Share

Bab 291

Author: Arif
Situasi seperti ini terjadi di berbagai tempat di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu. Begitu prajurit pengirim pesan menyampaikan pesan bahwa veteran Pasukan Zirah Hitam dipanggil Panglima Yudha, selalu ada orang yang ikut pergi.

Ada bandit yang melepaskan posisinya, ada pemilik toko yang meninggalkan tokonya, dan ada petugas patroli yang menyingkirkan pisaunya. Namun, ada lebih banyak lagi rakyat jelata yang membuang cangkulnya.

Mereka melakukan ini bukan demi istana, tetapi demi memenuhi panggilan Panglima Yudha yang membutuhkan dukungan para veteran Pasukan Zirah Hitam. Para pria yang telah meninggalkan senjata mereka selama bertahun-tahun bergegas pergi ke Kota Pusat Pemerintahan Jagabu dari segala arah.

Dalam perjalanan ini, tidak ada yang tahu berapa banyak dari mereka yang bisa kembali, tetapi tidak ada yang merasa gentar.

....

Di tenda besar bangsa Agrel, Raja Tanuwi tengah membaca surat-surat rahasia yang diletakkan di atas meja. Sebagian kecil dari surat rahasia ini berisi tentan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 292

    Papan kayu sejauh 1.000 meter meledak. Krak! Papan kayu sejauh 1.050 meter ditembus. Pluk! Pada papan kayu sejauh 1.100 meter, anak panah hanya membuat satu goresan sebelum jatuh ke tanah.Yudha, Fandi, dan Hasan pergi mengendarai kuda untuk melihat hasilnya. Kemudian, Wira menyimpulkan, "Melalui banyak uji coba, kurasa jangkauan efektif dari misil tiga busur paling jauh hanya 1.000 meter. Kalau lebih jauh dari itu, serangannya nggak cukup mematikan.""Ini saja sudah luar biasa!" ujar Yudha.Yudha, Fandi, dan Hasan mendecakkan lidah mereka. Jarak tembak sejauh ini benar-benar berbeda dengan busur besar yang hanya mencakup 300 meter."Ayo, kita pindahkan semua misil tiga busur ajaib ini ke tembok kota!" kata salah satu dari tiga orang itu.Wira lantas memperingatkan, "Personel yang ditugaskan untuk menjaganya harus dapat diandalkan, jangan sampai ada rahasia yang bocor. Kulihat cuacanya nggak bagus, hindari misil-misil ini dari cuaca ekstrem!"Belakangan ini, telah ditemukan mata-mata b

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 293

    Ketika para veteran Pasukan Zirah Hitam ini berbicara tentang pengalaman mereka mengikuti Panglima Dirga dalam peperangan, mereka terdengar sangat bangga. Kemudian, salah satu dari mereka mengungkit tentang kematian Panglima Dirga. Mereka semua lantas mengutuk sang Raja, lalu minum dan menangis tanpa henti.Wira, Danu, Doddy, dan sekelompok pemuda mengawasi mereka dari luar pintu, lalu berlalu dari sana. Setelah kembali ke halaman belakang, Wira melambaikan tangannya sambil berkata, "Istirahatlah lebih awal, akan ada pertempuran besar besok!"Sekelompok orang itu pergi, tetapi Danu dan Doddy tetap tinggal. Doddy berkata, "Kak Wira, bisakah kamu membujuk ayahku untuk mengizinkanku ikut berperang?"Danu ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia menelan kata-katanya kembali. Dia juga ingin pergi ke medan perang, tetapi setelah ayahnya datang, mereka tidak diizinkan untuk pergi."Aku bisa membujuk Paman Hasan untuk hal lainnya, dia pasti akan mendengarkanku. Tapi, untuk hal yang satu ini, nggak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 294

    "Jangan takut, kita akan menang!" jawab Wira. Dia berbalik untuk menghapus air mata di wajah cantik Dian, lalu menghiburnya dengan lembut."Ya!" kata Dina. Saat jemari Wira menelusuri wajah cantiknya, tubuh gemulai Dian bergetar. Dian mengumpulkan keberanian, lalu berkata, "Tuan, aku ....""Aku tahu kalau kamu takut," ujar Wira. Dia menghela napas, lalu melanjutkan, "Sebenarnya, aku juga takut."Dian terkejut, lalu berkata, "Tuan, kamu juga takut?"Wira mengangkat jarinya ke depan mulut sambil berkata, "Ssst, jangan bicara terlalu keras. Kalau orang lain mendengar kalau aku, sang penasihat militer, juga merasa takut, aku harus taruh ke mana wajahku?"Pfftt!Dian tersenyum dan berkata, "Aku kira Tuan nggak takut pada apa pun.""Aku takut pada banyak hal, kalian saja yang nggak tahu," kata Wira. Kemudian, dia mengubah topik pembicaraan dengan berkata, "Ada yang mau kamu katakan padaku, ya?""Eh ... nggak, nggak ada!" dusta Dian. Dia buru-buru menundukkan kepala. Keberaniannya tadi sudah

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 295

    "Kita nggak akan kalah dalam pertempuran ini," ujar seseorang.Banyak anggota keluarga pejabat yang belum meninggalkan kota memasang ekspresi cemas. Tidak seperti warga sipil dan prajurit biasa yang mudah percaya pada perkataan orang lain, mereka berwawasan luas dan memiliki pendapat sendiri.....Di balai prefektur Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, Sinardi yang mengenakan seragam resmi rapi sedang duduk di aula dengan hati gelisah. Tidak lama kemudian, seorang ajudannya mendekat dengan tergesa-gesa.Sinardi berkata, "Apa semuanya sudah diatur?""Lapor, Pak. Nyonya, Tuan Muda, dan aset keluarga yang Anda kumpulkan selama bertahun-tahun sudah dikirim ke luar kota setengah bulan yang lalu. Sekarang, semuanya sudah tiba dengan selamat di kampung halaman Anda!" jawab si ajudan.Ajudan itu berbisik, "Pak Sinardi, Anda benar-benar tidak ingin pergi?""Pergi? Aku mana bisa pergi?" ujar Sinardi. Sinardi tersenyum pahit, lalu berkata, "Aku adalah prefektur kerajaan ini. Kalau Kota Pusat Pemerint

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 296

    Di ruang baca kerajaan di ibu kota. Raja Bakir, 2 penasihat, dan 6 menteri terdiam sambil mengerutkan dahi. Peperangan ini akan memengaruhi nasib Kerajaan Nuala selanjutnya.Kalau kalah, bangsa Agrel akan menyerbu wilayah selatan, lalu tiba di Provinsi Jawali dalam waktu kurang dari 1 bulan. Setelah melewati kota provinsi dan menyerang ibu kota kerajaan, perjalanan mereka akan lancar tanpa ada hambatan apa pun.Raja Bakir sedikit menyesal. Seharusnya, dia tidak bertaruh waktu itu, melainkan segera memberi perintah untuk menjaga kota dan tidak boleh berperang.Sekarang sudah terlambat. Namun, Raja Bakir sudah melaksanakan upaya pengamanan dengan mengerahkan pasukan ke kota Provinsi Jawali untuk melakukan pertahanan.....Di tembok kota bagian utara, Wira tampak sangat gagah. Di sampingnya ada Fandi yang memiliki kemampuan memanah paling hebat di antara tentara senior Pasukan Zirah Hitam. Dia juga memakai baju zirah.Selain itu, ada Danu yang membawa Pedang Treksha di pinggangnya dan pem

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 297

    "Aku pikir sebagai pemimpin pasukan, aku nggak terkalahkan dan nggak ada yang mampu bertarung denganku!" kata Raja Tanuwi dengan sombong.Nada bicara Raja Tanuwi tiba-tiba berubah, lalu dia berucap dengan perasaan kecewa, "Sampai aku bertemu dengan Dirga, aku baru tahu rasanya kalah untuk pertama kali. Dirga yang mengalahkanku sampai aku kabur dengan kondisi menyedihkan!"Giandra merasa ada yang tidak beres. Dia bertanya, "Ayah, kenapa kamu menceritakan semua ini? Sekarang perang sedang dalam masa genting."Raja Tanuwi mengangkat alis sembari mencibir, lalu menjawab, "Karena pendeta pernah bilang aku lahir dan mati di tengah salju, bahkan di medan perang."Giandra mengernyit. Pendeta sebelumnya sudah meninggal, tetapi kabarnya ramalan pendeta itu sangat akurat.Raja Tanuwi memandang langit seraya menjelaskan, "Tapi, Dirga hanya mengalahkanku dan nggak bisa membunuhku! Sekarang, Dirga sudah mati.""Saat ini sedang bersalju dan ini adalah medan perang. Siapa yang bisa membunuhku? Panglim

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 298

    Wira tidak bisa melihat dengan jelas dalam jarak sekitar 720 meter. Fandi yang merasa tidak puas karena tidak bisa mengembangkan tekniknya mengomel, "Wira, orang bodoh pun bisa menembak dengan akurat kalau memakai teknik bidikan sejajar yang kamu buat.""Raja Tanuwi sudah terpaku di kereta tempur. Busurnya begitu besar, dia pasti sudah mati!" lanjut Fandi.Wira mengembuskan napas panjang, lalu bersandar di tembok kota seraya berteriak, "Prajurit pengirim pesan, Raja Tanuwi sudah mati. Sebarkan ke seluruh pasukan dan kota!"Prajurit pengirim pesan berseru dengan gembira, "Kabar bagus, Tuan Wahyudi sudah menembak mati Raja Tanuwi!"Semua prajurit di seluruh kota seketika bersorak! Raja Tanuwi, dewa perang bangsa Agrel, ditembak mati oleh Wira. Benar-benar sulit percaya! Namun, respons bangsa Agrel membuktikan kepada semua prajurit bahwa ini memang benar!"Terus tembakkan busur dan bidik jenderal bangsa Agrel. Habisi mereka!" perintah Wira. Dia berani menghadapi pertarungan ini karena mis

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 299

    Setelah melancarkan serangan berturut-turut, prajurit bangsa Agrel akhirnya maju sampai 120 meter. Kemudian, Yudha mengangkat tangannya. Saat berikutnya, 4.000 ahli busur di baris kedua mengangkat busur dan menembak.Kekuatan busur panah ini memang tidak sekuat misil panah, tetapi bisa menembus baju zirah dalam jarak sekitar 100 meter. Empat ribu hujan panah langsung menembak mati prajurit bangsa Agrel yang berada pada jarak 100 meter."Paman Fandi!" seru Wira yang berada di atas tembok kota. Dia menunjuk Giandra sambil memerintah, "Habisi komandan itu!""Gampang!" sahut Fandi yang mengoperasikan misil tiga busur. Dia menyiapkan satu anak panah dan membidik Giandra.Namun, pengawal pribadi yang melihat ini bergegas, lalu menghalangi di depan Giandra dan mengadang tembakan panah."Maju!" seru Giandra yang memacu kudanya untuk bergegas ke depan."Kalian bersepuluh, bidik orang itu dan habisi dia di medan perang!" perintah Wira yang langsung mengerahkan sepertiga misil tiga busur. Dia tah

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3192

    Hayam menganggukkan kepala setelah mendengar Adjie berkata seperti itu, lalu segera berbalik dan memimpin pasukannya mendekati Wira.Saat melihat Agha juga memimpin pasukan untuk datang mengepung, Darsa yang berada di dalam tenda langsung terkejut. Dia selalu mengira bala bantuan dari pihak musuh hanya pasukan kavaleri yang bersembunyi di kegelapan, tetapi ternyata masih ada begitu banyak infanteri.Ekspresi Darsa langsung menjadi muram saat teringat dengan banjir yang tiba-tiba terjadi sebelumnya. Setelah tertegun sesaat, dia akhirnya menyadari semua itu adalah bagian dari jebakan yang sudah direncanakan musuh. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, bantu Zaki untuk mundur, sekarang bukan saatnya untuk menyerang."Ekspresi Joko berubah, lalu menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, kita akan segera menerobos keluar."Namun, saat melihat pasukan musuh, seseorang yang berada di samping Joko berkata, "Sialan. Kita benar-benar nggak menyangka hal ini, tapi kekuatan mereka memang lu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3191

    Adegan ini benar-benar sama dengan situasi saat pasukan utara disergap sebelumnya, bahkan Zaki sendiri pun tidak menyangka hal ini akan menjadi seperti ini. Setelah terdiam beberapa saat, dia langsung berteriak agar semuanya mundur. Namun, para prajurit di bagian belakang tidak bisa mendengar suaranya, sehingga para kavaleri pun bertabrakan.Melihat adegan itu, Darsa yang merupakan komandan pasukan utara juga tercengang. Dia tidak menyangka para kavaleri yang tiba-tiba muncul ini begitu ganas, pasukan utara jelas tidak bisa menandingi kekuatan mereka. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, cepat pergi bantu Zaki, jangan biarkan dia jatuh ke tangan musuh."Joko yang terus mengamati situasi di medan perang pun langsung menyadari ada yang tidak beres dan segera maju ke depan.Melihat pasukan utara dikepung pasukan besar, Wira tersenyum dan langsung berteriak, "Semuanya, cepat serang mereka sekarang juga dan pastikan untuk menghabisi mereka semuanya."Semua orang merasa sangat berse

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3190

    Begitu para pemanah menghentikan serangan mereka, banyak orang yang terkejut. Beberapa saat kemudian, seseorang berkata, "Jenderal, waktunya sudah hampir tiba."Mendengar ini, Zaki mengangguk dan berseru dengan penuh antusiasme, "Kavaleri, serbu!"Gelombang besar pasukan berkuda langsung melesat ke depan, menyerbu dengan kekuatan penuh. Melihat ini, Wira tetap tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Di sisinya, Nafis dan Arhan tampak agak heran. Menurut mereka, jika kavaleri musuh sudah mulai menyerang, ini adalah waktu terbaik untuk menumpas mereka.Namun, ketika melihat Wira tetap tenang dan tidak segera menurunkan perintah, keduanya sempat tertegun.Beberapa saat kemudian, seolah-olah telah memperhitungkan sesuatu, Wira tersenyum tipis dan berkata dengan suara pelan, "Kalian berdua jangan terburu-buru. Tunggu sebentar lagi. Biarkan mereka mencapai puncak semangat mereka terlebih dahulu."Awalnya, Nafis dan Arhan masih kebingungan. Namun, mereka segera memahami maksud Wira. Tidak heran W

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3189

    Tak jauh dari Pulau Hulu, Wira bersama pasukannya menunggu dengan sabar. Saat ini, seorang mata-mata yang dikirim sebelumnya berlari kembali dan melaporkan dengan hormat, "Tuan, pasukan utara sedang berkumpul. Sepertinya kali ini mereka akan melakukan serangan kavaleri."Mendengar laporan itu, wajah Wira langsung berseri-seri. Dia mengangguk paham. Akhirnya kavaleri pasukan utara mulai bergerak. Jika mereka sudah mengambil langkah ini, sisanya akan lebih mudah ditangani.Segera, dia melambaikan tangannya dan berseru, "Kavaleri, bersiap!"Di barisan belakang, Arhan dan Nafis langsung mengepalkan tangan mereka sebagai tanda hormat dan merespons dengan lantang.Meskipun Wira membawa pasukan dalam jumlah besar, kavaleri yang dimilikinya sebenarnya tidak terlalu banyak. Selain 3.000 kavaleri dari Pasukan Harimau, dia hanya memiliki 5.000 kavaleri di bawah komando Nafis, sementara sebagian besar adalah pasukan infanteri.Itu sebabnya, Wira begitu menantikan pertempuran ini.Setelah beberapa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3188

    Bahkan, ada yang begitu bersemangat hingga berkata, "Kita sendiri pun nggak nyangka kekuatan kita kali ini akan begitu luar biasa. Kalau kita bisa menyelesaikan ini, yang lainnya pun pasti bisa kita atasi juga."Mendengar itu, para prajurit pasukan utara mengangguk setuju. Setelah berhasil menumpas musuh, wajah para bandit yang masih bertahan di garis depan pun berubah drastis, menjadi pucat.Beberapa dari mereka pun mulai bersuara, "Ini benar-benar di luar dugaan! Ternyata pasukan utara sekuat ini!"Ada yang tetap tenang, tetapi ada yang sangat bersemangat. Mereka merasa bahwa kemenangan sudah pasti di tangan pasukan utara.Melihat situasi ini, para prajurit tersenyum. Setelah menyelesaikan gelombang serangan ini, mereka mengangguk puas. Seseorang bahkan berkata dengan penuh semangat, "Ternyata para bandit ini nggak sekuat yang kita kira. Mereka bisa dilenyapkan secepat ini? Lemah sekali!"Di sisi pasukan utara, sorak-sorai kemenangan bergema. Menurut mereka, kekuatan mereka kali ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3187

    Setelah Hayam tiba di bawah, dia segera melihat Adjie yang tengah bertempur sengit. Tanpa ragu, Hayam langsung mendekat.Saat itu, Adjie baru saja menebas seorang lawan, lalu menoleh ke arah Hayam. Karena situasi yang kacau, dia tidak langsung mengenali siapa yang datang. Mengira itu adalah musuh, Adjie pun mengayunkan pedangnya ke arah leher Hayam.Melihat itu, ekspresi Hayam langsung berubah. Dia buru-buru berteriak, "Ini aku! Kawan sendiri!"Mendengar suara itu, Adjie langsung tersadar. Setelah beberapa saat, dia terpikir akan sesuatu dan berkata, "Kenapa kamu kemari? Kalau sampai mereka mengetahui identitas kita, semua usaha yang telah dilakukan oleh Tuan Wira akan sia-sia!"Hayam hanya tersenyum dan berucap, "Tenang saja, situasi sekarang sudah kacau balau. Nggak akan ada yang menyadari apa pun. Lagi pula, lihatlah. Mereka bahkan nggak punya waktu untuk memikirkan hal lain."Setelah bersama-sama menebas beberapa prajurit pasukan utara, Hayam yang berada di samping berkata, "Tuan W

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3186

    Prajurit yang sebelumnya melaporkan berita itu segera berkata, "Jumlah mereka nggak banyak, kira-kira hanya sekitar 1.000 orang. Mereka datang dari arah timur, selatan, dan utara. Tapi yang aneh, pakaian mereka bukan seperti pasukan kavaleri biasa!"Mendengar hal itu, Zaki tertegun sejenak, lalu langsung berjalan keluar. Begitu melihat pasukan yang menyerbu masuk, dia tertawa dingin dan berkata, "Sungguh di luar dugaan! Aku nggak nyangka mereka akan seberani ini.""Sialan, segerombolan bandit saja berani menyerang kita pada saat seperti ini? Mereka memang sudah bosan hidup!"Joko dan Darsa yang berdiri di sebelahnya juga tampak terkejut. Bahkan, beberapa orang di belakang mereka tampak tertegun. Mereka tidak menyangka bahwa hanya dengan 1.000 orang, para bandit itu berani menyerang pasukan utara yang jumlahnya jauh lebih besar.Saat ini, Darsa segera memberi perintah, "Joko, bawa pasukanmu dan hadapi mereka di garis depan! Jangan biarkan mereka bergerak lebih jauh!"Mendengar perintah

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3185

    Saat ini, pasukan utara belum menyadari bahwa para bandit dari Desa Riwut telah mengepung mereka. Setelah mengatur semuanya, Adjie segera memimpin anak buahnya untuk menyerbu ke depan. Dalam pandangan mereka, kali ini benar-benar adalah kesempatan emas.Saat ini, seseorang berujar, "Sebelumnya aku nggak nyangka melawan pasukan utara bisa semudah ini!"Begitu ucapan itu dilontarkan, suara sorakan dari belakang semakin menggema. Detik berikutnya, pasukan utara yang berada di bawah langsung tersapu oleh arus air yang deras. Melihat kejadian ini, banyak orang tersenyum puas, merasa bahwa serangan ini telah melampaui ekspektasi mereka.Para prajurit yang berjaga di kamp pasukan utara terkejut bukan main. Mereka sama sekali tidak menyangka situasi bisa berubah secepat ini.Ketika mereka melihat air bah tiba-tiba menerjang, salah satu penjaga berseru panik, "Banjir! Banjir datang!"Teriakan itu segera membangkitkan kepanikan di seluruh kamp. Banyak orang tidak bisa memahami bagaimana hal ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3184

    Semua orang mengangguk setuju. Setelah urusan ini diselesaikan, langkah selanjutnya adalah menghadapi pasukan utara.....Di sisi lain, Adjie masih menunggu kabar dari Wira. Setelah beberapa kali menenangkan bawahannya agar tetap bersabar, tiba-tiba terdengar suara kucing mengeong dari luar. Itu adalah tanda yang telah disepakati sebelumnya.Mendengar suara itu, Adjie langsung bersemangat. Dia segera keluar dari tenda karena tahu bahwa utusannya pasti telah kembali, yang berarti perintah dari Wira juga sudah sampai.Saat melihat sosok yang berdiri di luar, Adjie langsung maju dan bertanya dengan penuh antusiasme, "Bagaimana? Apakah semuanya sudah beres?"Orang yang datang itu bergegas memberi hormat dan menjawab, "Jenderal Adjie, perintah dari Tuan sudah datang. Kita bisa mulai menyerang!""Apa?" Adjie menyeringai mendengar kabar itu. Tanpa membuang waktu, dia langsung berjalan ke arah saluran air di mana para anak buahnya sudah menunggu dengan gelisah. Mereka sudah lama menunggu perin

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status