Sayangnya, orang-orang mengetahui perselisihan di antara kedua belah pihak sehingga tidak ada yang berani membantu. Mereka tidak ingin menyinggung Maudy. Apalagi, Sandra yang membawa banteng itu kemari.Jadi, ketika meminta bantuan, Dewi dan lainnya langsung ditolak mentah-mentah, bahkan beberapa orang yang anggota keluarganya tewas tidak segan-segan menendang mereka. Anggota Keluarga Lesmana sungguh murka. Mereka memaki satu sama lain.Di sisi lain, Maudy mengurus daging banteng sambil menonton keseruan itu. Suasana hatinya benar-benar baik sekarang.Tidak mudah untuk mengurus banteng yang begitu besar. Karena selamat dari mara bahaya, Petra mengizinkan mereka untuk beristirahat semalaman. Dengan demikian, Maudy punya banyak waktu untuk mengurus banteng itu.Maudy menyalakan api untuk membakar semua bulu banteng. Kemudian, dia meminjam pisau dari petugas pemerintah untuk memotong daging banteng menjadi beberapa bagian. Sesudahnya, dia pergi ke sungai untuk mencuci daging itu."Dafin,
"Ehem, ehem. Maudy, aku ingin bertanya sesuatu padamu," ucap Petra yang merasa malu kalau harus berbicara terus terang."Ada apa?" tanya Maudy sambil tersenyum tipis. Sebenarnya dia tahu tujuan kedatangan Petra. Dia tidak langsung mengatakannya karena ingin membina hubungan dengan petugas pemerintah.Maudy tahu dirinya tidak boleh terburu-buru atau orang-orang ini akan mengira keluarga mereka mudah didekati. Kelak jika Maudy memberi mereka keuntungan lagi, dia pun tidak akan dihargai seperti ini lagi."Eee ...." Petra tampak kebingungan. Dia akhirnya berucap, "Daging kami kurang enak. Coba bantu aku periksa apa yang salah."Maudy berpura-pura terkejut. Dia bertanya, "Kurang enak? Kenapa bisa begitu? Daging yang kalian dapat sama dengan kami, 'kan?"Ketika berbicara, Maudy menunjuk daging di tangannya. Dia meneruskan, "Apa kalian bisa tunggu sebentar? Kami baru mulai makan. Setelah aku makan, aku akan membantu kalian."Begitu mendengarnya, Petra termangu sesaat. Kemudian, dia merasa aga
Petra adalah pemimpin mereka sehingga menjadi orang pertama yang makan. Dia meniru cara makan Maudy dengan membungkus daging panggang itu menggunakan daun wijen.Begitu daging banteng masuk ke mulutnya, segala keluh kesah Petra pun hilang. Dia memicingkan mata dengan puas dan tampak sangat menikmati makanannya."Enak sekali! Semuanya, ayo dicicipi." Begitu mendengar ucapan Petra, para petugas akhirnya tidak bisa menahan diri lagi.Mereka mengambil pisau untuk memotong daging banteng, lalu membungkusnya dengan daun wijen dan memasukkannya ke mulut. Sebelumnya mereka masih merasa kesal terhadap Maudy, tetapi sekarang mereka merasa penantian mereka sangat pantas. Jika dibandingkan dengan rasa daging ini, penantian sesaat itu tidak apa apa-apanya."Maudy, kamu benar-benar hebat!""Benar! Ini pertama kalinya aku makan daging panggang selezat ini."Maudy tersenyum rendah hati. Daging panggangnya bisa selezat itu karena bumbu dapur yang digunakannya. Begitu menaburkan bumbu-bumbu itu, sayura
Selesai berbicara, Ammar menatap Maudy dengan agak gelisah. Bagaimanapun, Maudy mempertaruhkan nyawanya untuk mendapat bahan makanan. Ammar khawatir Maudy tidak rela membagikannya kepada orang lain.Siapa sangka, Maudy menyetujuinya dengan gembira, "Oke."Maudy mengira ada masalah besar apa, tetapi ternyata hanya masalah kecil. Dia meneruskan, "Setelah semua orang tidur, aku akan membagikan daging panggang ini kepada mereka.""Terima kasih." Ekspresi Ammar tampak agak rumit."Sama-sama. Lagian, aku memindahkan barang-barang dari gudangmu," sahut Maudy.Jika dibandingkan dengan barang-barang di gudang Ammar, beberapa potongan daging panggang tidak ada apa-apanya.Tatapan Ammar tampak heran saat bertanya, "Sebenarnya aku sangat penasaran di mana kamu menyembunyikan barang-barang di gudangku itu?"Ammar bisa menebak bahwa ada sesuatu yang spesial dari Maudy, tetapi dia tidak tahu apa itu. Maudy menyipitkan matanya sambil tersenyum, lalu berkata, "Aku nggak akan memberitahumu. Sebaiknya ka
Wani tampak sangat sedih. Keluarganya punya 6 cucu laki-laki dan akhirnya mendapat seorang cucu perempuan.Selama ini, mereka sangat menyayangi dan memanjakan anak perempuan ini. Meskipun dalam perjalanan ke pengasingan, anak ini tetap makan dan minum dengan baik.Siapa sangka, malah terjadi kecelakaan seperti ini hari ini. Ketika mencoba menyelamatkan diri, anak perempuan ini diseruduk banteng hingga terhempas. Dia memang selamat, tetapi organ dalamnya terluka. Hal ini membuatnya memuntahkan banyak darah.Meskipun demikian, anak perempuan ini sangat pengertian. Dia tidak menangis ataupun membuat keributan. Melihat ini, Wani merasa makin sedih dan tidak berdaya.Ketika mendengar Maudy ingin membantunya, Wani pun sempat curiga. Bagaimana mungkin wanita semuda Maudy menguasai ilmu medis?Namun, Wani segera menyingkirkan kecurigaannya. Mereka tidak mungkin bisa menemukan tabib di hutan belantara seperti ini. Jadi, sebaiknya biarkan Maudy memeriksa cucunya.Selain itu, Maudy berhasil menye
Maudy menggeleng. Dia tahu kesehatan pemilik asli tubuh ini sangat buruk karena disiksa keluarga sendiri. Jika ingin hamil, sepertinya akan sangat sulit seperti saat di kehidupan lampau.Untungnya, tubuh ini masih bisa diobati. Asalkan mengonsumsi banyak makanan bernutrisi, Maudy masih bisa hamil.Maudy menyerahkan kembali anak itu kepada Wani, lalu memberikan sisa obatnya kepada mereka dan berpesan, "Obat ini cukup dikonsumsi sebotol sehari selama 7 hari. Jangan makan makanan keras untuk sementara ini."Ketika menyerahkan daging panggang kepada Taufik, Maudy juga memberinya sebuah kantong air. Dia berkata, "Isinya adalah susu. Setelah anak ini bangun, beri dia minum. Susu bagus untuk kesehatannya."Taufik adalah seorang pria dewasa, tetapi tetap terharu hingga meneteskan air mata. Dengan suara serak, dia berujar, "Terima kasih. Aku nggak akan melupakan kebaikan kalian. Beri tahu saja aku kalau butuh bantuan."Maudy mengangguk menatap tatapan mereka yang penuh rasa syukur. Dia berucap,
Maudy tidak tahu apa yang dipikirkan Ammar. Ketika mendengar Ammar berterima kasih padanya, dia menyahut, "Sama-sama. Kalau kamu benar-benar ingin membalas kebaikanku, berjanjilah satu hal padaku. Setelah tiba di Ningguta, kalau aku minta cerai, kamu nggak boleh menolak."Selama perjalanan ini, Maudy akan mencoba berhubungan baik dengan Ammar. Namun, jika mereka tidak cocok, Maudy lebih baik melewati hari-harinya sendirian.Ucapan Maudy ini membuat Ammar tertegun. Dia tidak menyangka Maudy berniat bercerai darinya. Apakah surat rahasia yang mengatakan Maudy menyukai pria lain itu benar?Ammar sontak merasa gusar. Dia sampai tidak bisa mendeskripsikan perasaannya ini. Pada akhirnya, dia hanya mengiakan dengan suara rendah. "Ya."Keduanya berbaring sambil merenung. Keesokan pagi begitu langit terang, Maudy langsung bangun. Setelah perjalanan beberapa hari ini, dia menjadi terbiasa bangun pagi.Selagi orang yang bangun belum terlalu banyak, Maudy pergi ke tebing untuk menggosok gigi dan m
Sejak berangkat pagi tadi, Ammar sangat diam. Dia bahkan belum melontarkan sepatah kata pun sampai sekarang. Nirina yang biasanya tidak peduli juga menyadari kejanggalan ini."Kak, kamu kenapa? Apa ada lukamu yang sakit?" tanya Nirina. Ammar tidak merespons. Dia masih memikirkan perceraian yang diungkit oleh Maudy semalam.Ketika melihat Maudy kembali, Ammar langsung memalingkan wajah karena tidak ingin Maudy mengetahui kekesalannya.Tanpa diduga, Maudy ternyata mendengar ucapan Nirina. Dia segera menghampiri dan hendak membuka baju Ammar untuk memeriksa. "Biar kuperiksa.""Nggak usah." Ammar langsung menahan tangan Maudy. Ketika bertatapan dengan tatapan Maudy yang kebingungan, Ammar merasa canggung. Dia menambahkan, "Pria dan wanita harus menjaga jarak. Lain kali aku akan mengoleskan obatku sendiri."Begitu melontarkan ucapan ini, Ammar seketika menyesal. Entah kenapa dia bisa mengatakan hal semacam itu. Dia pun menatap Maudy, berharap Maudy menolak permintaannya.Alhasil, Maudy term