Share

Bab 284

Author: Arif
Jika Raka dipukul 50 kali dengan tongkat, dia pasti akan terbaring beberapa bulan kalaupun tidak mati. Mana mungkin dia bisa bekerja sama lagi dengan bangsa Agrel?

Namun, para prajurit yang menyerah di sekeliling Raka tidak ada yang berani membantunya. Mereka hanya melihat Raka yang dibawa oleh pengawal.

"Ah ... ah …," jerit Raka. Suara jeritannya yang histeris membuat semua prajurit terdiam.

Wira memerintah dengan ekspresi muram, "Siapa yang bertanggung jawab atas kamp ini? Tingkatkan kualitas makanan mereka dan samakan dengan standar prajurit penjaga gerbang!"

Jenderal batalion kamp yang bernama Satya Tandian mengangguk dan semua prajurit pun merasa senang.

Kemudian, Wira berkata lagi, "Pergi ke bagian intendans untuk mengambil 100 juta gabak. Aku mau membagi upah kepada mereka!"

Satya yang terkejut menyahut, "Tuan Wahyudi, mereka gagal menjaga Perbatasan Loko. Kenapa masih memberi mereka upah?"

Wira menjawab dengan tegas, "Pemerintah yang belum membayar mereka upah ini sebelumnya. K
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Muhammad Luthfiy
alur cerita yang luar biasa, terus berkarya Thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 285

    "Ha?" Begitu mendengar Wira mengingat namanya, Abian Tanomo terharu sampai berlinang air mata. Dia bercerita, "Tuan Wahyudi, aku berasal dari Provinsi Cindera. Keluargaku punya rumah dan sawah. Bangsa Agrel yang membunuh orang tuaku, menodai istriku, dan membunuh anakku.""Putraku baru berusia 8 tahun dan bangsa Agrel menebas kepalanya beberapa kali .... Ah .... Putraku. Dasar bangsa Agrel sialan!"Salah satu prajurit berkomentar, "Mereka bahkan tega membunuh anak 8 tahun. Bangsa Agrel memang berengsek. Benar-benar keterlaluan!"Para prajurit merasa geram. Mereka makin berang ketika teringat dengan dendam keluarga mereka!Kemudian, Wira berkata dengan serius, "Kelak, dendam ini pasti terbalaskan. Simpan air mata kalian dan pendam kebencian ini di dalam hati. Lampiaskan semuanya di medan perang nanti!"Abian menahan air mata sambil berjalan kembali ke tempatnya. Wira menunjuk seorang pria paruh baya dan berkata, "Benjamin, aku lihat kamu sangat marah. Apa kamu juga punya dendam dengan b

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 286

    Wira mengerucutkan bibirnya dan berkata, "Kalau begitu, persiapkan sesuai dengan rencana awal!" Banyak prajurit yang sudah tertidur! Kevin Gunawan berbaring di lantai. Dia terus berbolak-balik, tetapi tidak bisa tidur! Bangsa Agrel membunuh keluarganya. Kini, dia juga menjadi tawanan mereka. Lantaran takut mati, Kevin menikam atasannya dan mendekati bangsa Agrel. Kemudian, dia kembali ke Kota Pusat Pemerintahan untuk melakukan pengintaian. Awalnya, Kevin merasa cemas. Namun, setelah "pertemuan propaganda" diadakan, dia merasa sangat bersalah dengan leluhurnya dan ingin sekali mengakhiri hidupnya. Ketika sedang memikirkannya, sekelompok orang tiba-tiba menerobos masuk. Leher Kevin tiba-tiba ditodong dengan pisau panjang. Kemudian, orang itu berkata, "Tuan Wahyudi ingin bertemu denganmu. Ikut dengan kami dan jangan berteriak!"Orang-orang lainnya juga ditahan. Kevin pergi ke sebuah ruangan yang cukup jauh, lalu berlutut dan berkata, "Hor ... hormat kepada Tuan Wahyudi!""Bangunlah!" u

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 287

    Semua hal sudah jauh berbeda saat Harsa datang ke Dusun Darmadi tiga tahun lalu. Suara tawa, suara orang berlatih silat, suara membaca, suara memasak, segala macam suara bercampur menjadi satu. Harsa tertegun dan mengeluh, "Pemandangan indah seperti ini, sayangnya akan segera hancur!"Kebanyakan penduduk dusun menyadari kedatangan Harsa. Mereka yang mengingatnya sontak pergi memanggil Wulan. Tak lama kemudian, suara seseorang yang terkejut dan gembira pun terdengar. "Kak, kenapa kamu ke sini?""Wulan!" ucap Harsa. Melihat kondisi adiknya yang kian membaik, Harsa pun tersenyum dan berkata, "Aku sudah pulang dari Kota Pusat Pemerintahan Jagabu. Kakak iparmu sudah rindu denganmu, jadi aku sekalian membawanya pulang!""Oh!" Wulan mengalihkan topik pembicaraan dengan berkata, "Kalau begitu, apa Kakak sudah bertemu dengan suamiku? Bagaimana keadaannya sekarang?""Sudah!" Harsa berkata sambil tersenyum, "Dia sudah menyelesaikan semua masalah garam dan menjual 3 bilah Pedang Treksha seharga le

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 288

    Kemal, sang penasihat kiri, melangkah maju dan berkata, "Yang Mulia, tindakan Wira memiliki tujuan yang jelas, baik menginstruksikan prajurit pengirim pesan untuk menyampaikan informasi ataupun mengadakan 'pertemuan propaganda'."Kemal melanjutkan, "Semuanya bertujuan untuk membangkitkan semangat dan dukungan dari prajurit maupun rakyat. Mengenai pertempuran besar dalam setengah bulan mendatang, itu pasti strategi untuk mengalahkan musuh yang dibuatnya bersama Panglima Yudha!"Raja Bakir tampak mengernyit. Jelas, dia tidak percaya bahwa kedua orang itu memiliki cara untuk mengalahkan musuh!Heri Leonardo, sang menteri keadilan, berujar, "Yang Mulia, meskipun Yudha memahami strategi militer, pasukannya hanya pasukan kelas 2. Bagaimana mungkin mereka bisa melawan pasukan elite dari bangsa Agrel?""Apabila dia bertahan di dalam kota dan menunggu bala bantuan, itu bukan masalah. Sekarang, dia justru mengambil inisiatif untuk keluar dari kota dan menghadapi bangsa Agrel. Selain mencari mati

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 289

    Fandi berbalik badan dan menatap dengan dingin seraya berkata, "Telulas, sejak kapan kamu menjadi antek istana lagi? Apa kamu lupa bagaimana cara mereka memperlakukan Panglima Dirga?""Kalaupun bangsa Agrel menyerang ibu kota kerajaan dan membunuh si raja sialan, itu bisa dianggap sebagai pembalasan dendam untuk Panglima Dirga. Aku akan sangat berterima kasih kepada mereka," lanjut Fandi.Telulas tampak menggertakkan giginya dan berkata, "Teluwolu, kamu kira aku mau menjadi antek istana? Istana menunjuk Panglima Yudha untuk memimpin pasukan. Kalau dia kalah, apakah istana akan melepaskannya? Apakah kita nggak merasa bersalah dengan Panglima Dirga?""Panglima Yudha masih hidup?" tanya Fandi yang tampak terkejut. Kemudian, dia bergegas berlari menuruni gunung.Telulas segera mengikutinya. Dia berkata, "Teluwolu, kamu mau pergi ke mana?"Fandi sama sekali tidak menoleh dan hanya berkata, "Tentu saja pergi ke Kota Pusat Pemerintahan Jagabu untuk membantu Panglima Yudha memenangkan pertempu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 290

    "Sayang!" teriak wanita berwajah pucat itu sambil meraih tangan si pria. Dia berkata, "Kamu akan pergi bertempur demi istana lagi? Kamu sudah melakukannya selama 10 tahun, tapi apa yang kamu peroleh?""Sekarang, persediaan makanan di rumah sudah habis. Kita bahkan harus menggali akar rumput untuk makan. Kalau kamu pergi lagi kali ini, setelah pulang nanti, kamu mungkin nggak akan bisa melihat kami lagi!" lanjut wanita itu.David membuka mulutnya dan terlihat kebingungan. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. "Kak, jangan takut!" ucap si prajurit pengirim pesan.Prajurit pengirim pesan mengeluarkan sebuah tas dan berkata, "Tuan Wahyudi sudah memikirkan hal tersebut. Hidup kalian mungkin mengalami kesulitan, jadi kami akan memberikan masing-masing Pasukan Elang Hitam 1 juta gabak sebagai biaya hidup keluarga.""Tuan Wahyudi?" tanya pria itu seraya menerima tas tersebut dan melihat uang perak di dalamnya sekilas. Dia menyerahkannya kepada istrinya dengan berlinang air mata dan berkata, "Ja

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 291

    Situasi seperti ini terjadi di berbagai tempat di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu. Begitu prajurit pengirim pesan menyampaikan pesan bahwa veteran Pasukan Zirah Hitam dipanggil Panglima Yudha, selalu ada orang yang ikut pergi.Ada bandit yang melepaskan posisinya, ada pemilik toko yang meninggalkan tokonya, dan ada petugas patroli yang menyingkirkan pisaunya. Namun, ada lebih banyak lagi rakyat jelata yang membuang cangkulnya.Mereka melakukan ini bukan demi istana, tetapi demi memenuhi panggilan Panglima Yudha yang membutuhkan dukungan para veteran Pasukan Zirah Hitam. Para pria yang telah meninggalkan senjata mereka selama bertahun-tahun bergegas pergi ke Kota Pusat Pemerintahan Jagabu dari segala arah.Dalam perjalanan ini, tidak ada yang tahu berapa banyak dari mereka yang bisa kembali, tetapi tidak ada yang merasa gentar.....Di tenda besar bangsa Agrel, Raja Tanuwi tengah membaca surat-surat rahasia yang diletakkan di atas meja. Sebagian kecil dari surat rahasia ini berisi tentan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 292

    Papan kayu sejauh 1.000 meter meledak. Krak! Papan kayu sejauh 1.050 meter ditembus. Pluk! Pada papan kayu sejauh 1.100 meter, anak panah hanya membuat satu goresan sebelum jatuh ke tanah.Yudha, Fandi, dan Hasan pergi mengendarai kuda untuk melihat hasilnya. Kemudian, Wira menyimpulkan, "Melalui banyak uji coba, kurasa jangkauan efektif dari misil tiga busur paling jauh hanya 1.000 meter. Kalau lebih jauh dari itu, serangannya nggak cukup mematikan.""Ini saja sudah luar biasa!" ujar Yudha.Yudha, Fandi, dan Hasan mendecakkan lidah mereka. Jarak tembak sejauh ini benar-benar berbeda dengan busur besar yang hanya mencakup 300 meter."Ayo, kita pindahkan semua misil tiga busur ajaib ini ke tembok kota!" kata salah satu dari tiga orang itu.Wira lantas memperingatkan, "Personel yang ditugaskan untuk menjaganya harus dapat diandalkan, jangan sampai ada rahasia yang bocor. Kulihat cuacanya nggak bagus, hindari misil-misil ini dari cuaca ekstrem!"Belakangan ini, telah ditemukan mata-mata b

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3192

    Hayam menganggukkan kepala setelah mendengar Adjie berkata seperti itu, lalu segera berbalik dan memimpin pasukannya mendekati Wira.Saat melihat Agha juga memimpin pasukan untuk datang mengepung, Darsa yang berada di dalam tenda langsung terkejut. Dia selalu mengira bala bantuan dari pihak musuh hanya pasukan kavaleri yang bersembunyi di kegelapan, tetapi ternyata masih ada begitu banyak infanteri.Ekspresi Darsa langsung menjadi muram saat teringat dengan banjir yang tiba-tiba terjadi sebelumnya. Setelah tertegun sesaat, dia akhirnya menyadari semua itu adalah bagian dari jebakan yang sudah direncanakan musuh. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, bantu Zaki untuk mundur, sekarang bukan saatnya untuk menyerang."Ekspresi Joko berubah, lalu menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, kita akan segera menerobos keluar."Namun, saat melihat pasukan musuh, seseorang yang berada di samping Joko berkata, "Sialan. Kita benar-benar nggak menyangka hal ini, tapi kekuatan mereka memang lu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3191

    Adegan ini benar-benar sama dengan situasi saat pasukan utara disergap sebelumnya, bahkan Zaki sendiri pun tidak menyangka hal ini akan menjadi seperti ini. Setelah terdiam beberapa saat, dia langsung berteriak agar semuanya mundur. Namun, para prajurit di bagian belakang tidak bisa mendengar suaranya, sehingga para kavaleri pun bertabrakan.Melihat adegan itu, Darsa yang merupakan komandan pasukan utara juga tercengang. Dia tidak menyangka para kavaleri yang tiba-tiba muncul ini begitu ganas, pasukan utara jelas tidak bisa menandingi kekuatan mereka. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, cepat pergi bantu Zaki, jangan biarkan dia jatuh ke tangan musuh."Joko yang terus mengamati situasi di medan perang pun langsung menyadari ada yang tidak beres dan segera maju ke depan.Melihat pasukan utara dikepung pasukan besar, Wira tersenyum dan langsung berteriak, "Semuanya, cepat serang mereka sekarang juga dan pastikan untuk menghabisi mereka semuanya."Semua orang merasa sangat berse

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3190

    Begitu para pemanah menghentikan serangan mereka, banyak orang yang terkejut. Beberapa saat kemudian, seseorang berkata, "Jenderal, waktunya sudah hampir tiba."Mendengar ini, Zaki mengangguk dan berseru dengan penuh antusiasme, "Kavaleri, serbu!"Gelombang besar pasukan berkuda langsung melesat ke depan, menyerbu dengan kekuatan penuh. Melihat ini, Wira tetap tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Di sisinya, Nafis dan Arhan tampak agak heran. Menurut mereka, jika kavaleri musuh sudah mulai menyerang, ini adalah waktu terbaik untuk menumpas mereka.Namun, ketika melihat Wira tetap tenang dan tidak segera menurunkan perintah, keduanya sempat tertegun.Beberapa saat kemudian, seolah-olah telah memperhitungkan sesuatu, Wira tersenyum tipis dan berkata dengan suara pelan, "Kalian berdua jangan terburu-buru. Tunggu sebentar lagi. Biarkan mereka mencapai puncak semangat mereka terlebih dahulu."Awalnya, Nafis dan Arhan masih kebingungan. Namun, mereka segera memahami maksud Wira. Tidak heran W

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3189

    Tak jauh dari Pulau Hulu, Wira bersama pasukannya menunggu dengan sabar. Saat ini, seorang mata-mata yang dikirim sebelumnya berlari kembali dan melaporkan dengan hormat, "Tuan, pasukan utara sedang berkumpul. Sepertinya kali ini mereka akan melakukan serangan kavaleri."Mendengar laporan itu, wajah Wira langsung berseri-seri. Dia mengangguk paham. Akhirnya kavaleri pasukan utara mulai bergerak. Jika mereka sudah mengambil langkah ini, sisanya akan lebih mudah ditangani.Segera, dia melambaikan tangannya dan berseru, "Kavaleri, bersiap!"Di barisan belakang, Arhan dan Nafis langsung mengepalkan tangan mereka sebagai tanda hormat dan merespons dengan lantang.Meskipun Wira membawa pasukan dalam jumlah besar, kavaleri yang dimilikinya sebenarnya tidak terlalu banyak. Selain 3.000 kavaleri dari Pasukan Harimau, dia hanya memiliki 5.000 kavaleri di bawah komando Nafis, sementara sebagian besar adalah pasukan infanteri.Itu sebabnya, Wira begitu menantikan pertempuran ini.Setelah beberapa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3188

    Bahkan, ada yang begitu bersemangat hingga berkata, "Kita sendiri pun nggak nyangka kekuatan kita kali ini akan begitu luar biasa. Kalau kita bisa menyelesaikan ini, yang lainnya pun pasti bisa kita atasi juga."Mendengar itu, para prajurit pasukan utara mengangguk setuju. Setelah berhasil menumpas musuh, wajah para bandit yang masih bertahan di garis depan pun berubah drastis, menjadi pucat.Beberapa dari mereka pun mulai bersuara, "Ini benar-benar di luar dugaan! Ternyata pasukan utara sekuat ini!"Ada yang tetap tenang, tetapi ada yang sangat bersemangat. Mereka merasa bahwa kemenangan sudah pasti di tangan pasukan utara.Melihat situasi ini, para prajurit tersenyum. Setelah menyelesaikan gelombang serangan ini, mereka mengangguk puas. Seseorang bahkan berkata dengan penuh semangat, "Ternyata para bandit ini nggak sekuat yang kita kira. Mereka bisa dilenyapkan secepat ini? Lemah sekali!"Di sisi pasukan utara, sorak-sorai kemenangan bergema. Menurut mereka, kekuatan mereka kali ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3187

    Setelah Hayam tiba di bawah, dia segera melihat Adjie yang tengah bertempur sengit. Tanpa ragu, Hayam langsung mendekat.Saat itu, Adjie baru saja menebas seorang lawan, lalu menoleh ke arah Hayam. Karena situasi yang kacau, dia tidak langsung mengenali siapa yang datang. Mengira itu adalah musuh, Adjie pun mengayunkan pedangnya ke arah leher Hayam.Melihat itu, ekspresi Hayam langsung berubah. Dia buru-buru berteriak, "Ini aku! Kawan sendiri!"Mendengar suara itu, Adjie langsung tersadar. Setelah beberapa saat, dia terpikir akan sesuatu dan berkata, "Kenapa kamu kemari? Kalau sampai mereka mengetahui identitas kita, semua usaha yang telah dilakukan oleh Tuan Wira akan sia-sia!"Hayam hanya tersenyum dan berucap, "Tenang saja, situasi sekarang sudah kacau balau. Nggak akan ada yang menyadari apa pun. Lagi pula, lihatlah. Mereka bahkan nggak punya waktu untuk memikirkan hal lain."Setelah bersama-sama menebas beberapa prajurit pasukan utara, Hayam yang berada di samping berkata, "Tuan W

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3186

    Prajurit yang sebelumnya melaporkan berita itu segera berkata, "Jumlah mereka nggak banyak, kira-kira hanya sekitar 1.000 orang. Mereka datang dari arah timur, selatan, dan utara. Tapi yang aneh, pakaian mereka bukan seperti pasukan kavaleri biasa!"Mendengar hal itu, Zaki tertegun sejenak, lalu langsung berjalan keluar. Begitu melihat pasukan yang menyerbu masuk, dia tertawa dingin dan berkata, "Sungguh di luar dugaan! Aku nggak nyangka mereka akan seberani ini.""Sialan, segerombolan bandit saja berani menyerang kita pada saat seperti ini? Mereka memang sudah bosan hidup!"Joko dan Darsa yang berdiri di sebelahnya juga tampak terkejut. Bahkan, beberapa orang di belakang mereka tampak tertegun. Mereka tidak menyangka bahwa hanya dengan 1.000 orang, para bandit itu berani menyerang pasukan utara yang jumlahnya jauh lebih besar.Saat ini, Darsa segera memberi perintah, "Joko, bawa pasukanmu dan hadapi mereka di garis depan! Jangan biarkan mereka bergerak lebih jauh!"Mendengar perintah

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3185

    Saat ini, pasukan utara belum menyadari bahwa para bandit dari Desa Riwut telah mengepung mereka. Setelah mengatur semuanya, Adjie segera memimpin anak buahnya untuk menyerbu ke depan. Dalam pandangan mereka, kali ini benar-benar adalah kesempatan emas.Saat ini, seseorang berujar, "Sebelumnya aku nggak nyangka melawan pasukan utara bisa semudah ini!"Begitu ucapan itu dilontarkan, suara sorakan dari belakang semakin menggema. Detik berikutnya, pasukan utara yang berada di bawah langsung tersapu oleh arus air yang deras. Melihat kejadian ini, banyak orang tersenyum puas, merasa bahwa serangan ini telah melampaui ekspektasi mereka.Para prajurit yang berjaga di kamp pasukan utara terkejut bukan main. Mereka sama sekali tidak menyangka situasi bisa berubah secepat ini.Ketika mereka melihat air bah tiba-tiba menerjang, salah satu penjaga berseru panik, "Banjir! Banjir datang!"Teriakan itu segera membangkitkan kepanikan di seluruh kamp. Banyak orang tidak bisa memahami bagaimana hal ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3184

    Semua orang mengangguk setuju. Setelah urusan ini diselesaikan, langkah selanjutnya adalah menghadapi pasukan utara.....Di sisi lain, Adjie masih menunggu kabar dari Wira. Setelah beberapa kali menenangkan bawahannya agar tetap bersabar, tiba-tiba terdengar suara kucing mengeong dari luar. Itu adalah tanda yang telah disepakati sebelumnya.Mendengar suara itu, Adjie langsung bersemangat. Dia segera keluar dari tenda karena tahu bahwa utusannya pasti telah kembali, yang berarti perintah dari Wira juga sudah sampai.Saat melihat sosok yang berdiri di luar, Adjie langsung maju dan bertanya dengan penuh antusiasme, "Bagaimana? Apakah semuanya sudah beres?"Orang yang datang itu bergegas memberi hormat dan menjawab, "Jenderal Adjie, perintah dari Tuan sudah datang. Kita bisa mulai menyerang!""Apa?" Adjie menyeringai mendengar kabar itu. Tanpa membuang waktu, dia langsung berjalan ke arah saluran air di mana para anak buahnya sudah menunggu dengan gelisah. Mereka sudah lama menunggu perin

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status