Yudha berkata, "Kalian nggak perlu seperti ini!" Dia menatap ke arah Wira, lalu keduanya pun berbicara seraya melambaikan tangan serempak."Terima kasih, Tuan Wahyudi!""Terima kasih, Panglima Yudha!""Panglima Yudha, pertempuran ini sangat mengesankan. Bisa dikatakan sebagai kemenangan terbesar dalam sejarah Kerajaan Nuala!""Tuan Wahyudi, misil tiga busur yang kamu buat benar-benar sangat kuat!" "Tuan Wahyudi, aku sudah meremehkanmu sebelumnya. Aku akan meminta maaf kepadamu. Mohon menghukumku!" ucap Herdian.Aksa juga berkata, "Tuan Wahyudi, aku juga sama. Aku kira kamu hanya bisa belajar dan nggak mengerti teknik perang. Tolong hukum aku!"Banyak prajurit yang berkumpul di sekitar Yudha dan Wira, termasuk Herdian dan Aksa yang langsung berlutut untuk meminta maaf! Pertarungan ini begitu mengesankan. Mereka berhasil membantai lebih dari 10.000 pasukan bangsa Agrel dan menangkap lebih dari 20.000 tawanan!Sementara itu, jumlah korban dari Kerajaan Nuala ketika dikejar oleh pasukan
Wajah Yudha memancarkan niat membunuh. Sebagai seorang komandan dan jenderal istana, bisa-bisanya Chandika kabur ketika pertempuran berlangsung. Dia harus dihukum atas tindakannya!Wira menarik Yudha ke samping, lalu berkata, "Prajurit pengirim pesan, sampaikan seperti ini kepadanya ...."Kali terakhir, ketika Chandika memperdagangkan surat izin lintas, dia juga tidak dihukum oleh istana. Hal itu menandakan bahwa bangsawan memiliki kekuatan yang signifikan di istana.Para prajurit tak kuasa menahan tawa setelah mendengar perkataan Wira. Seseorang berkata, "Tuan Wahyudi benar-benar cerdik.""Kalian prajuritnya siapa? Cepat bukakan gerbang untukku. Kalau nggak, aku akan memberi kalian pelajaran besok!" seru Chandika. Di gerbang kota selatan, sederet kereta kuda mengadang di depan gerbang. Chandika sedang mengumpat dengan emosi.Awalnya, Chandika tidak memercayai kabar kemenangan itu. Namun, seiring dengan makin banyaknya orang yang menyebarkan berita itu dia pun makin percaya.Para praju
Ardi berkata dengan percaya diri, "Kita harus berdamai!""Haha!" Kemal tersenyum sinis seraya berkata, "Setelah kemenangan besar pasukan kita, kamu ingin mencari perdamaian dengan bangsa Agrel? Apakah kamu sudah tua dan lemah, jadinya menjadi pengecut?"Ardi masih berekspresi datar. Dia berkata, "Penasihat Kiri, kamu mungkin berpikir bahwa kita telah memenangkan perang, tapi sebenarnya kita berada di ambang kekalahan. Pasukan utama bangsa Agrel masih utuh.""Kota Pusat Pemerintahan Jagabu telah tertutup oleh salju tebal dan Sungai Yilo akan membeku. Kalau bangsa Agrel mengabaikan Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, mereka bisa menuju selatan dengan cepat, lalu merebut kota-kota satu per satu hingga mencapai Provinsi Jawali!" lanjut Ardi.Raja Bakir tampak mengangguk. Hal ini juga dikhawatirkan olehnya. Apabila bangsa Agrel pergi ke selatan, mereka akan mampu menginvasi seluruh provinsi.Kemal tersenyum dingin sembari berkata, "Kalau begitu, berikan saja pasukan tambahan pada Yudha dan biar
"Ya," jawab Giandra. Kemudian, dia mengubah topik pembicaraan dengan berkata, "Jadi, bagaimana kita bisa mengalahkan busur raksasa mereka?"Bagas menjawab, "Langkah selanjutnya adalah membangun perisai besar. Kita kerahkan tentara bayaran dan bekas penduduk Nuala ke medan perang, gunakan mereka untuk mengulur waktu."Penggunaan busur ada batasnya. Jika digunakan terlalu sering, busur bisa rusak. Bahan pembuatan busur juga terbatas. Selama pertempuran terus berlanjut, busur silang yang dibuat dengan tergesa-gesa pasti akan segera rusak.Giandra berpikir sejenak sambil mengerutkan alis, lalu berkata, "Itu strategi yang bagus!"Bagas menyipitkan matanya sambil berkata, "Setelah itu, kita gunakan prajurit pembelot yang dikirim kembali oleh Yang Mulia untuk menyerang kota bersama-sama."Giandra menggelengkan kepalanya, lalu menyahut, "Para prajurit pembelot itu berada di bawah pengawasan ketat, senjata dan zirah mereka semua dirampas. Mereka nggak akan punya kesempatan untuk membuat masalah
Masalah terbesarnya, misil tiga busur ini tidak leluasa untuk dipindahkan dan tidak cocok digunakan dalam pertempuran jarak jauh. Kedatangan Wira ke sini hari ini adalah untuk menyelesaikan masalah ini.Begitu Wira masuk ke tim busur, Emran berkata dengan ekspresi malu-malu, "Tuan Wahyudi, saya ... saya punya ide."Wira tersenyum dan berkata, "Bicaralah!"Hanya dengan melihat kotak anak panah busur silang, Emran sudah bisa menyalin desain Busur Silang Zeta. Emran adalah seorang mekanik genius yang langka. Hanya saja, dia belum pernah mempelajari sains sehingga tidak memahami banyak prinsip. Dia tidak terlalu mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dalam senjata buatannya.Emran berkata dengan hati-hati, "Saya rasa misil tiga busur itu sangat besar dan tidak leluasa dipindahkan. Kalau di bawahnya ditambah dua roda, misil itu bisa dijalankan dengan kuda seperti kereta. Kalau seperti itu, pasti akan lebih nyaman digunakan."Wahab, sang jenderal batalion lembaga senjata, datang dan me
Kedatangan Wira ke markas militer disambut sekelompok orang. Di antaranya adalah Yudha, Herdian, Basuki, Aksa, Chandra, sekelompok jenderal pendamping, dan jenderal batalion. Mereka semua tampak khawatir.Wira tersenyum dan berkata, "Kenapa kalian memasang ekspresi seperti ini? Kalian kelihatan lebih tertekan daripada saat bertempur dengan bangsa bangsa Agrel."Yudha mengerutkan alisnya tanpa bicara. Tidak peduli seberapa besar tekanan yang diberikan bangsa Agrel, mereka semua bisa bersatu melawan musuh yang sama. Sekarang, kebijakan yang diturunkan kerajaan malah langsung menghancurkan semangat semua orang.Herdian mengingatkan, "Tuan Wahyudi, cepat masuk. Kasim Cecep sudah menunggumu."Wira bertanya dengan tenang, "Bagaimana latar belakang Kasim Cecep ini?"Herdian menghela napas, lalu menjawab, "Kasim Cecep adalah orang kepercayaan mendiang Raja. Dia pernah memimpin pasukan untuk menekan pemberontakan, menaklukkan orang barbar dari Selatan, dan membuat prestasi besar dalam perang. S
"Benarkah?" tanya Cecep dengan ragu.Ini persis dengan kata-kata puitis Wira di Kompetisi Puisi Naga yang Chandika rasa mengelabuinya. Chandika lantas berteriak dengan marah, "Bohong! Senjata yang digunakan para veteran Pasukan Zirah Hitam untuk melawan kavaleri bangsa Agrel adalah pedang itu. Kalau ratusan pedang itu dilebur dengan batu meteor, berapa ratus tahun waktu yang dibutuhkan?""Kalau begitu, tanyakan sendiri pada veteran Pasukan Zirah Hitam itu. Pokoknya, aku nggak tahu," jawab Wira.Setelah itu, Wira berbalik dan mengepalkan tinjunya tanda hormat seraya berkata, "Kasim Cecep, aku bukan seorang prajurit. Aku hanya bergabung sementara dengan markas militer untuk membantu karena undangan Panglima Yudha. Sekarang, plakat emas telah kukembalikan, aku nggak punya hubungan apa pun lagi dengan urusan markas militer. Tolong biarkan aku pergi.""Tuan Wahyudi!"Di luar tenda besar, Yudha dan banyak prajurit bergegas menghalangi Wira dengan marah. Tanpa Wira, mereka akan tetap berada d
Setelah Wira meninggalkan markas militer, Chandika, sebagai panglima tertinggi, bermaksud melemahkan kekuasaan Yudha. Dia memerintahkan agar tidak seorang pun tanpa status militer yang diizinkan memasuki markas militer. Hampir 100 veteran Pasukan Zirah Hitam juga dipaksa pergi. Cecep memperhatikan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dia membiarkan Chandika berbuat seenaknya.Para veteran Pasukan Zirah Hitam dilanda amarah. Saat ratusan ribu kavaleri bangsa Agrel mengepung kota, mereka bergegas membantu tanpa memikirkan risiko bahaya. Kemudian, setelah berjuang mati-matian untuk memenangkan pertempuran, mereka diusir dari markas militer dan bahkan tidak bisa bertemu Yudha.Di halaman Keluarga Wilianto, sekelompok veteran Pasukan Zirah Hitam sedang minum alkohol dengan suasana hati buruk. Di antara mereka, ada Doddy yang memenggal kepala Raharja, si jenderal pengkhianat. Dalam pertempuran itu, dia membunuh 88 orang musuh. Dalam soal jumlah, dia hanya di bawah ayahnya dan Panglima Yudha.