Bagaimanapun, Santo telah bekerja untuk Hengky selama bertahun-tahun. Jadi dia segera menulis cek baru sebesar 380 miliar dan menyerahkannya kepada Evan.Evan juga tidak berani menerima. Tepat ketika dia hendak bicara dengan Hengky, Hengky sudah berjalan keluar dengan wajah dingin.“Pak Santo, apakah saya salah bicara sehingga buat Pak Hengky nggak senang?” tanya Evan kepada Hengky dengan gugup.Santo menggelengkan kepala dan tidak banyak berkata. Dia menyerahkan cek kepada Evan dan berkata, “Maaf, merepotkan Pak Evan.”“Saya ....”Evan masih ingin mengatakan sesuatu. Namun, Santo tidak bisa menunggu lebih lama lagi dan segera keluar untuk menyusul Hengky.Winda dan Yolanda baru sampai di lobi, ponsel di tas Yolanda tiba-tiba berdering. Pada saat melihat nama penelepon di layar ponselnya, Yolanda spontan mendongak dan melihat ke arah Winda, “Telepon dari kakakku. Kamu keluar dulu dan tunggu aku, oke?”Winda tidak banyak bertanya, dia langsung mengangguk, “Oke.”Yolanda segera mengangka
Pada detik berikutnya, jeritan histeris bergema di seluruh lobi. Yuna menutupi wajahnya dan meringkuk di lantai dengan tersiksa, sambil menjerit histeris tanpa henti. Seluruh tubuhnya yang terkena bensin di lantai terbakar. Kulitnya yang terbakar langsung merah dan melepuh.Yuna berusaha berdiri, mencoba menjauhkan dirinya dari bensin yang tumpah di lantai. Namun, baru berlari beberapa langkah, dia jatuh lagi ke lantai. Dia berguling dan meronta ....Keributan sebesar itu telah menarik banyak perhatian. Orang-orang berdatangan tapi berdiri di tempat sejauh mungkin. Tidak ada yang berani mendekat.Pada saat ini, dua satpam datang dengan berlari sambil membawa alat pemadam kebakaran. Mereka mengangkat alat pemadam api dan menyemprotkannya ke arah Yuna. Sepuluh detik kemudian, api di tubuh Yuna akhirnya padam.Yuna jatuh ke lantai dan menutupi wajahnya dengan tangan. Pakaian di tubuhnya terbakar habis, hampir tidak bisa menutupi tubuhnya lagi. Semua bagian kulit yang terbuka terdapat beka
Roma memberontak lalu mencengkeram lengan Yuna yang sudah terbakar api. Yuna berteriak kesakitan, tapi dia masih tidak mau melepaskan tangannya dari leher Roma. Roma terlihat panik sampai berpikir kalau dirinya pasti akan mati di tangan perempuan ini. Namun, tubuh Yuna tiba-tiba ditarik oleh seseorang. “Lepaskan aku! Aku harus bunuh dia!” seru Yuna penuh amarah sambil menatap Roma. Orang-orang yang hadir dalam acara lelang hari ini langsung bergegas membantu Roma bangkit. “Pak Roma, apa Bapak baik-baik saja? Bapak mau pergi ke rumah sakit?”Roma memegang lehernya lalu menatap ganas ke arah Yuna setelah terbatuk beberapa kali lalu berkata, “Kamu saja yang mati sendiri.”Yuna terlihat semakin marah ketika mendengar perkataan Roma. Dia berusaha untuk melepaskan diri lebih keras lagi. Namun, tiba-tiba saja tangannya diborgol yang membuatnya tidak lagi bisa memberontak. Di sisi lain, Evan buru-buru menghampiri Hengky ketika melihat keributan ini dan melihat kalau tubuh Hengky sudah bas
Perubahan emosi yang sangat cepat membuat Shania ketakutan sampai ingin segera menjauh dari Roma.Namun, Roma berusaha untuk menahan emosinya seraya berkata, “Aku antar kamu ....”“Nggak usah, aku sudah panggil sopir untuk jemput aku di sini,” ujar Shania gugup.Roma menggertakkan giginya dengan kesal. Namun, akhirnya dia mengangguk setuju seakan ada sesuatu yang dia khawatirkan sampai tidak berani mengelak. “Oke, kasih tahu aku yang kalau kamu sudah sampai rumah,” ujar Roma.Shania langsung mengangguk dengan senyuman yang membeku di wajahnya. Kemudian dia bergegas pergi meninggalkan Roma tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi. Roma menatap sosok perempuan yang semakin jauh meninggalkannya. Seketika, senyumannya berubah menjadi tatapan dingin dan ganas yang sangat menakutkan. Di sisi lain, Yolanda bergegas keluar toilet menuju aula setelah selesai menelepon. Dia berjalan dengan sangat cepat dan sembrono sampai akhirnya menabrak seseorang tanpa sengaja. Yolanda langsung berhenti un
“Maafkan aku .... Aku terlalu percaya diri sampai nggak mempertimbangkan konsekuensinya. Maafkan aku,” ujar Winda terus-menerus meminta maaf sambil membenamkan wajahnya di dada Hengky dan menangis. Winda terus memeluk Hengky erat-erat seakan dia takut tidak akan bisa bertemu lagi dengan Hengky kalau dia melepaskan pelukannya. Hengky bisa merasakan tubuh Winda gemetaran. Kemudian dia membelai punggung Winda dengan maksud untuk menghiburnya. Namun, entah mengapa tatapan mata Hengky justru terlihat sangat dalam dan berbahaya ketika menatap perempuan mungil yang menangis di dadanya saat ini. Dia tidak berani membayangkan bencana apa yang akan terjadi kepada perempuan ini, apabila dia tadi terlambat satu detik saja. Namun, Winda sama sekali tidak menyadari perubahan raut wajah yang di tunjukkan oleh Hengky. Perempuan itu terus saja berkata sambil terisak, “Hengky, aku ini benar-benar nggak berguna, ya. Aku selalu saja butuh bantuanmu. Padahal kamu sudah memperingatkanku, tapi aku masih
Yolanda tahu kalau Winda tidak terlihat terlalu bersemangat untuk membahas masalah ini dengannya. Jadi, dia bergegas pergi setelah mengambil kunci dan mengucapkan selamat tinggal kepada Winda. Winda mengawasi Yolanda sampai perempuan itu masuk ke dalam mobil. Kemudian Winda membuka pintu mobil Hengky dan kembali masuk ke dalamnya. Hengky tidak mengatakan apa pun lagi setelah Winda masuk ke dalam mobilnya. Dia langsung saja menyalakan mobil dan pergi meninggalkan tempat parkir.Winda tiba-tiba merasa mual setelah mencium aroma bensin yang memenuhi udara di dalam mobil. Dia hendak membuka jendela untuk mencari udara segar, tapi Hengky sudah lebih dulu membuka semua jendela mobilnya untuk memberikan udara segar kepada Winda. Angin yang berembus dari luar perlahan berhasil menghilangkan aroma bensin yang memenuhi mobil. Rasa mual dan pusing yang dirasakan Winda perlahan juga mulai menghilang. Namun, entah mengapa dia tetap saja merasa tidak nyaman dibuatnya. Winda sedang bersandar di k
Kemudian Winda berkata dengan ragu, “Kejadian tadi ....”“Bilang saja sekarang kalau ada yang mau kamu katakan,” balas Hengky dengan tatapan tidak sabar. Winda menarik napasnya lalu berkata, “Aku cuma mau tanya, apa kamu yang bantuin aku untuk dapatkan berlian itu?”“Bantuin kamu? Winda, kamu tuh percaya diri banget, ya?” ujar Hengky sinis. Walaupun Hengky memang biasa bicara dengan nada kasar, Winda bisa mengetahui kalau ada yang berbeda dari cara bicaranya kali ini. Winda merasa kalau Hengky sedang marah padanya. Apa mungkin Hengky marah karena masalah Roma dan Yuna tadi?Mata Winda tampak berbinar. Namun, dia buru-buru menundukkan kepalanya seraya berkata, “Kamu jangan marah begitu sama aku. Aku tahu kok kalau kejadian ini terjadi karena aku yang sudah salah pertimbangan. Aku pikir semua ini nggak akan terjadi.”Hengky menganggap kalau Winda hanya berpura-pura bodoh dengan semua ucapannya itu. Jadi, dia langsung saja berjalan ke lantai bawah tanpa menghiraukan perkataan Winda. Wi
Ziva mengenakan rok panjang, dilapisi dengan jaket lebar. Ziva memakai topi dari jaketnya, juga memakai masker. Hampir seluruh tubuhnya terbungkus rapat.Kalau bukan karena matanya yang terus menerus menatap Winda, Winda hampir berpikir kalau orang ini mungkin salah tempat."Kamu …."Saat Winda hendak menanyakan mengapa dia berpenampilan seperti itu, Ziva tiba-tiba mengangkat topi dan melepas maskernya ....Wajah penuh bekas luka Ziva terlihat jelas.Winda mengerutkan kening, dalam pikirannya tiba-tiba terlintas wajah Yuna yang juga penuh dengan bekas luka. Meski wajah Ziva tidak separah Yuna, tapi sepertinya lukanya juga tidak ringan. Mata dan sudut mulutnya bengkak, memar di mana-mana, ada beberapa bagian yang terkelupas kulitnya ….Winda teringat Roma. Berdasarkan pengertiannya terhadap Roma, tidak heran Roma melakukan hal ini. Hanya saja ....Winda melihat pandangan Ziva sambil menghela napas. Ziva bersitatap dengan Winda. Dia segera mengalihkan pandangannya. Sedetik kemudian, Ziv