“Kamu nggak apa-apa?” tanya Jefri dengan prihatin.Winda langsung mendorong Jefri menjauh darinya. Tiba-tiba perempuan itu berbalik dan menampar Jefri.“Jefri, kamu sengaja jebak aku?” Dia memelototi Jefri dengan tajam, di matanya penuh dengan kebencian dan rasa jijik.Setelah semua jadi seperti ini, Winda benar-benar bodoh kalau dia masih tidak bisa mengetahuinya. Tidak mungkin Hengky tiba-tiba muncul di sini, apalagi di waktu yang sangat pas. Pasti Jefri yang memberi tahu Hengky tentang hal ini.Jefri menyeka darah di sudut bibirnya dengan tangan. Pada saat dia melihat wajah Winda yang sangat marah, dia pun bertanya dengan cemberut, “Ini pertama kalinya kamu pukul aku. Winda, kamu benar-benar jatuh cinta pada Hengky?”“Jefri, aku batalkan kesepakatan kita tadi. Camkan baik-baik. Kalau kamu masih berani memainkan trik-trik di belakangku, jangankan Gunawan Group, aku akan buat kamu nggak bisa tinggal di Kota Jenela lagi!”Usai berkata, Winda pun tidak peduli dengan Jefri lagi. Dia berg
Usai berkata, Winda mengulurkan tangan untuk menghentikan taksi. Begitu taksi berhenti di depannya, dia langsung masuk ke dalam mobil tanpa ragu.Sementara itu, Jefri masih berdiri di tempat, menatap taksi yang membawa Winda pergi. Ada perasaan tidak terima di mata pria itu. Tangan yang tergantung di sisi badannya mengepal. Dia pun bergumam sambil menggertakkan gigi, “Jangan menyesal, Winda!”Winda yang memprovokasinya lebih dulu, jadi Jefri tidak akan melepaskan perempuan itu begitu saja.“Hengky, angkat teleponnya!” Winda memegang ponselnya dan menelepon Hengky berulang kali, tapi pria itu tidak mengangkat telepon.Sopir taksi yang membawa Winda adalah seorang paman yang baik hati. Pada saat dia melihat wajah Winda yang agak pucat, juga terlihat menyesal dan cemas, dia pun bertanya, “Lagi bertengkar dengan pacar, ya? Dia nggak angkat telepon?”Winda menatap ponsel yang menampilkan panggilannya ditolak lagi, kedua matanya langsung memerah. Dia mengangguk ke sopir taksi dan menjelaskan
Lani langsung menutup mulutnya, lalu menundukkan kepala dan melanjutkan pekerjaannya.Santo belum kembali ke meja kerjanya, tiba-tiba ponselnya yang berada di atas meja berdering. Dia segera mengambil ponselnya. Tanpa sadar dia mengangkat alisnya ketika melihat nama penelepon yang tertera di layar ponselnya.Kebetulan sekali? Kelihatannya tebakan Santo benar. Amarah Hengky benar-benar ada hubungannya dengan istrinya.“Bu.” Santo segera mengangkat telepon.Begitu Lani mendengar cara Santo memanggil si penelepon, tangannya yang sedang mengetik tiba-tiba berhenti. Dia pun melihat ke arah Santo dengan heran.Lani bertanya-tanya, tadi dia tidak salah dengar, bukan? Santo memanggil orang itu dengan sebutan ibu? Ibu yang mana? Jangan-jangan ....Lani melihat ke arah kantor Hengky, tapi tidak ada pergerakan dari dalam. Dia pernah mendengar kabar kalau Hengky telah menikah. Namun, hal itu tidak pernah dikonfirmasi, dia juga tidak pernah bertemu dengan istri CEO-nya itu. Oleh karena itu, Lani me
Lani tertangkap basah, dia spontan terdiam karena kaget, untung saja tidak tersedak air liurnya sendiri. Semangat bergosip yang berkobar di matanya langsung padam.“Pak-Pak Hengky.” Lani menyapa si bos dengan terbata-bata. Setelah itu, dia menundukkan kepala dengan perasaan bersalah dan mengambil dokumen di atas mejanya, lalu pura-pura sedang membaca dokumen.“Apa yang kalian bicarakan barusan?” Hengky berjalan mendekat. Sebuah aura yang mengintimidasi seketika memenuhi ruangan itu.Lani hampir membenamkan seluruh kepalanya di dalam dokumen, sama sekali tidak ada semangat bergosip seperti tadi.Mata Hengky tiba-tiba tertuju pada ponsel di tangan Santo. Dia menatap asistennya itu sejenak, lalu berjalan kembali ke ruangannya sambil berkata, “Santo, ke sini sebentar.”Santo hanya bisa menghela napas tak berdaya. Lani yang melihatnya dari samping diam-diam berbisik, “Pak Santo, berdoa saja.”Santo tertawa pelan sambil menggelengkan kepala, lalu dia pergi ke ruangan Hengky sambil membawa po
Usai berkata, karyawan itu menghubungi nomor internal ruangan CEO. Sebelum panggilan itu terhubung, Winda telah melihat Santo keluar dari lift dan berjalan ke arahnya dengan cepat.Santo memiliki temperamen yang sangat baik. Begitu melihat Santo, karyawan bagian resepsionis itu langsung menutup telepon dan berkata, “Pak Santo, dia bilang mau bertemu dengan Pak Hengky, katanya dia sudah buat janji dengan Pak Santo.”Santo mengangguk pada karyawan itu, lalu menoleh untuk melihat Winda. Setelah itu, dia menyapa Winda dengan hormat, “Bu Winda.”Sapaan Santo seketika menarik perhatian orang-orang di sekitar. Karyawan bagian resepsionis tampak paling terkejut. Dia merasa canggung ketika melihat wajah Winda yang tertutup masker.Winda tidak memperhatikan hal-hal itu. Dia menatap Santo dan berkata, “Dia masih ada di kantor?”“Iya.” Santo tampak agak ragu-ragu. Dia menatap panggung di depannya sebentar, lalu berkata dengan suara pelan, “Bu Winda, kita bicara di sana saja.”Winda mengangguk pela
Mata Hengky bergetar ketika mendengar perkataan ‘Orang yang aku sukai itu kamu’. Namun, dia sama sekali tidak merasa senang ketika mendengarnya. Hengky justru merasa perkataan itu seperti menghina dan mengejeknya. “Aku nggak peduli sama tujuanmu dan Jefri. Tapi yang jelas, aku akan membuat kalian menyesal kalau sampai kalian berniat untuk menghancurkanku!” seru Hengky kesal.Winda sangat kaget dan hanya bisa tertunduk sedih ketika mendengar perkataan Hengky. Dia bisa mengerti kalau Hengky tidak mempercayainya. Di kehidupan sebelumnya, setiap kali Winda bersikap lemah lembut kepada Hengky, semua itu pasti ada hubungannya dengan Jefri. Jadi, wajar saja kalau sekarang Hengky merasa curiga ketika Winda mengungkapkan rasa sayangnya kepada Hengky. Bahkan Hengky juga menduga kalau Winda melakukan semua ini padanya hanya untuk membela Jefri. Winda memang selalu bersikap tidak sabaran. Dia baru saja terlahir kembali selama beberapa hari, tapi sikapnya kepada Hengky sudah berubah 180 derajat.
Winda menarik napas dalam-dalam. Dia berusaha untuk menahan tangisnya. Kemudian dia menghela napas seraya berkata, “Aku pergi dulu. Kamu lanjutkan saja pekerjaanmu.”Winda mengenakan kacamatanya dan berjalan keluar ruangan kantor. Dia merasa sudah menghabiskan seluruh keberaniannya untuk berbicara dengan Hengky hari ini. Santo langsung berdiri ketika mendengar suara pintu kantor dibuka. Dia tidak bisa melihat wajah Winda dengan jelas karena Winda sedang mengenakan kacamata. Namun, Santo tahu kalau ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada Winda.“Bu Winda ....”“Aku pergi dulu,” ujar Winda tanpa menunggu Santo menyelesaikan kalimatnya. Santo merasa ragu untuk mengikuti Winda, tapi tiba-tiba saja Hengky memanggilnya masuk ke dalam ruangan.“Pak Hengky, Bu Winda ....”Santo melirik ke arah Hengky, tapi Hengky buru-buru berkata ketika Santo baru saja membuka mulutnya, “Nggak usah ikut campur urusan orang lain. Kamu kerjakan saja kerjaanmu!”Santo langsung menutup mulutnya dan menghela n
Jefri sempat terdiam selama beberapa saat lalu bertanya, “Kamu memang sudah berencana untuk memanfaatkanku sejak awal, kan?” Luna terkejut karena dia tidak pernah menyangka kalau Jefri akan menanyakan hal ini secara langsung kepadanya.“Kak Jefri, kenapa nanya kayak gitu, sih? Memangnya Kakak masih nggak memahamiku setelah bertahun-tahun kita saling mengenal?” tanya Luna sambil tersenyum setelah sempat terdiam selama beberapa saat. Kemudian Luna kembali bertanya dengan nada kecewa, “Kenapa Kakak bisa berpikir begitu? Padahal aku cuma mau bantu Kakak karena Kakak kayaknya sayang banget sama kakakku.”Sebelumnya, Jefri selalu mempercayai perkataan Luna mentah-mentah. Namun, dia langsung merasa ragu setelah mendengar reaksi Luna ketika dia menyebut nama Hengky. “Luna, kamu jujur saja sama aku. Kamu suka kan sama Hengky?” tanya Jefri. Luna langsung tampak ragu untuk menjawab pertanyaan Jefri. Dia tahu bagaimana pemikiran Jefri kepadanya selama bertahun-tahun ini. Jadi, Luna selalu beru