Hengky menoleh dan melihat undangan acara pelelangan di atas meja rias. Bibirnya melengkung, membentuk seulas senyum sinis. Setelah itu, dia langsung keluar dari kamar.Winda sama sekali tidak tahu Hengky datang ke kamarnya. Pada saat dia bangun keesokan harinya, Hengky sudah pergi.Winda berkemas sebentar, lalu pergi untuk menjemput Yolanda. Setelah itu, mereka pergi ke tempat lelang bersama.Acara lelang seperti ini akan melakukan verifikasi kekayaan tamu yang hadir. Orang biasa tidak akan bisa masuk. Winda tidak perlu terlalu khawatir. Dia pun masuk saja dengan surat undangan dan mencari tempat duduk yang agak belakang bersama Yolanda.Pada saat ini, sudah banyak yang sudah datang. Mereka semua dengan sadar diri mengosongkan tempat duduk di barisan pertama. Winda melirik sekilas, dia pun tahu pasti ada orang besar yang menghadiri pelelangan hari ini. Kursi di barisan pertama pasti disediakan untuk orang besar itu.Winda menunduk dan membuka buklet di tangannya. Dia ingin melihat bar
Winda tenggelam dalam pikirannya. Yolanda menyenggolnya dua kali, dia tetap saja tidak sadar.Yolanda mengguncangnya dengan cemas, lalu berbisik di samping telinga Winda, “Lihat, suamimu!”Begitu mendengar kata suami, Winda langsung tertegun. Kemudian, dia segera mengangkat kepala dan melihat ke depan.Pria yang berjalan di paling depan memiliki tinggi badan hampir 190 cm dan memiliki aura yang bermartabat. Fitur wajahnya begitu tampan, membuat orang lain sulit untuk mengalihkan pandangan darinya. Namun, ekspresi dingin di wajah pria itu membuatnya terkesan seperti orang yang jauh dari hal duniawi.Sedangkan di belakangnya diikuti oleh seorang pria paruh baya yang memasang senyum menyanjung dan penuh sikap hormat. Pria itu adalah Evan, pihak penyelenggara lelang kali ini.Evan sedang berbicara dengan Hengky. Hengky selalu terlihat tenang. Namun, pada saat dia duduk, dia mendongak dan melihat ke arah Winda.Winda segera tersadar. Dia cepat-cepat mengangkat buklet di tangannya untuk menu
Akan tetapi, Winda tidak punya banyak uang tunai sekarang. Kalau Roma terus melawannya, dia mungkin tidak bisa mengeluarkan uang sebanyak itu. Jika pembayaran tidak dilakukan lebih dari 24 jam, maka balai lelang berhak memotong deposit yang telah Winda bayarkan dan barang dilelang lagi.Tepat ketika Winda dilanda keraguan, suasana menjadi sunyi. Pembawa acara bertanya dengan suara keras, “Masih ada yang mau menawar?”Roma menatap Winda dengan penuh kemenangan. Namun di saat yang sama, dia mulai khawatir Winda tidak akan melanjutkan penawaran. Karena masalah Yuna, ayahnya membekukan sebagian asetnya. Anggaran Roma hari ini hanya 100 miliar. Dia berencana untuk melelang kalung berlian dan memberikannya kepada Shania sebagai hadiah permintaan maaf.Tiba-tiba, Winda berkata, “620 miliar.”Hengky yang duduk di barisan depan sedari tadi diam saja. Begitu mendengar suara Winda, matanya berkedip sebentar. Kemudian, dia memiringkan kepalanya dan mengatakan sesuatu kepada Santo.Setelah itu, San
Evan mengangkat tangannya untuk menyeka keringat dingin di dahinya dengan ekspresi serba salah, “Bu Winda, tolong jangan persulit saya. Bu Winda juga tahu aturan industri ini.”Winda mengangguk dan tersenyum, “Saya mengerti, Pak Evan. Kalau begitu, tolong bawa kami selesaikan prosedurnya.”Begitu melihat Winda setuju, Evan segera memasang senyum lebar di wajahnya, “Baik, baik. Silakan ikuti saya.”“Terima kasih.”Winda dan Yolanda menyelesaikan prosedur dengan Evan dan membayar uang muka sebesar 20 miliar.Siapa sangka baru saja mereka menandatangani surat perjanjian dan mengirimkan uang, Evan langsung mengambil berlian merah kasar itu dan menyerahkannya kepada Winda dengan dua tangan.Winda terkejut dan mengerutkan kening, “Apa maksudnya ini, Pak Evan?”Sesuai dengan surat perjanjian, Winda harus membayar sisa 600 miliar dalam waktu 24 jam baru bisa mendapatkan berlian merah kasar itu.Evan langsung menyerahkan berlian itu pada Winda, jelas sudah tidak sesuai dengan aturan balai lelan
Bagaimanapun, Santo telah bekerja untuk Hengky selama bertahun-tahun. Jadi dia segera menulis cek baru sebesar 380 miliar dan menyerahkannya kepada Evan.Evan juga tidak berani menerima. Tepat ketika dia hendak bicara dengan Hengky, Hengky sudah berjalan keluar dengan wajah dingin.“Pak Santo, apakah saya salah bicara sehingga buat Pak Hengky nggak senang?” tanya Evan kepada Hengky dengan gugup.Santo menggelengkan kepala dan tidak banyak berkata. Dia menyerahkan cek kepada Evan dan berkata, “Maaf, merepotkan Pak Evan.”“Saya ....”Evan masih ingin mengatakan sesuatu. Namun, Santo tidak bisa menunggu lebih lama lagi dan segera keluar untuk menyusul Hengky.Winda dan Yolanda baru sampai di lobi, ponsel di tas Yolanda tiba-tiba berdering. Pada saat melihat nama penelepon di layar ponselnya, Yolanda spontan mendongak dan melihat ke arah Winda, “Telepon dari kakakku. Kamu keluar dulu dan tunggu aku, oke?”Winda tidak banyak bertanya, dia langsung mengangguk, “Oke.”Yolanda segera mengangka
Pada detik berikutnya, jeritan histeris bergema di seluruh lobi. Yuna menutupi wajahnya dan meringkuk di lantai dengan tersiksa, sambil menjerit histeris tanpa henti. Seluruh tubuhnya yang terkena bensin di lantai terbakar. Kulitnya yang terbakar langsung merah dan melepuh.Yuna berusaha berdiri, mencoba menjauhkan dirinya dari bensin yang tumpah di lantai. Namun, baru berlari beberapa langkah, dia jatuh lagi ke lantai. Dia berguling dan meronta ....Keributan sebesar itu telah menarik banyak perhatian. Orang-orang berdatangan tapi berdiri di tempat sejauh mungkin. Tidak ada yang berani mendekat.Pada saat ini, dua satpam datang dengan berlari sambil membawa alat pemadam kebakaran. Mereka mengangkat alat pemadam api dan menyemprotkannya ke arah Yuna. Sepuluh detik kemudian, api di tubuh Yuna akhirnya padam.Yuna jatuh ke lantai dan menutupi wajahnya dengan tangan. Pakaian di tubuhnya terbakar habis, hampir tidak bisa menutupi tubuhnya lagi. Semua bagian kulit yang terbuka terdapat beka
Roma memberontak lalu mencengkeram lengan Yuna yang sudah terbakar api. Yuna berteriak kesakitan, tapi dia masih tidak mau melepaskan tangannya dari leher Roma. Roma terlihat panik sampai berpikir kalau dirinya pasti akan mati di tangan perempuan ini. Namun, tubuh Yuna tiba-tiba ditarik oleh seseorang. “Lepaskan aku! Aku harus bunuh dia!” seru Yuna penuh amarah sambil menatap Roma. Orang-orang yang hadir dalam acara lelang hari ini langsung bergegas membantu Roma bangkit. “Pak Roma, apa Bapak baik-baik saja? Bapak mau pergi ke rumah sakit?”Roma memegang lehernya lalu menatap ganas ke arah Yuna setelah terbatuk beberapa kali lalu berkata, “Kamu saja yang mati sendiri.”Yuna terlihat semakin marah ketika mendengar perkataan Roma. Dia berusaha untuk melepaskan diri lebih keras lagi. Namun, tiba-tiba saja tangannya diborgol yang membuatnya tidak lagi bisa memberontak. Di sisi lain, Evan buru-buru menghampiri Hengky ketika melihat keributan ini dan melihat kalau tubuh Hengky sudah bas
Perubahan emosi yang sangat cepat membuat Shania ketakutan sampai ingin segera menjauh dari Roma.Namun, Roma berusaha untuk menahan emosinya seraya berkata, “Aku antar kamu ....”“Nggak usah, aku sudah panggil sopir untuk jemput aku di sini,” ujar Shania gugup.Roma menggertakkan giginya dengan kesal. Namun, akhirnya dia mengangguk setuju seakan ada sesuatu yang dia khawatirkan sampai tidak berani mengelak. “Oke, kasih tahu aku yang kalau kamu sudah sampai rumah,” ujar Roma.Shania langsung mengangguk dengan senyuman yang membeku di wajahnya. Kemudian dia bergegas pergi meninggalkan Roma tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi. Roma menatap sosok perempuan yang semakin jauh meninggalkannya. Seketika, senyumannya berubah menjadi tatapan dingin dan ganas yang sangat menakutkan. Di sisi lain, Yolanda bergegas keluar toilet menuju aula setelah selesai menelepon. Dia berjalan dengan sangat cepat dan sembrono sampai akhirnya menabrak seseorang tanpa sengaja. Yolanda langsung berhenti un