Ketika Taufik hendak menggendong Wani, tiba-tiba ada 3 orang yang terjatuh lagi. Salah satunya adalah petugas pemerintah.Orang lainnya yang masih bertahan pun tampak sempoyongan seperti tidak kuat lagi. Situasi ini seketika membuat semua orang panik."Apa kita keracunan? Sejak masuk hutan ini, aku merasa sesak napas dan pusing.""Gimana ini? Apa kita akan mati di sini?""Aku nggak ingin mati ...."Orang-orang mulai bergosip dengan takut. Suasana di tempat ini pun menjadi sangat mencekam. Melihat ini, Petra membentak dengan ekspresi dingin, "Tutup mulut kalian! Jangan sembarangan bicara! Cepat berdiri dan lanjutkan perjalanan!"Petra mencoba menenangkan semua orang. Namun, saat berikutnya, tubuhnya malah terasa tidak nyaman.Ibnu berbisik, "Bos, lihat kabut putih yang menyelimuti hutan ini. Jangan-jangan itu yang disebut miasma?"Miasma? Mereka tidak pernah melihat miasma, tetapi pernah mendengar tentangnya. Jarang ada orang yang bisa keluar dari hutan yang memiliki miasma. Kebanyakan
"Semuanya, ayo minum sup obat. Setelah minum obat ini, kita baru lanjutkan perjalanan," ujar Maudy sambil mendistribusikan obat kepada semua orang.Para petugas pemerintah tentu berdiri di barisan depan. Setelah mereka, Maudy memilih beberapa keluarga yang berhubungan baik dengannya, seperti keluarga Bagas, keluarga Akbar, dan keluarga Taufik.Kemudian, Maudy membagikan sup obat kepada keluarga lainnya lagi, kecuali Keluarga Lesmana. Ketika Dewi yang memegang mangkuk kosong mendapati Maudy membuang sup obat yang tersisa tanpa membagikan kepada mereka, dia langsung memaki, "Kurang ajar! Kita ini keluarga. Kamu lebih memilih menolong orang lain daripada keluarga sendiri?"Maudy mengedikkan bahu dan menimpali, "Kita sudah putus hubungan, 'kan?""Kamu ini!" Seluruh anggota Keluarga Lesmana benar-benar menyesal sekarang. Jika bukan karena khawatir terlibat karena keluarga ketiga, mana mungkin mereka menyatakan putus hubungan.Tanpa diduga, ternyata Maudy punya kemampuan medis, bahkan keluar
Entah mengapa, perasaan Ammar malah makin getir saat memandang sosok belakang Maudy ....Di sisi lain, Sandra telah selesai memetik bahan obat. Sama seperti yang dilakukan Maudy, Sandra memasak semuanya untuk anggota Keluarga Lesmana.Mungkin karena pengaruh psikologis, mereka merasa lebih energik setelah meminumnya. Bahkan, kesan Dewi terhadap Sandra berubah 180 derajat.Namun, ketika melanjutkan perjalanan kembali, mereka mulai merasa ada yang aneh. Perut mereka seperti terkocok-kocok, lalu diikuti rasa sakit.Orang pertama yang tidak tahan adalah Mail. Dia berkata, "Perutku sakit sekali. Aku mau buang air besar dulu ...."Orang lainnya juga tidak tahan lagi. Mereka mengernyit dan berujar, "Perutku juga sakit sekali. Aku ingin kentut ....""Jangan kentut. Tahan sedikit. Kita coba minta izin istirahat sebentar," ucap Farhan.Di depan sana, Petra sedang memegang obor untuk menyingkirkan miasma. Mereka harus segera keluar dari hutan ini. Jika berlama-lama di sini, nyawa mereka akan bera
Begitu ucapan ini dilontarkan, semua orang sontak memahami sesuatu dan memelototi Sandra dengan tatapan penuh kebencian.Sandra hanya bisa menahan kesedihannya. Dia memetik bahan obat demi mereka semua. Dia juga keracunan. Kenapa tidak ada yang peduli padanya dan bahkan menyalahkannya?Namun, situasi sudah seperti ini. Sandra tidak punya sepeser pun sekarang, apalagi mereka sedang dalam perjalanan ke pengasingan. Jika meninggalkan Keluarga Lesmana, dia hanya akan mati.Sepanjang perjalanan, seluruh anggota Keluarga Lesmana sibuk memaki dan mengumpat Sandra. Di sisi lain, Nirina sebenarnya tidak peduli. Namun, ketika mendengar makian kejam itu, dia pun tidak tahan lagi."Mereka kelewatan sekali. Sandra berniat baik menolong mereka. Dia hanya salah memetik bahan obat, tapi mereka memakinya sampai sekejam itu," keluh Nirina.Maudy tidak merasa terkejut. Dia membalas, "Kamu juga tahu sifat mereka. Kalau kamu bernilai, mereka akan terus menyanjungmu. Kalau nggak, mereka akan menendangmu jau
Provinsi Culem sangat ramai. Banyak pedagang dan pejalan kaki yang berlalu-lalang. Sama seperti sebelumnya, para narapidana tidak diizinkan menginap di kamar yang bagus.Begitu memasuki kota, Petra langsung mencari penginapan termurah dan mengatur ruangan besar untuk semua orang. Kali ini, tidak ada yang berebutan tempat. Para narapidana memberikan tempat terbaik kepada Maudy dan lainnya."Maudy, kalian tidur di ranjang saja.""Ya, kalian bisa istirahat dengan tenang di sana. Tempat itu untuk kalian."Maudy membalas, "Nggak perlu, aku jadi merasa nggak enak hati ....""Nggak apa-apa. Kalau nggak ada kamu, kami mungkin sudah mati di hutan miasma.""Benar, jangan menolak lagi. Kamu dan keluargamu tidur di dalam saja."Para narapidana itu terlihat tulus. Maudy tidak sungkan-sungkan lagi. Dia bisa mengobrol dengan keluarga ibunya di dalam sana nanti."Terima kasih, semuanya." Setelah mengucapkan terima kasih, Maudy dan lainnya pun mendorong kereta dorong ke dalam.Adapun anggota Keluarga L
Junaidi berkata dengan nada menyesal, "Maafkan pamanmu yang nggak berguna ini. Kalau aku menjadi pejabat, aku pasti bisa menjagamu di perjalanan kali ini."Keluarga Ranggau menjalankan bisnis selama beberapa generasi. Mereka kaya, tetapi tidak punya kuasa. Pebisnis seperti mereka memiliki status terendah di kalangan masyarakat.Justru karena itu, Wahyu dan Sri menikahkan putri mereka dengan seorang adipati, berharap putri mereka bisa menjalani kehidupan mewah tanpa kekhawatiran apa pun. Siapa sangka, adipati itu ternyata pria berengsek. Dia menyiksa ibu Maudy sampai meninggal.Maudy segera menghibur mereka, "Paman, jangan menyalahkan diri sendiri. Aku cuma diasingkan, bukan mau dibunuh. Setelah tiba di Ningguta, aku pasti akan mengirim surat kepada kalian. Kalau masih ada kesempatan untuk berkumpul, aku akan membalas budi kalian."Begitu mendengarnya, mata semua orang memerah dan berkaca-kaca. Mereka berlinang air mata. Apabila memungkinkan, mereka tentu ingin Maudy tinggal di Provinsi
Kebetulan, Wahyu juga ingin mengobrol dengan Ammar. Bagaimanapun, Maudy adalah cucu kesayangan mereka dan Ammar adalah cucu menantu mereka. Ammar yang harus menjaga Maudy untuk selamanya.Wahyu datang ke sisi ranjang, lalu mengamati Ammar. Ammar tidak bisa bangkit, jadi mengangguk untuk memberi hormat. Kemudian, dia tersenyum dan membiarkan Wahyu mengamati dirinya.Sebenarnya Wahyu merasa tidak puas dengan cucu menantunya ini. Begitu Maudy menikah, dia langsung diasingkan dan Ammar cacat. Orang tua mana yang menyukai hal seperti ini?Namun, ketika melihat wajah tenang Ammar, Wahyu harus mengakui kedewasaannya. Wahyu pun duduk dan mengobrol dengan Ammar.Maudy hanya melihat dari jauh. Dia tidak tahu apa yang dikatakan Ammar kepada Wahyu. Wahyu awalnya tampak tenang, lalu ekspresinya menjadi terkejut dan kagum. Keduanya mengobrol selama lebih dari 10 menit tanpa diganggu oleh siapa pun.Meskipun merasa penasaran, Maudy tidak ingin mengacaukan rencana Ammar sehingga tetap menahan diri. Di
"Selain itu, Keluarga Ranggau rendah hati dan nggak pernah bermusuhan dengan orang. Paling-paling hanya berselisih dengan saingan mereka di dunia bisnis.""Kalau Keluarga Ranggau sampai binasa, berarti orang itu mencari penjahat yang sangat kejam. Tapi, orang semacam ini nggak mudah untuk dipekerjakan. Makanya, aku tanya apa ada bandit yang berkeliaran di Provinsi Culem?"Setelah mendengar penjelasan Ammar, Maudy merasa kagum padanya. Ammar memang cerdas sehingga terpikir akan hal ini."Jadi, kakekku bisa menemukan pelakunya nggak?" tanya Maudy."Tentu saja bisa. Musuh kakekmu nggak banyak. Dia pasti bisa menebaknya," timpal Ammar sambil mengelus kepala Maudy untuk menenangkannya.Karena masalah Keluarga Ranggau, hubungan keduanya membaik. Setelah itu, mereka baru teringat bahwa hubungan mereka sedang canggung. Keduanya pun bertatapan dan segera mengalihkan pandangan masing-masing.Maudy bangkit dan berucap dengan kaku, "Eee ... terima kasih kalau begitu ...."Tatapan Ammar tampak sura