Kini, Nirina merasa sangat jijik melihat ekspresi sok sedih Sandra. Dia berkata, "Berhenti berpura-pura sedih di hadapanku. Lain kali aku nggak bakal percaya padamu lagi. Minggir sana."Selesai berbicara, Nirina membungkuk untuk mencabut rebung lagi. Dia bertanya kepada Maudy dengan ekspresi menyanjung, "Kak, coba lihat benar nggak? Aku takut salah pilih rebung."Ketika melihat sikap Nirina yang berubah drastis dan suasana harmonis itu, Sandra mengepalkan tangannya dengan kesal. Dia sampai di depan kereta dorong, lalu menyerahkan air yang pernah diminum kepada Ammar."Kak, cuaca terlalu panas. Nah, ini airku. Kamu minum saja supaya nggak kehausan," ucap Sandra.Bagas dan Echa bertatapan sesaat. Mereka sangat membenci tingkah Sandra ini sehingga tidak ingin melihatnya.Namun, Sandra sama sekali tidak peduli. Dia tetap menatap Ammar dengan tatapan penuh cinta. Sekalipun Ammar tidak bisa berjalan, ketampanannya tetap terpancar dengan baik. Belum lagi aura dinginnya yang membuat Sandra jat
Ternyata mereka menemukan gua untuk beristirahat. Petra menginstruksi semua orang untuk beristirahat dulu.Para petugas pemerintah mencari posisi ternyaman di dalam gua untuk menggelar tikar. Sementara itu, para narapidana langsung berbaring di tanah tanpa peduli pada apa pun.Ketika melihat para narapidana yang tergeletak tak berdaya seperti mayat itu, Maudy pun menggeleng. Perjalanan ke pengasingan baru dimulai. Meskipun sangat melelahkan, untungnya belum ada yang mati sampai sekarang. Namun, tidak ada yang tahu bagaimana ke depannya."Ibu, tolong oleskan obat untuk Ammar. Aku mau mencari makanan di sekitar sini dulu," ujar Maudy yang ingin mencari buah liar atau kelinci di sekitar hutan.Laksmi tahu obat apa yang dimaksud oleh Maudy. Dia mengangguk dan menyahut, "Baiklah. Kamu hati-hati ya."Ammar menatap Maudy dengan cemas sambil berkata, "Hutan ini sangat lebat. Jangan pergi terlalu jauh. Mungkin ada binatang buas di pedalaman.""Tenang saja." Maudy menyunggingkan senyuman sombong
Kedua kaki Ibnu sampai gemetaran. Dia bertanya, "Bos ... kita ... kita kabur atau gimana nih?"Di belakang banteng itu, masih ada 2 ekor banteng lain. Semuanya tampak ganas dan berlari kencang.Petra menyahut, "Tentu saja kabur. Masa menunggu mati di sini?"Entah apa yang dilakukan Sandra hingga membuat ketiga ekor banteng itu murka. Asal tahu saja, banteng yang murka bisa menabrak orang hingga mati.Seiring perintah Petra, para petugas pemerintah langsung berlari ke luar gua. Para narapidana pun mengikuti di belakang sambil berteriak ketakutan.Bukannya mereka tidak ingin memanfaatkan peluang ini untuk kabur, tetapi mereka tidak tahu rute hutan ini dan hanya akan berakhir makin tragis jika tersesat."Tuan-tuan, tolong tunggu kami!""Tolong kami!"Ketika anggota Keluarga Lesmana melihat ini, mereka langsung mengambil koper dan kabur. Dewi masih sempat memaki, "Sandra, kamu ini pembawa sial! Kamu ingin mencelakai kami semua ya? Jangan berlari kemari! Pergi sana!"Sementara itu, Zhea mem
Maudy sudah lelah dikejar oleh banteng-banteng ini! Keningnya dipenuhi keringat. Dia menyibakkan rambutnya dengan keren, lalu menarik pelatuk.Dor! Dor! Dor! Sebelum sempat bereaksi, ketiga ekor banteng itu tewas di tempat dan terjatuh begitu saja. Maudy juga terduduk lemas.Pil Penguat Tubuh punya efek samping. Kini, seluruh energi Maudy terkuras sehingga dia hanya bisa berbaring tanpa daya.Maudy memejamkan matanya. Dia harus memulihkan energinya supaya bisa kembali. Jika tidak, dia bisa mati di sini.Jadi, Maudy mengeluarkan ayam panggang, hamburger, dan minuman soda dari ruang ajaib ....Sudah sejam sejak Maudy meninggalkan kelompoknya. Mereka awalnya merasa gelisah, tetapi kini yakin banteng itu tidak akan kembali lagi. Satu per satu turun dengan lemas. Setelah merasakan kepanikan yang luar biasa, tidak ada yang sanggup berbicara lagi."Kenapa Kak Maudy belum kembali?" tanya Nirina sambil menggulung celananya. Dia dan Laksmi sama-sama terluka karena terjatuh beberapa kali tadi. Me
Mata Sandra berkaca-kaca. Dia tidak berani mengakui perkataan Maudy. Dia bergumam, "Bukan. Bukan aku pelakunya, tapi kamu ...."Maudy tidak menghiraukannya lagi. Tidak ada gunanya berbicara dengan orang yang berpura-pura bodoh seperti ini. Dia mengeluarkan obat untuk mengoleskan luka pada lutut Laksmi dan Nirina."Kak, obat ini punya sensasi dingin. Nggak sakit sedikit pun waktu dioleskan!" ucap Nirina dengan senang. Kalau tidak salah, Maudy memetik bahan obat di perjalanan dan menghancurkannya menjadi obat ini. Ternyata efeknya begitu luar biasa."Obat ini jauh lebih berguna daripada obat luka yang dijual di apotek. Kalau dijual, pasti banyak peminatnya," tambah Nirina.Maudy punya banyak obat seperti ini di ruang ajaibnya, tetapi tidak pernah berpikiran menjualnya. Sesudah Nirina mengatakannya, hati Maudy jadi tergerak.Total narapidana yang akan diasingkan mencapai lebih dari 200 orang. Ditambah dengan petugas pemerintah, totalnya menjadi 300 orang.Maudy tidak punya hubungan dengan
Sayangnya, orang-orang mengetahui perselisihan di antara kedua belah pihak sehingga tidak ada yang berani membantu. Mereka tidak ingin menyinggung Maudy. Apalagi, Sandra yang membawa banteng itu kemari.Jadi, ketika meminta bantuan, Dewi dan lainnya langsung ditolak mentah-mentah, bahkan beberapa orang yang anggota keluarganya tewas tidak segan-segan menendang mereka. Anggota Keluarga Lesmana sungguh murka. Mereka memaki satu sama lain.Di sisi lain, Maudy mengurus daging banteng sambil menonton keseruan itu. Suasana hatinya benar-benar baik sekarang.Tidak mudah untuk mengurus banteng yang begitu besar. Karena selamat dari mara bahaya, Petra mengizinkan mereka untuk beristirahat semalaman. Dengan demikian, Maudy punya banyak waktu untuk mengurus banteng itu.Maudy menyalakan api untuk membakar semua bulu banteng. Kemudian, dia meminjam pisau dari petugas pemerintah untuk memotong daging banteng menjadi beberapa bagian. Sesudahnya, dia pergi ke sungai untuk mencuci daging itu."Dafin,
"Ehem, ehem. Maudy, aku ingin bertanya sesuatu padamu," ucap Petra yang merasa malu kalau harus berbicara terus terang."Ada apa?" tanya Maudy sambil tersenyum tipis. Sebenarnya dia tahu tujuan kedatangan Petra. Dia tidak langsung mengatakannya karena ingin membina hubungan dengan petugas pemerintah.Maudy tahu dirinya tidak boleh terburu-buru atau orang-orang ini akan mengira keluarga mereka mudah didekati. Kelak jika Maudy memberi mereka keuntungan lagi, dia pun tidak akan dihargai seperti ini lagi."Eee ...." Petra tampak kebingungan. Dia akhirnya berucap, "Daging kami kurang enak. Coba bantu aku periksa apa yang salah."Maudy berpura-pura terkejut. Dia bertanya, "Kurang enak? Kenapa bisa begitu? Daging yang kalian dapat sama dengan kami, 'kan?"Ketika berbicara, Maudy menunjuk daging di tangannya. Dia meneruskan, "Apa kalian bisa tunggu sebentar? Kami baru mulai makan. Setelah aku makan, aku akan membantu kalian."Begitu mendengarnya, Petra termangu sesaat. Kemudian, dia merasa aga
Petra adalah pemimpin mereka sehingga menjadi orang pertama yang makan. Dia meniru cara makan Maudy dengan membungkus daging panggang itu menggunakan daun wijen.Begitu daging banteng masuk ke mulutnya, segala keluh kesah Petra pun hilang. Dia memicingkan mata dengan puas dan tampak sangat menikmati makanannya."Enak sekali! Semuanya, ayo dicicipi." Begitu mendengar ucapan Petra, para petugas akhirnya tidak bisa menahan diri lagi.Mereka mengambil pisau untuk memotong daging banteng, lalu membungkusnya dengan daun wijen dan memasukkannya ke mulut. Sebelumnya mereka masih merasa kesal terhadap Maudy, tetapi sekarang mereka merasa penantian mereka sangat pantas. Jika dibandingkan dengan rasa daging ini, penantian sesaat itu tidak apa apa-apanya."Maudy, kamu benar-benar hebat!""Benar! Ini pertama kalinya aku makan daging panggang selezat ini."Maudy tersenyum rendah hati. Daging panggangnya bisa selezat itu karena bumbu dapur yang digunakannya. Begitu menaburkan bumbu-bumbu itu, sayura