"Aku pikir sebagai pemimpin pasukan, aku nggak terkalahkan dan nggak ada yang mampu bertarung denganku!" kata Raja Tanuwi dengan sombong.Nada bicara Raja Tanuwi tiba-tiba berubah, lalu dia berucap dengan perasaan kecewa, "Sampai aku bertemu dengan Dirga, aku baru tahu rasanya kalah untuk pertama kali. Dirga yang mengalahkanku sampai aku kabur dengan kondisi menyedihkan!"Giandra merasa ada yang tidak beres. Dia bertanya, "Ayah, kenapa kamu menceritakan semua ini? Sekarang perang sedang dalam masa genting."Raja Tanuwi mengangkat alis sembari mencibir, lalu menjawab, "Karena pendeta pernah bilang aku lahir dan mati di tengah salju, bahkan di medan perang."Giandra mengernyit. Pendeta sebelumnya sudah meninggal, tetapi kabarnya ramalan pendeta itu sangat akurat.Raja Tanuwi memandang langit seraya menjelaskan, "Tapi, Dirga hanya mengalahkanku dan nggak bisa membunuhku! Sekarang, Dirga sudah mati.""Saat ini sedang bersalju dan ini adalah medan perang. Siapa yang bisa membunuhku? Panglim
Wira tidak bisa melihat dengan jelas dalam jarak sekitar 720 meter. Fandi yang merasa tidak puas karena tidak bisa mengembangkan tekniknya mengomel, "Wira, orang bodoh pun bisa menembak dengan akurat kalau memakai teknik bidikan sejajar yang kamu buat.""Raja Tanuwi sudah terpaku di kereta tempur. Busurnya begitu besar, dia pasti sudah mati!" lanjut Fandi.Wira mengembuskan napas panjang, lalu bersandar di tembok kota seraya berteriak, "Prajurit pengirim pesan, Raja Tanuwi sudah mati. Sebarkan ke seluruh pasukan dan kota!"Prajurit pengirim pesan berseru dengan gembira, "Kabar bagus, Tuan Wahyudi sudah menembak mati Raja Tanuwi!"Semua prajurit di seluruh kota seketika bersorak! Raja Tanuwi, dewa perang bangsa Agrel, ditembak mati oleh Wira. Benar-benar sulit percaya! Namun, respons bangsa Agrel membuktikan kepada semua prajurit bahwa ini memang benar!"Terus tembakkan busur dan bidik jenderal bangsa Agrel. Habisi mereka!" perintah Wira. Dia berani menghadapi pertarungan ini karena mis
Setelah melancarkan serangan berturut-turut, prajurit bangsa Agrel akhirnya maju sampai 120 meter. Kemudian, Yudha mengangkat tangannya. Saat berikutnya, 4.000 ahli busur di baris kedua mengangkat busur dan menembak.Kekuatan busur panah ini memang tidak sekuat misil panah, tetapi bisa menembus baju zirah dalam jarak sekitar 100 meter. Empat ribu hujan panah langsung menembak mati prajurit bangsa Agrel yang berada pada jarak 100 meter."Paman Fandi!" seru Wira yang berada di atas tembok kota. Dia menunjuk Giandra sambil memerintah, "Habisi komandan itu!""Gampang!" sahut Fandi yang mengoperasikan misil tiga busur. Dia menyiapkan satu anak panah dan membidik Giandra.Namun, pengawal pribadi yang melihat ini bergegas, lalu menghalangi di depan Giandra dan mengadang tembakan panah."Maju!" seru Giandra yang memacu kudanya untuk bergegas ke depan."Kalian bersepuluh, bidik orang itu dan habisi dia di medan perang!" perintah Wira yang langsung mengerahkan sepertiga misil tiga busur. Dia tah
Setelah menyampaikan perintah, Giandra yang menggendong jasad Raja Tanuwi kembali ke markas dengan memacu kudanya. Dia bukan tidak ingin menyerang, tetapi busur di tembok kota sedang mengincarnya dan terus menembak."Siap!" sahut Raharja yang terpaksa bertarung. Bawahannya adalah infanteri yang bertugas memindahkan logistik militer di bagian belakang sehingga mereka belum masuk ke medan perang.Saat ini, 10.000 prajurit yang mendapatkan komando ketakutan, tetapi tidak sabar ingin bertarung. Sepuluh ribu prajurit melawan 2.000 prajurit. Dengan berbagai macam serangan, Raharja yakin Yudha pasti tidak sanggup menghadapinya.Asalkan membunuh Yudha, Raharja termasuk memberikan kontribusi besar sehingga bisa naik pangkat lagi. "Bunuh!" seru Raharja.Raharja mengambil bendera, lalu mengibarkannya. Sepuluh ribu prajurit di tempat dibagi menjadi 3 tim. Dua tim bertugas mengepung dan satu tim bertugas menyerang. Hal ini menunjukkan kemampuan Raharja dalam menyusun strategi perang."Berpencar!" p
Melihat prajuritnya yang makin sedikit, Yudha terus mengejar dan membunuh tanpa henti. Ada pengawal pribadi yang lagi-lagi membujuknya. Pantang mundur! Di tembok kota, misil terus melepaskan tembakan beruntun, sementara Pasukan Zirah Hitam di belakang mengejar dengan ganas. Semangat para prajurit bangsa Agrel benar-benar hancur! Giandra berkata, "Ayah, maafkan aku yang nggak berbakti! Tapi, jangan khawatir, aku pasti akan menghancurkan Kota Pusat Pemerintahan Jagabu. Aku akan membawa pulang jasadmu dan membalaskan dendammu!"Kilatan enggan menyerah melintas di mata Giandra. Pada akhirnya, dia melemparkan jasad yang dipeluknya itu ke atas tubuh seekor kuda di sampingnya. Kemudian, Giandra langsung mengayunkan cambuk!Plak! Kuda yang kesakitan segera melarikan diri sembari membawa jasad Raja Tanuwi! Tatapan Yudha yang menyadari hal tersebut tampak serius. Dia segera memutar arah kudanya, lalu mengambil busur panjang dari punggung kudanya!Terlalu sulit untuk menangkap Giandra hidup-hid
Bangsa Agrel tak akan bisa menerobos kota. Sinardi tidak perlu kehilangan nyawanya. Dia bahkan akan dianggap berandil dalam mempertahankan kota!Segera, Sinardi memerintahkan lagi, "Cepat, pergi kejar tuan. Selain itu, minta dia membawa kembali nyonya dan tuan muda yang sedang dikunjunginya secepat mungkin!"Tidak baik jika orang lain menemukan bahwa Sinardi yang merupakan seorang prefektur menyuruh keluarganya untuk pergi terlebih dahulu. Prajurit pengirim pesan berseru, "Tuan Wahyudi membuat misil tiga busur dan berhasil membunuh Raja Tanuwi dari jarak 182 meter!"Setelah mendengar kabar tersebut, rekan Sinardi, Farhan, juga sama terkejutnya. Dia berkata sambil tersenyum, "Bakat tuan memang luar biasa. Dia adalah anugerah besar bagi Kerajaan Nuala!"Prajurit pengirim pesan berseru, "Raja Tanuwi sudah mati tertembak!"Di Kediaman Gumilar, Putro yang mendengar kabar tersebut tertawa terbahak-bahak. "Wahyudi memang hebat. Dia benar-benar menguasai banyak bidang! Dia ahli dalam bidang sa
Yudha berkata, "Kalian nggak perlu seperti ini!" Dia menatap ke arah Wira, lalu keduanya pun berbicara seraya melambaikan tangan serempak."Terima kasih, Tuan Wahyudi!""Terima kasih, Panglima Yudha!""Panglima Yudha, pertempuran ini sangat mengesankan. Bisa dikatakan sebagai kemenangan terbesar dalam sejarah Kerajaan Nuala!""Tuan Wahyudi, misil tiga busur yang kamu buat benar-benar sangat kuat!" "Tuan Wahyudi, aku sudah meremehkanmu sebelumnya. Aku akan meminta maaf kepadamu. Mohon menghukumku!" ucap Herdian.Aksa juga berkata, "Tuan Wahyudi, aku juga sama. Aku kira kamu hanya bisa belajar dan nggak mengerti teknik perang. Tolong hukum aku!"Banyak prajurit yang berkumpul di sekitar Yudha dan Wira, termasuk Herdian dan Aksa yang langsung berlutut untuk meminta maaf! Pertarungan ini begitu mengesankan. Mereka berhasil membantai lebih dari 10.000 pasukan bangsa Agrel dan menangkap lebih dari 20.000 tawanan!Sementara itu, jumlah korban dari Kerajaan Nuala ketika dikejar oleh pasukan
Wajah Yudha memancarkan niat membunuh. Sebagai seorang komandan dan jenderal istana, bisa-bisanya Chandika kabur ketika pertempuran berlangsung. Dia harus dihukum atas tindakannya!Wira menarik Yudha ke samping, lalu berkata, "Prajurit pengirim pesan, sampaikan seperti ini kepadanya ...."Kali terakhir, ketika Chandika memperdagangkan surat izin lintas, dia juga tidak dihukum oleh istana. Hal itu menandakan bahwa bangsawan memiliki kekuatan yang signifikan di istana.Para prajurit tak kuasa menahan tawa setelah mendengar perkataan Wira. Seseorang berkata, "Tuan Wahyudi benar-benar cerdik.""Kalian prajuritnya siapa? Cepat bukakan gerbang untukku. Kalau nggak, aku akan memberi kalian pelajaran besok!" seru Chandika. Di gerbang kota selatan, sederet kereta kuda mengadang di depan gerbang. Chandika sedang mengumpat dengan emosi.Awalnya, Chandika tidak memercayai kabar kemenangan itu. Namun, seiring dengan makin banyaknya orang yang menyebarkan berita itu dia pun makin percaya.Para praju
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m