Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 128. Tabir Kepalsuan

Share

128. Tabir Kepalsuan

Mereka mulai mendaki bukit saat embun menetes dari dedaunan. Udara dingin menggigit tubuh. Secangkir kopi panas dan penganan hangat tak mampu mengusir. Mereka terpaksa mengalirkan hawa murni.

Mereka berlari di atas pucuk pohon. Mereka memilih lewat angkasa agar bisa memandang ke segala penjuru. Namun musuh juga lebih mudah untuk mengetahui kedatangan mereka.

"Perempuan dan tuak adalah obat mujarab untuk menghilangkan dingin," kata Ranggaslawi. "Jadi Ratu Bunian pantas marah karena maraknya kasus penculikan rakyatnya."

"Tapi mereka tidur di mana?" balik Pendekar Tak Bernama. "Tujuh istana terlalu sempit untuk menampung ribuan pemberontak."

Pendekar bayaran tidak ada yang berkeliaran. Kaki tangan Tapak Mega benar-benar menggunakan waktu siang hari untuk beristirahat, dan beroperasi pada malam hari.

"Bagaimana kelompok pemberontak mampu bertahan bertahun-tahun di Bukit Penamburan?" ujar Gagak Jantan. "Di mana mereka tinggal? Tidak ada bangunan lagi di Bukit Penamburan selain tujuh is
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fitrotus
ini updatenya kapaaaannn kok lama bangett
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status