Perubahan emosi yang sangat cepat membuat Shania ketakutan sampai ingin segera menjauh dari Roma.Namun, Roma berusaha untuk menahan emosinya seraya berkata, “Aku antar kamu ....”“Nggak usah, aku sudah panggil sopir untuk jemput aku di sini,” ujar Shania gugup.Roma menggertakkan giginya dengan kesal. Namun, akhirnya dia mengangguk setuju seakan ada sesuatu yang dia khawatirkan sampai tidak berani mengelak. “Oke, kasih tahu aku yang kalau kamu sudah sampai rumah,” ujar Roma.Shania langsung mengangguk dengan senyuman yang membeku di wajahnya. Kemudian dia bergegas pergi meninggalkan Roma tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi. Roma menatap sosok perempuan yang semakin jauh meninggalkannya. Seketika, senyumannya berubah menjadi tatapan dingin dan ganas yang sangat menakutkan. Di sisi lain, Yolanda bergegas keluar toilet menuju aula setelah selesai menelepon. Dia berjalan dengan sangat cepat dan sembrono sampai akhirnya menabrak seseorang tanpa sengaja. Yolanda langsung berhenti un
“Maafkan aku .... Aku terlalu percaya diri sampai nggak mempertimbangkan konsekuensinya. Maafkan aku,” ujar Winda terus-menerus meminta maaf sambil membenamkan wajahnya di dada Hengky dan menangis. Winda terus memeluk Hengky erat-erat seakan dia takut tidak akan bisa bertemu lagi dengan Hengky kalau dia melepaskan pelukannya. Hengky bisa merasakan tubuh Winda gemetaran. Kemudian dia membelai punggung Winda dengan maksud untuk menghiburnya. Namun, entah mengapa tatapan mata Hengky justru terlihat sangat dalam dan berbahaya ketika menatap perempuan mungil yang menangis di dadanya saat ini. Dia tidak berani membayangkan bencana apa yang akan terjadi kepada perempuan ini, apabila dia tadi terlambat satu detik saja. Namun, Winda sama sekali tidak menyadari perubahan raut wajah yang di tunjukkan oleh Hengky. Perempuan itu terus saja berkata sambil terisak, “Hengky, aku ini benar-benar nggak berguna, ya. Aku selalu saja butuh bantuanmu. Padahal kamu sudah memperingatkanku, tapi aku masih
Yolanda tahu kalau Winda tidak terlihat terlalu bersemangat untuk membahas masalah ini dengannya. Jadi, dia bergegas pergi setelah mengambil kunci dan mengucapkan selamat tinggal kepada Winda. Winda mengawasi Yolanda sampai perempuan itu masuk ke dalam mobil. Kemudian Winda membuka pintu mobil Hengky dan kembali masuk ke dalamnya. Hengky tidak mengatakan apa pun lagi setelah Winda masuk ke dalam mobilnya. Dia langsung saja menyalakan mobil dan pergi meninggalkan tempat parkir.Winda tiba-tiba merasa mual setelah mencium aroma bensin yang memenuhi udara di dalam mobil. Dia hendak membuka jendela untuk mencari udara segar, tapi Hengky sudah lebih dulu membuka semua jendela mobilnya untuk memberikan udara segar kepada Winda. Angin yang berembus dari luar perlahan berhasil menghilangkan aroma bensin yang memenuhi mobil. Rasa mual dan pusing yang dirasakan Winda perlahan juga mulai menghilang. Namun, entah mengapa dia tetap saja merasa tidak nyaman dibuatnya. Winda sedang bersandar di k
Kemudian Winda berkata dengan ragu, “Kejadian tadi ....”“Bilang saja sekarang kalau ada yang mau kamu katakan,” balas Hengky dengan tatapan tidak sabar. Winda menarik napasnya lalu berkata, “Aku cuma mau tanya, apa kamu yang bantuin aku untuk dapatkan berlian itu?”“Bantuin kamu? Winda, kamu tuh percaya diri banget, ya?” ujar Hengky sinis. Walaupun Hengky memang biasa bicara dengan nada kasar, Winda bisa mengetahui kalau ada yang berbeda dari cara bicaranya kali ini. Winda merasa kalau Hengky sedang marah padanya. Apa mungkin Hengky marah karena masalah Roma dan Yuna tadi?Mata Winda tampak berbinar. Namun, dia buru-buru menundukkan kepalanya seraya berkata, “Kamu jangan marah begitu sama aku. Aku tahu kok kalau kejadian ini terjadi karena aku yang sudah salah pertimbangan. Aku pikir semua ini nggak akan terjadi.”Hengky menganggap kalau Winda hanya berpura-pura bodoh dengan semua ucapannya itu. Jadi, dia langsung saja berjalan ke lantai bawah tanpa menghiraukan perkataan Winda. Wi
Ziva mengenakan rok panjang, dilapisi dengan jaket lebar. Ziva memakai topi dari jaketnya, juga memakai masker. Hampir seluruh tubuhnya terbungkus rapat.Kalau bukan karena matanya yang terus menerus menatap Winda, Winda hampir berpikir kalau orang ini mungkin salah tempat."Kamu …."Saat Winda hendak menanyakan mengapa dia berpenampilan seperti itu, Ziva tiba-tiba mengangkat topi dan melepas maskernya ....Wajah penuh bekas luka Ziva terlihat jelas.Winda mengerutkan kening, dalam pikirannya tiba-tiba terlintas wajah Yuna yang juga penuh dengan bekas luka. Meski wajah Ziva tidak separah Yuna, tapi sepertinya lukanya juga tidak ringan. Mata dan sudut mulutnya bengkak, memar di mana-mana, ada beberapa bagian yang terkelupas kulitnya ….Winda teringat Roma. Berdasarkan pengertiannya terhadap Roma, tidak heran Roma melakukan hal ini. Hanya saja ....Winda melihat pandangan Ziva sambil menghela napas. Ziva bersitatap dengan Winda. Dia segera mengalihkan pandangannya. Sedetik kemudian, Ziv
Tingkah laku Ziva yang terlihat bersalah seperti itu membuat Winda sulit untuk percaya pada kata-kata Ziva tadi.Ziva berusaha menghindar dari tatapan Winda. Dia kemudian meraih tangan Winda yang ada di meja. Ziva kembali mengangkat kepalanya dengan tatapan mata tak berdaya."Aku tahu aku salah karena mengkhianatimu setelah menerima uang. Tapi Non, Non Winda tahu ‘kan aku nggak punya pengaruh apa pun di Jenela. Bagi Pak Roma, membunuhku lebih mudah daripada menginjak semut. Tapi Non Winda nggak sama denganku. Non Winda bukan hanya putri keluarga Atmaja, tapi juga istri Pak Hengky. Sekali pun Pak Roma tahu tentang ini, dia nggak akan berani berbuat apa-apa sama Non Winda."Sambil bicara, air mata Ziva menetes. Ziva menarik tangannya kembali dan menggulung lengan bajunya ke atas.Winda melihat luka-luka di lengan Ziva. Tak perlu bertanya, Winda sudah tahu perbuatan siapa itu. Sedangkan tujuan Ziva mengatakan semua ini kepadanya, tak lain hanya untuk memancing simpati dan mengikat Winda s
Winda terlihat sangat dingin. Jika saya Ziva memang berkhianat demi keselamatan hidupnya, tentu saja Winda tidak akan mengatakan apa-apa. Akan tetapi, Ziva jelas sedang berbohong ... Sikap dingin Winda sangat menyakitkan bagi Ziva.Ziva menatap Winda, emosinya mulai memuncak, "Non Winda, nggak perlu melihatku seperti itu. Aku nggak lagi melakukan kesalahan apa-apa sama kamu."Ziva menunjuk wajahnya yang terluka. Dengan perasaan iri dan dendam, Ziva berkata, "Orang yang sudah lahir dalam kemewahan dan kekayaan seperti kamu mungkin nggak akan pernah mengerti betapa sulit dan pahitnya hidupku. Empat miliyar bagi kamu mungkin cuma uang untuk membeli perhiasan, tapi buat aku uang itu bisa menjadi penyelamat hidupku. Aku melakukan semua ini demi uang. Sekarang pekerjaanku sudah selesai, aku juga sudah membayar apa yang harus aku dapatkan. Apa kamu masih mau aku kehilangannya hanya karena hal ini?”Ziva tidak bisa mengesampingkan kenyataan bahwa dia merasa iri terhadap wanita di depannya itu.
Mendengar pertanyaan Winda yang satu ini, Pak Evan seketika tegang. Dia buru-buru menjelaskan, “Bu Winda, masalah hari ini memang kesalahan kami. Pihak kami pasti akan memberikan penjelasan yang memuaskan sama Bu Winda dan Pak Hengky.”“Pak Evan salah paham, Pak. Saya datang ke sini nggak untuk meminta pertanggungjawaban Pak Evan. Saya cuman pengin tahu saja situasinya. Nggak usah panik.”Pak Evan menghela nafas lega. Dia mengingat-ingat kejadian itu kemudian berkata, “Wanita itu terluka parah, Bu. Tapi nyawanya sih aman, nggak dalam bahaya. Hanya saja bisa dipastikan wajahnya pasti sudah rusak.”Winda teringat luka bakar di wajah Yuna. Memang benar lukanya tidak ringan.Pak Evan ragu sejenak tapi kemudian dia tidak tahan untuk bertanya, “Bu, perempuan itu Yuna, ya?”Winda diam sejenak, kemudian menganggukkan kepala. Pak Evan menghela nafas, “Dulu saya lihat orangnya cakep banget, ya. Siapa sangka sekarang malah ….”Tidak ada yang menyangka wanita yang berbuat onar tadi ternyata ada