Share

Bab 170

Rumah kakek Hengky jauh dari perkotaan. Butuh waktu lebih dari satu jam untuk pergi ke restoran itu dari sini. Apalagi di jam seperti ini, lalu lintas lebih macet dari biasanya. Pada saat Winda tiba di restoran, tinggal lima menit lagi sebelum pukul 12.00.

Winda mengeluarkan topi dan masker dari tas dan memakainya. Dia menutupi dirinya sebelum keluar dari mobil. Setelah sopir melihatnya masuk ke dalam restoran, sopir itu mengeluarkan ponselnya dan menelepon Hengky.

Lantai teratas gedung Pranoto Group, di ruang CEO. Hengky menerima sebuah panggilan tak terduga.

“Pak Hengky, aku Jefri.”

Hengky menyipitkan matanya dengan wajah tanpa ekspresi. Dia mengetukkan jarinya ke meja dengan ringan, lalu tertawa sinis dan berkata, “Ada apa?”

“Aku ingin bertaruh dengan Pak Hengky. Apakah Pak Hengky tertarik?”

“Nggak tertarik.” Hengky menjawab dengan dingin, hendak menutup telepon.

Pasti ada yang salah dengan otak Jefri, makanya pria itu berani bersikap arogan di depan Hengky. Seolah teringat dengan k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status