untuk membantu proses pengobatan, dan menutup jalur pernafasan, mencegah terhirupnya aroma busuk dan beracun.Ratu Utara membuka topeng ketika dirasa wajahnya sudah kembali seperti sediakala, dan mengenakan pakaian."Aku kagum denganmu," puji Ratu Utara. "Kau mampu berkonsentrasi melakukan pengobatan dengan pesonaku terpampang jelas di matamu.""Ada saatnya aku menikmati keindahan perempuan, ada saatnya menutup mata," sahut Cakra. "Aku minta kau memenuhi janji untuk menemui Ratu Purbasari. Permusuhan kalian mesti diakhiri di atas traktat.""Tiada alasan bagiku untuk mengingkari janji. Kutukan akan kembali menimpa diriku jika aku ingkar."Cakra tersenyum miris. Ratu Utara sudi berdamai bukan atas kesadaran diri sendiri, tapi takut kena karma.Kiranya sulit melupakan masa lalu, padahal Pangeran Wikudara mengikat

  • Perjanjian Leluhur   372. Kebohongan Terbongkar

    Cakra senang mendengar kehamilan permaisuri ketiga. Pantas saja Maharini tidak pernah sambung kalbu, ia sudah kehilangan ilmu itu secara sendirinya.Ilmu Sambung Kalbu dan Sambung Rasa akan muncul kembali setelah ia melewati masa lahiran."Puteri mahkota akan tinggal di istana Miring sampai masa lahiran selesai," kata Ratu Utara. "Ia mesti dijaga dari segala pengaruh pria jahat.""Aku heran bagaimana puteri mahkota mempunyai banyak musuh sehingga banyak pria yang ingin mencelakai dirinya," ujar Cakra. "Apakah ia banyak memberi harapan kepada mereka sewaktu masih lajang?""Maharini senang pengembara, kehidupannya banyak dihabiskan di luar istana, ia mempunyai beberapa teman dekat yang sakit hati karena pernikahannya dengan pangeran Nusa Kencana begitu mendadak.""Aku kira mereka salah mengartikan kebaikan puteri mahkota, mereka seharusnya tahu bahwa sejak awal ia sudah menentukan pilihan hidupnya, yaitu Pendekar Lembah Cemara.""Mereka tahu kalau aku tidak setuju puteriku mengikat jan

  • Perjanjian Leluhur   371. Topeng Srikandi

    "Maksudmu ingin menyumpal mulutku dengan bibir topeng?" Cakra memandang Ratu Topeng dengan kurang ajar. "Mendingan disumpal dengan mulut kuda sekalian!""Kau sangat menyinggung harga diriku!" geram Ratu Topeng marah. "Padahal belum pernah ada bangsawan Bunian yang berani menghinaku!""Aku tersanjung menjadi yang pertama."Cakra meminta si Gemblung untuk berjalan lewat gili-gili karena perempuan bertopeng tidak bergeser dari tengah jalan."Aku bertanya sekali lagi...!" tegas Ratu Topeng. "Ada kepentingan apa kau datang malam-malam ke wilayah Utara?""Aku kemalaman, aku kurang nyaman menginap di wilayah Barat, perempuannya bau asem seperti dirimu.""Aku kira ada masalah dengan hidungmu!""Hey, ratu ronggeng...! Kau tidak dapat mencium bau dirimu karena memakai topeng! Maka itu buka dulu topengmu agar bisa menikmati bau asem tubuhmu!"Padahal perempuan bertopeng beraroma mirabilis, wanginya sangat menyegarkan pernafasan.Cakra sampai berfantasi dengan body goal-nya. Wangi mirabilis adal

  • Perjanjian Leluhur   370. Perempuan Bertopeng

    Cakra pergi meninggalkan prajurit kerajaan, kembali ke dangau di perkebunan jeruk di mana si Gemblung menunggu.Kemudian Cakra berangkat ke perbatasan dengan berkendara kuda coklat itu."Kau benar, Gemblung," kata Cakra. "Kita mestinya melanjutkan perjalanan ke wilayah Utara. Sepasang Pengemis Gila akan menjadi tanggung jawab tokoh istana untuk melumpuhkannya.""Bagaimana kita melewati pintu gerbang, Yang Mulia?" tanya si Gemblung. "Apakah penjaga perbatasan sudi membuka gerbang tengah malam buta begini?""Bagiku tidak ada rintangan yang tak dapat dilewati," sahut Cakra. "Aku adalah calon Raja Agung, aku harus mampu membuktikan ketangguhan diriku."Cakra dapat menggunakan ilmu Selubung Khayali untuk mempengaruhi mereka agar menuruti keinginannya. Ia bahkan dapat berbuat apa saja.Cakra biasa menggunakan ilmu itu dalam situasi darurat, karena cukup menguras energi, terutama untuk makhluk yang berotak jernih.Cakra cukup menggerakkan kepala kepada penjaga perbatasan untuk membuka pintu

  • Perjanjian Leluhur   369. Sepasang Pengemis Gila

    "Terima kasih atas informasinya, tuan...!" Kepala prajurit istana dan anak buahnya pergi ke perkebunan apel menyusul Sepasang Pengemis Gila. "Mereka tak percaya dengan penjelasan Yang Mulia," kata si Gemblung. "Mereka pikir Yang Mulia adalah bangsawan edan." "Kau kurang ajar sekali kepada majikanmu...!" gerutu Cakra. "Bangsawan edan mana mungkin mempunyai 5.000 keping emas dan perak?" Cakra bangkit dari balai kayu, berjalan mondar-mandir seperti orang bingung."Ada apa Yang Mulia bolak-balik kayak gergaji mesin?" tanya si Gemblung. "Sepasang Pengemis Gila adalah tokoh sakti mandraguna yang malang-melintang di kerajaan Dublek, kemampuan mereka setingkat sahabatku, pasti cukup merepotkan." Istana Dublek mempunyai tokoh sakti sangat banyak, sehingga cukup disegani meski kerajaan kecil. "Lalu Yang Mulia akan menyusul mereka?" "Ya. Kau tunggu di sini." Cakra merasa bertanggung jawab karena puteri Marina adalah calon permaisuri. "Aku pasti terlambat menyelamatkan puteri mahkota ka

  • Perjanjian Leluhur   368. Bukan Aku Yang Bilang

    "Kita terpaksa menempuh jalan setapak."Cakra meminta si Gemblung untuk memasuki jalan kecil berkerikil di antara pohon apel yang berderet rapi."Puteri Marina pasti mengenali diriku jika kita lewat jalan umum.""Bagaimana ia mengenali Yang Mulia padahal belum pernah bertemu?""Ratu Barat pasti sudah memberi gambaran secara virtual."Cakra sulit menolak jika puteri Marina mengundang untuk menghadiri pesta. Perjalanan menuju kerajaan Utara jadi terhambat.Cakra hanya mempunyai waktu tiga pekan untuk menyambangi permaisuri, pada saat itu sayembara di kota Dublek sudah memasuki babak akhir.Kesempatan terbaik bagi Cakra untuk mengambil alih istana, tanpa perlu melumpuhkan prajurit."Yang Mulia mestinya senang bertemu puteri Marina. Yang Mulia pasti diminta menginap di rumah singgah, dan bisa test drive.""Kau itu kendaraan calon Raja Agung, pikiran kotormu mestinya dihilangkan.""Barangkali aku ketularan."Cakra mendelik. "Ketularan aku maksudnya?""Bukan aku yang bilang."Hari sudah mal

  • Perjanjian Leluhur   367. Sayangnya Bukan Ksatria

    Cakra segera mengadakan ikatan janji suci dengan puteri mahkota begitu tiba di istana Bunian.Cakra tinggal selama dua hari di istana megah itu. Setelah muncul titik hitam di kening Bidasari, pertanda datang masa kehamilan, ia pergi ke istana Utara untuk menyambangi Maharini.Bidasari melepas kepergian sang ksatria dengan berat."Aku akan selalu merindukan kedatangan dirimu," kata puteri mahkota Bunian. "Jadikanlah aku pengisi bilik hatimu di antara permaisuri lain." Cakra senang Bidasari sudah memasuki masa kehamilan, sehingga tanggung jawabnya untuk mencetak penerus dinasti sudah tertunaikan.Cakra menempuh perjalanan lewat kerajaan Barat, ia belum pernah berkunjung ke negeri kecil yang makmur itu."Aku heran dengan leluhur Nusa Kencana," kata Cakra sambil menunggang kuda coklat dengan santai. "Ia tidak menjodohkan diriku dengan puteri Marina, padahal negeri ini perlu menjadi anggota persemakmuran.""Puteri Marina masih di bawah umur, Yang Mulia," sahut si Gemblung. "Barangkali itu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status