Ada keheningan yang mencekam di ujung telepon yang lain. Seiring waktu berlalu, kepercayaan diri di dalam hati Jefri berangsur-angsur memudar. Tangannya yang memegang ponsel spontan mengencang, berubah menjadi tegang.Tepat ketika dia berpikir Hengky tidak akan setuju bertaruh dengannya, suara dingin Hengky datang dari ujung telepon.“Oke, kita taruhan.”Usai berkata, Hengky langsung menutup telepon. Dia melihat jam sebentar, lalu menelepon ke rumah kakeknya dan menanyakan nomor ponsel sopir yang mengantarnya tadi. Kemudian, dia mengirim pesan ke nomor sopir itu.Satu jam kemudian, dia mendapat telepon dari sopir.“Den, Non Winda pergi ke Palate Pleasure.” Seketika raut wajah Hengky menjadi sangat menakutkan. Pena di tangannya pun berubah bentuk karena dia tenaganya yang berlebihan.Hengky mengerutkan bibirnya dan berkata dengan dingin, “Jangan beri tahu siapa pun tentang hal ini.””Baik, Den.”Setelah menutup telepon, Hengky langsung memukul meja dengan kepalan tangannya. Wajahnya su
“Jefri, kamu nggak usah seperti ini. Bukannya dulu kamu paling benci aku ganggu kamu? Sekarang aku sama sekali nggak tertarik padamu, seharusnya kamu senang, dong,” kata Winda sambil tertawa sinis, seperti sedang menertawakan kebodohannya sendiri.Dulu Winda memang buta, tidak bisa melihat hubungan antara Jefri dan Luna. Dia masih dengan bodohnya dipermainkan oleh kedua orang itu. Kemungkinan kata-kata dalam pesan yang Jefri kirimkan padanya hari ini juga merupakan ide dari Luna.Senyum di sudut bibir Jefri langsung membeku. Dia seharusnya senang karena Winda tidak mengganggunya lagi. Namun, sejak Luna mengungkapkan semuanya pada Jefri dan Luna mengucapkan kata-kata itu, perasaan Jefri menjadi kacau.Jefri menghabiskan waktu sepanjang malam untuk memilah perasaannya. Pada akhirnya, dia menyadari kalau dia benar-benar memiliki perasaan terhadap Winda, yang seharusnya tidak dia miliki. Dia mengira saat itu dia pergi ke rumah sakit untuk berbaikan dengan Winda adaalh demi Luna. Namun, set
“Jefri, kamu ingin peras aku karena sudah menyelamatkan aku?” tanya Winda dengan raut wajah yang sangat dingin.Jefri mengepalkan tangannya, lalu menundukkan kepala untuk menyembunyikan rasa bersalah yang terpancar di matanya. Kemudian, dia berkata dengan suara yang berat, “Kamu berutang padaku, jadi kamu harus bayar.”Winda tertawa sinis, “Selama ini aku sudah lakukan begitu banyak hal untuk kamu. Menurutmu aku masih berutang padamu? Sekalipun iya, aku tetap nggak akan setujui dua pilihan yang kamu bilang tadi. Aku nggak bisa melakukannya.”Tanpa berpikir pun Winda tidak akan melakukan hal seperti mencuri proposal. Kalau membujuk ayahnya untuk berinvestasi di Gunawan Group, Winda takut begitu dia selesai bicara dengan ayahnya, Hengky langsung tahu mengenai hal ini. Kemarin dia baru saja bersumpah di depan keluarga Pranoto kalau dia akan memutuskan semua hubungan dengan Jefri. Hari ini Winda tidak akan ragu untuk berselisih dengan ayahnya demi Jefri. Dia hanya takut Sekar akan mengguna
Jefri bisa menebak apa yang ada di pikiran Winda ketika melihat ekspresi Winda yang tampak frustrasi. Setelah ragu sejenak, dia pun berkata, “Bukannya kamu punya saham di Atmaja Group? Pakai dana enam ratus miliar seharusnya nggak begitu sulit.”Winda spontan terkejut dan menatap Jefri dengan curiga. Kemudian, dia bertanya sambil mengerutkan kening, “Kenapa kamu bisa tahu aku punya saham di Atmaja Group?”Winda memang memiliki sepuluh persen saham di Atmaja Group. Saham itu merupakan warisan dari ibunya yang telah meninggal.Hanya saja, Winda tidak pernah memberi tahu hal ini kepada Jefri. Pria itu seharusnya tidak tahu, kecuali Luna memberi tahu pria itu.Jefri tampak menyesal, tapi dia segera menyembunyikan penyesalannya dengan senyuman, “Kamu pernah bilang sama aku secara nggak sengaja dulu. Kamu bilang saja bisa bantu aku atau nggak.”Dari reaksi Jefri, Winda bisa memastikan kalau hal ini pasti ada hubungannya dengan Luna. Terlalu banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini, sampai-sam
Namun siapa sangka, begitu Winda sampai di depan tangga, Winda melihat sosok yang dikenalnya. Dia ingin bersembunyi, tapi sudah terlambat.Begitu Hengky mendongak, dia pun melihat Winda berdiri mematung di depan tangga dengan wajah pucat. Dari ekspresinya kentara sekali perempuan itu sedang panik dan kebingungan.“Sayang, kenapa kamu ada di sini?” Winda melengkungkan sudut bibirnya yang terasa kaku dan tersenyum pada Hengky.Winda melirik ke belakang dari ekor matanya, sambil berdoa agar Jefri tidak keluar saat ini. Kalau tidak, dia benar-benar tidak bisa memberi penjelasan lagi.Mungkin karena Hengky muncul tiba-tiba, Winda yang tidak sama sekali tidak bisa menyembunyikan perasaannya dengan baik. Kegelisahan dan kepanikan di mata perempuan itu begitu jelas, Hengky ingin mengabaikannya pun tidak bisa.Hengky melihat Winda melirik ke belakang, dia pun menyadari sesuatu. Raut wajah pria itu seketika menjadi sangat muram.“Kenapa kamu gugup begitu?” tanya Hengky sambil menatapnya dengan d
“Kamu nggak apa-apa?” tanya Jefri dengan prihatin.Winda langsung mendorong Jefri menjauh darinya. Tiba-tiba perempuan itu berbalik dan menampar Jefri.“Jefri, kamu sengaja jebak aku?” Dia memelototi Jefri dengan tajam, di matanya penuh dengan kebencian dan rasa jijik.Setelah semua jadi seperti ini, Winda benar-benar bodoh kalau dia masih tidak bisa mengetahuinya. Tidak mungkin Hengky tiba-tiba muncul di sini, apalagi di waktu yang sangat pas. Pasti Jefri yang memberi tahu Hengky tentang hal ini.Jefri menyeka darah di sudut bibirnya dengan tangan. Pada saat dia melihat wajah Winda yang sangat marah, dia pun bertanya dengan cemberut, “Ini pertama kalinya kamu pukul aku. Winda, kamu benar-benar jatuh cinta pada Hengky?”“Jefri, aku batalkan kesepakatan kita tadi. Camkan baik-baik. Kalau kamu masih berani memainkan trik-trik di belakangku, jangankan Gunawan Group, aku akan buat kamu nggak bisa tinggal di Kota Jenela lagi!”Usai berkata, Winda pun tidak peduli dengan Jefri lagi. Dia berg
Usai berkata, Winda mengulurkan tangan untuk menghentikan taksi. Begitu taksi berhenti di depannya, dia langsung masuk ke dalam mobil tanpa ragu.Sementara itu, Jefri masih berdiri di tempat, menatap taksi yang membawa Winda pergi. Ada perasaan tidak terima di mata pria itu. Tangan yang tergantung di sisi badannya mengepal. Dia pun bergumam sambil menggertakkan gigi, “Jangan menyesal, Winda!”Winda yang memprovokasinya lebih dulu, jadi Jefri tidak akan melepaskan perempuan itu begitu saja.“Hengky, angkat teleponnya!” Winda memegang ponselnya dan menelepon Hengky berulang kali, tapi pria itu tidak mengangkat telepon.Sopir taksi yang membawa Winda adalah seorang paman yang baik hati. Pada saat dia melihat wajah Winda yang agak pucat, juga terlihat menyesal dan cemas, dia pun bertanya, “Lagi bertengkar dengan pacar, ya? Dia nggak angkat telepon?”Winda menatap ponsel yang menampilkan panggilannya ditolak lagi, kedua matanya langsung memerah. Dia mengangguk ke sopir taksi dan menjelaskan
Lani langsung menutup mulutnya, lalu menundukkan kepala dan melanjutkan pekerjaannya.Santo belum kembali ke meja kerjanya, tiba-tiba ponselnya yang berada di atas meja berdering. Dia segera mengambil ponselnya. Tanpa sadar dia mengangkat alisnya ketika melihat nama penelepon yang tertera di layar ponselnya.Kebetulan sekali? Kelihatannya tebakan Santo benar. Amarah Hengky benar-benar ada hubungannya dengan istrinya.“Bu.” Santo segera mengangkat telepon.Begitu Lani mendengar cara Santo memanggil si penelepon, tangannya yang sedang mengetik tiba-tiba berhenti. Dia pun melihat ke arah Santo dengan heran.Lani bertanya-tanya, tadi dia tidak salah dengar, bukan? Santo memanggil orang itu dengan sebutan ibu? Ibu yang mana? Jangan-jangan ....Lani melihat ke arah kantor Hengky, tapi tidak ada pergerakan dari dalam. Dia pernah mendengar kabar kalau Hengky telah menikah. Namun, hal itu tidak pernah dikonfirmasi, dia juga tidak pernah bertemu dengan istri CEO-nya itu. Oleh karena itu, Lani me