Selesai berbicara, Ammar menatap Maudy dengan agak gelisah. Bagaimanapun, Maudy mempertaruhkan nyawanya untuk mendapat bahan makanan. Ammar khawatir Maudy tidak rela membagikannya kepada orang lain.Siapa sangka, Maudy menyetujuinya dengan gembira, "Oke."Maudy mengira ada masalah besar apa, tetapi ternyata hanya masalah kecil. Dia meneruskan, "Setelah semua orang tidur, aku akan membagikan daging panggang ini kepada mereka.""Terima kasih." Ekspresi Ammar tampak agak rumit."Sama-sama. Lagian, aku memindahkan barang-barang dari gudangmu," sahut Maudy.Jika dibandingkan dengan barang-barang di gudang Ammar, beberapa potongan daging panggang tidak ada apa-apanya.Tatapan Ammar tampak heran saat bertanya, "Sebenarnya aku sangat penasaran di mana kamu menyembunyikan barang-barang di gudangku itu?"Ammar bisa menebak bahwa ada sesuatu yang spesial dari Maudy, tetapi dia tidak tahu apa itu. Maudy menyipitkan matanya sambil tersenyum, lalu berkata, "Aku nggak akan memberitahumu. Sebaiknya ka
Wani tampak sangat sedih. Keluarganya punya 6 cucu laki-laki dan akhirnya mendapat seorang cucu perempuan.Selama ini, mereka sangat menyayangi dan memanjakan anak perempuan ini. Meskipun dalam perjalanan ke pengasingan, anak ini tetap makan dan minum dengan baik.Siapa sangka, malah terjadi kecelakaan seperti ini hari ini. Ketika mencoba menyelamatkan diri, anak perempuan ini diseruduk banteng hingga terhempas. Dia memang selamat, tetapi organ dalamnya terluka. Hal ini membuatnya memuntahkan banyak darah.Meskipun demikian, anak perempuan ini sangat pengertian. Dia tidak menangis ataupun membuat keributan. Melihat ini, Wani merasa makin sedih dan tidak berdaya.Ketika mendengar Maudy ingin membantunya, Wani pun sempat curiga. Bagaimana mungkin wanita semuda Maudy menguasai ilmu medis?Namun, Wani segera menyingkirkan kecurigaannya. Mereka tidak mungkin bisa menemukan tabib di hutan belantara seperti ini. Jadi, sebaiknya biarkan Maudy memeriksa cucunya.Selain itu, Maudy berhasil menye
Maudy menggeleng. Dia tahu kesehatan pemilik asli tubuh ini sangat buruk karena disiksa keluarga sendiri. Jika ingin hamil, sepertinya akan sangat sulit seperti saat di kehidupan lampau.Untungnya, tubuh ini masih bisa diobati. Asalkan mengonsumsi banyak makanan bernutrisi, Maudy masih bisa hamil.Maudy menyerahkan kembali anak itu kepada Wani, lalu memberikan sisa obatnya kepada mereka dan berpesan, "Obat ini cukup dikonsumsi sebotol sehari selama 7 hari. Jangan makan makanan keras untuk sementara ini."Ketika menyerahkan daging panggang kepada Taufik, Maudy juga memberinya sebuah kantong air. Dia berkata, "Isinya adalah susu. Setelah anak ini bangun, beri dia minum. Susu bagus untuk kesehatannya."Taufik adalah seorang pria dewasa, tetapi tetap terharu hingga meneteskan air mata. Dengan suara serak, dia berujar, "Terima kasih. Aku nggak akan melupakan kebaikan kalian. Beri tahu saja aku kalau butuh bantuan."Maudy mengangguk menatap tatapan mereka yang penuh rasa syukur. Dia berucap,
Maudy tidak tahu apa yang dipikirkan Ammar. Ketika mendengar Ammar berterima kasih padanya, dia menyahut, "Sama-sama. Kalau kamu benar-benar ingin membalas kebaikanku, berjanjilah satu hal padaku. Setelah tiba di Ningguta, kalau aku minta cerai, kamu nggak boleh menolak."Selama perjalanan ini, Maudy akan mencoba berhubungan baik dengan Ammar. Namun, jika mereka tidak cocok, Maudy lebih baik melewati hari-harinya sendirian.Ucapan Maudy ini membuat Ammar tertegun. Dia tidak menyangka Maudy berniat bercerai darinya. Apakah surat rahasia yang mengatakan Maudy menyukai pria lain itu benar?Ammar sontak merasa gusar. Dia sampai tidak bisa mendeskripsikan perasaannya ini. Pada akhirnya, dia hanya mengiakan dengan suara rendah. "Ya."Keduanya berbaring sambil merenung. Keesokan pagi begitu langit terang, Maudy langsung bangun. Setelah perjalanan beberapa hari ini, dia menjadi terbiasa bangun pagi.Selagi orang yang bangun belum terlalu banyak, Maudy pergi ke tebing untuk menggosok gigi dan m
Sejak berangkat pagi tadi, Ammar sangat diam. Dia bahkan belum melontarkan sepatah kata pun sampai sekarang. Nirina yang biasanya tidak peduli juga menyadari kejanggalan ini."Kak, kamu kenapa? Apa ada lukamu yang sakit?" tanya Nirina. Ammar tidak merespons. Dia masih memikirkan perceraian yang diungkit oleh Maudy semalam.Ketika melihat Maudy kembali, Ammar langsung memalingkan wajah karena tidak ingin Maudy mengetahui kekesalannya.Tanpa diduga, Maudy ternyata mendengar ucapan Nirina. Dia segera menghampiri dan hendak membuka baju Ammar untuk memeriksa. "Biar kuperiksa.""Nggak usah." Ammar langsung menahan tangan Maudy. Ketika bertatapan dengan tatapan Maudy yang kebingungan, Ammar merasa canggung. Dia menambahkan, "Pria dan wanita harus menjaga jarak. Lain kali aku akan mengoleskan obatku sendiri."Begitu melontarkan ucapan ini, Ammar seketika menyesal. Entah kenapa dia bisa mengatakan hal semacam itu. Dia pun menatap Maudy, berharap Maudy menolak permintaannya.Alhasil, Maudy term
Di samping dapur, Maudy melihat sebuah gedung baru, yaitu market. Hanya ada sebuah layar besar di gedung itu. Di layar itu, terlihat daftar barang yang dikumpulkan Maudy selama ini."Apa gunanya market ini?" tanya Maudy. Setelah mencoba mencari tahu, dia tidak tahu cara menggunakan market.[ Market adalah platform perdagangan. Host bisa mencantumkan semua barang yang ada di ruang ajaib ke platform perdagangan untuk dijual. ]Maudy merasa antusias mendengarnya. Sepertinya ini sangat seru. Barang-barang yang didapatkan Maudy terlalu banyak, tetapi beberapa tidak berguna untuknya. Dia bisa menjualnya melalui market.Maudy mengaktifkan layar. Semua pengguna adalah penjelajah waktu yang terikat pada sistem. Sementara itu, barang-barang yang tercantum tak terhitung jumlahnya.Maudy melakukan registrasi dulu, lalu mencantumkan sebuah bangku ke daftar. Namun, bangku itu tidak langsung terjual.Maudy tidak terburu-buru. Dia memeriksa market sesaat, lalu keluar dari ruang ajaib. Dia mendapati sa
Ketika Taufik hendak menggendong Wani, tiba-tiba ada 3 orang yang terjatuh lagi. Salah satunya adalah petugas pemerintah.Orang lainnya yang masih bertahan pun tampak sempoyongan seperti tidak kuat lagi. Situasi ini seketika membuat semua orang panik."Apa kita keracunan? Sejak masuk hutan ini, aku merasa sesak napas dan pusing.""Gimana ini? Apa kita akan mati di sini?""Aku nggak ingin mati ...."Orang-orang mulai bergosip dengan takut. Suasana di tempat ini pun menjadi sangat mencekam. Melihat ini, Petra membentak dengan ekspresi dingin, "Tutup mulut kalian! Jangan sembarangan bicara! Cepat berdiri dan lanjutkan perjalanan!"Petra mencoba menenangkan semua orang. Namun, saat berikutnya, tubuhnya malah terasa tidak nyaman.Ibnu berbisik, "Bos, lihat kabut putih yang menyelimuti hutan ini. Jangan-jangan itu yang disebut miasma?"Miasma? Mereka tidak pernah melihat miasma, tetapi pernah mendengar tentangnya. Jarang ada orang yang bisa keluar dari hutan yang memiliki miasma. Kebanyakan
"Semuanya, ayo minum sup obat. Setelah minum obat ini, kita baru lanjutkan perjalanan," ujar Maudy sambil mendistribusikan obat kepada semua orang.Para petugas pemerintah tentu berdiri di barisan depan. Setelah mereka, Maudy memilih beberapa keluarga yang berhubungan baik dengannya, seperti keluarga Bagas, keluarga Akbar, dan keluarga Taufik.Kemudian, Maudy membagikan sup obat kepada keluarga lainnya lagi, kecuali Keluarga Lesmana. Ketika Dewi yang memegang mangkuk kosong mendapati Maudy membuang sup obat yang tersisa tanpa membagikan kepada mereka, dia langsung memaki, "Kurang ajar! Kita ini keluarga. Kamu lebih memilih menolong orang lain daripada keluarga sendiri?"Maudy mengedikkan bahu dan menimpali, "Kita sudah putus hubungan, 'kan?""Kamu ini!" Seluruh anggota Keluarga Lesmana benar-benar menyesal sekarang. Jika bukan karena khawatir terlibat karena keluarga ketiga, mana mungkin mereka menyatakan putus hubungan.Tanpa diduga, ternyata Maudy punya kemampuan medis, bahkan keluar