Share

127. Untuk Antrian Istimewa

Durna tampak membungkuk dengan kaku, di belakangnya sang adik memeluk pinggangnya sambil berdiri dengan kaku pula. Mereka laksana patung yang ditempatkan di depan pintu masuk warung.

Semua pelayan membersihkan meja bekas makan malam. Cakra dan keempat pendekar wanita duduk santai di dalam warung, sementara Ranggaslawi dan pendekar pria sudah berangkat ke lereng bukit.

"Apakah setiap malam pendekar pemberontak berkeliaran ke warung-warung?" tanya Cakra.

"Mereka memeriksa warung kalau ada rombongan kabilah baru saja, gusti pangeran," jawab pelayan kurus.

"Jadi mereka beroperasi kalau ada laporan dari mata-mata? Di perkampungan juga berarti begitu."

Tangan pelayan kurus tampak gemetar saat membersihkan meja Cakra karena takut bernasib sama seperti pemilik warung.

"Kau tidak perlu takut padaku, kecuali mata-mata pemberontak," senyum Cakra. "Kau kelola warung karena pemiliknya akan diangkut ke kota mercu suar untuk menjalani pemeriksaan."

"Baik, gusti pangeran."

"Berapa semuanya?"

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status