"Ya," jawab Giandra. Kemudian, dia mengubah topik pembicaraan dengan berkata, "Jadi, bagaimana kita bisa mengalahkan busur raksasa mereka?"Bagas menjawab, "Langkah selanjutnya adalah membangun perisai besar. Kita kerahkan tentara bayaran dan bekas penduduk Nuala ke medan perang, gunakan mereka untuk mengulur waktu."Penggunaan busur ada batasnya. Jika digunakan terlalu sering, busur bisa rusak. Bahan pembuatan busur juga terbatas. Selama pertempuran terus berlanjut, busur silang yang dibuat dengan tergesa-gesa pasti akan segera rusak.Giandra berpikir sejenak sambil mengerutkan alis, lalu berkata, "Itu strategi yang bagus!"Bagas menyipitkan matanya sambil berkata, "Setelah itu, kita gunakan prajurit pembelot yang dikirim kembali oleh Yang Mulia untuk menyerang kota bersama-sama."Giandra menggelengkan kepalanya, lalu menyahut, "Para prajurit pembelot itu berada di bawah pengawasan ketat, senjata dan zirah mereka semua dirampas. Mereka nggak akan punya kesempatan untuk membuat masalah
Masalah terbesarnya, misil tiga busur ini tidak leluasa untuk dipindahkan dan tidak cocok digunakan dalam pertempuran jarak jauh. Kedatangan Wira ke sini hari ini adalah untuk menyelesaikan masalah ini.Begitu Wira masuk ke tim busur, Emran berkata dengan ekspresi malu-malu, "Tuan Wahyudi, saya ... saya punya ide."Wira tersenyum dan berkata, "Bicaralah!"Hanya dengan melihat kotak anak panah busur silang, Emran sudah bisa menyalin desain Busur Silang Zeta. Emran adalah seorang mekanik genius yang langka. Hanya saja, dia belum pernah mempelajari sains sehingga tidak memahami banyak prinsip. Dia tidak terlalu mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dalam senjata buatannya.Emran berkata dengan hati-hati, "Saya rasa misil tiga busur itu sangat besar dan tidak leluasa dipindahkan. Kalau di bawahnya ditambah dua roda, misil itu bisa dijalankan dengan kuda seperti kereta. Kalau seperti itu, pasti akan lebih nyaman digunakan."Wahab, sang jenderal batalion lembaga senjata, datang dan me
Kedatangan Wira ke markas militer disambut sekelompok orang. Di antaranya adalah Yudha, Herdian, Basuki, Aksa, Chandra, sekelompok jenderal pendamping, dan jenderal batalion. Mereka semua tampak khawatir.Wira tersenyum dan berkata, "Kenapa kalian memasang ekspresi seperti ini? Kalian kelihatan lebih tertekan daripada saat bertempur dengan bangsa bangsa Agrel."Yudha mengerutkan alisnya tanpa bicara. Tidak peduli seberapa besar tekanan yang diberikan bangsa Agrel, mereka semua bisa bersatu melawan musuh yang sama. Sekarang, kebijakan yang diturunkan kerajaan malah langsung menghancurkan semangat semua orang.Herdian mengingatkan, "Tuan Wahyudi, cepat masuk. Kasim Cecep sudah menunggumu."Wira bertanya dengan tenang, "Bagaimana latar belakang Kasim Cecep ini?"Herdian menghela napas, lalu menjawab, "Kasim Cecep adalah orang kepercayaan mendiang Raja. Dia pernah memimpin pasukan untuk menekan pemberontakan, menaklukkan orang barbar dari Selatan, dan membuat prestasi besar dalam perang. S
"Benarkah?" tanya Cecep dengan ragu.Ini persis dengan kata-kata puitis Wira di Kompetisi Puisi Naga yang Chandika rasa mengelabuinya. Chandika lantas berteriak dengan marah, "Bohong! Senjata yang digunakan para veteran Pasukan Zirah Hitam untuk melawan kavaleri bangsa Agrel adalah pedang itu. Kalau ratusan pedang itu dilebur dengan batu meteor, berapa ratus tahun waktu yang dibutuhkan?""Kalau begitu, tanyakan sendiri pada veteran Pasukan Zirah Hitam itu. Pokoknya, aku nggak tahu," jawab Wira.Setelah itu, Wira berbalik dan mengepalkan tinjunya tanda hormat seraya berkata, "Kasim Cecep, aku bukan seorang prajurit. Aku hanya bergabung sementara dengan markas militer untuk membantu karena undangan Panglima Yudha. Sekarang, plakat emas telah kukembalikan, aku nggak punya hubungan apa pun lagi dengan urusan markas militer. Tolong biarkan aku pergi.""Tuan Wahyudi!"Di luar tenda besar, Yudha dan banyak prajurit bergegas menghalangi Wira dengan marah. Tanpa Wira, mereka akan tetap berada d
Setelah Wira meninggalkan markas militer, Chandika, sebagai panglima tertinggi, bermaksud melemahkan kekuasaan Yudha. Dia memerintahkan agar tidak seorang pun tanpa status militer yang diizinkan memasuki markas militer. Hampir 100 veteran Pasukan Zirah Hitam juga dipaksa pergi. Cecep memperhatikan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dia membiarkan Chandika berbuat seenaknya.Para veteran Pasukan Zirah Hitam dilanda amarah. Saat ratusan ribu kavaleri bangsa Agrel mengepung kota, mereka bergegas membantu tanpa memikirkan risiko bahaya. Kemudian, setelah berjuang mati-matian untuk memenangkan pertempuran, mereka diusir dari markas militer dan bahkan tidak bisa bertemu Yudha.Di halaman Keluarga Wilianto, sekelompok veteran Pasukan Zirah Hitam sedang minum alkohol dengan suasana hati buruk. Di antara mereka, ada Doddy yang memenggal kepala Raharja, si jenderal pengkhianat. Dalam pertempuran itu, dia membunuh 88 orang musuh. Dalam soal jumlah, dia hanya di bawah ayahnya dan Panglima Yudha.
Dian tersenyum. Wajahnya memerah dan jantungnya berdebar kencang. Kemudian, Wira menguap, lalu berkata, "Sudahlah, cepat tidur. Besok kita pulang!""Oh!" sahut Dian yang berjalan keluar dari kamar sambil menunduk. Dia merasa agak kecewa.Sementara itu, Wira berbaring di tempat tidur. Tiba-tiba, terdengar suara pintu diketuk dan seseorang melapor, "Tuan Wahyudi, gawat. Ada masalah besar!"....Di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, kamp pusat. Cecep pun tertawa saking kesalnya. Dia berujar, "Dasar bocah sialan. Kamu itu lebih tamak dari aku. Bahkan kamu meminta kembali upah yang sudah dibagi. Ini baru terjadi pertama kali!"Chandika mengangkat alis sambil membalas, "Upah apanya? Itu uangku. Wira, si berengsek yang sok berkuasa itu menyita kekayaanku. Sudah seharusnya aku meminta uang itu kembali."Cecep menimpali, "Kamu sudah dapat uangnya, jangan berulah lagi." Kemudian, dia melanjutkan perkataannya sembari menyipitkan mata, "Seharusnya kamu tahu maksud Raja percaya padamu dan mengutus aku
Cecep berucap seraya menyipitkan mata, "Lebih baik membunuh orang yang tidak bersalah, daripada melepaskan orang yang bersalah. Hanya ini cara penanganan yang paling aman!"Yudha menentang, "Tidak boleh!" Ini memang cara yang paling aman. Namun, dari 10.000 lebih prajurit Kerajaan Nuala, banyak yang tidak bersalah. Yudha tidak tega membunuh mereka.Apalagi, 10.000 prajurit yang kalah ini adalah kunci penting dalam rencana Wira untuk memenangkan perang dengan bangsa Agrel.Kemudian, Cecep berjalan keluar dari kamp, lalu menunjukkan plakat emas seraya memberi perintah, "Pengawal, awasi Panglima Yudha!"Melihat plakat emas, banyak prajurit menjadi gugup. Mereka langsung menghampiri Yudha. Plakat emas tidak ada bedanya dengan kedatangan Raja. Orang yang tidak mengikuti perintah berarti memberontak!Jadi, meskipun sangat menghormati Yudha, para pengawal tidak berani menentang perintah Cecep. Yudha merasa gugup, tetapi tidak berani membantah. Dia hanya berteriak, "Kasim Cecep, kamu tidak bol
Demi menunjukkan kuasanya sebagai panglima, Chandika memberi perintah untuk mengganti prajurit garnisun menjadi prajurit yang kalah dalam peperangan.Yudha dan 4 letnan jenderal berusaha menghentikan Chandika, lalu 1.000 prajurit yang kalah pun maju. Prajurit-prajurit ini dipimpin oleh Raka untuk naik ke tembok kota utara.Terakhir kali, Wira memerintahkan untuk memukul Raka dengan tongkat 20 kali. Setelah beristirahat selama setengah bulan, luka Raka sudah pulih sepenuhnya.Melihat prajurit kalah yang memakai baju zirah, Raka merasa bimbang. Dia yang baru saja mendapatkan tugas menerima perintah rahasia dari Pasukan Elang Hitam. Bangsa Agrel akan menyerang kota pada malam hari.Bangsa Agrel ingin Raka membantu mereka menerobos kota. Kalau dulu, Raka yakin pasti bisa berhasil dengan memimpin 1.000 prajurit kalah ini. Namun, dalam setengah bulan ini, Wira sialan itu mengadakan pertemuan propaganda setiap hari.Banyak prajurit yang berkhianat sangat membenci bangsa Agrel. Jadi, mereka le
Mendengar perkataan itu, Darsa menganggukkan kepala. Melihat Joko hendak pergi, dia baru teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Oh ya. Setelah selesai mengatur semuanya, datang lagi ke sini. Aku harus merencanakan beberapa hal lagi untuk langkah selanjutnya.""Baik!" jawab Joko.Setelah Joko pergi, Darsa mengernyitkan alis. Pada saat itu, dia melihat Zaki masuk dari luar. Dia langsung tertegun sejenak saat melihat Zaki, lalu bertanya, "Bagaimana? Pikiranmu sudah jernih?"Mendengar pertanyaan Darsa, Zaki menganggukkan kepala dan langsung berkata sambil memberi hormat, "Tuan Darsa, maaf, sebelumnya aku memang terlalu gegabah. Tapi, kali ini ada begitu banyak saudara kita yang tewas, aku benar-benar merasa nggak rela."Darsa tersenyum, lalu berkata, "Hehe. Ini bukan masalah, kita akan membalasnya lain kali. Kali ini mereka memang menang, tapi menang dan kalah adalah hal yang biasa dalam dunia peperangan. Kalau kamu putus asa dan hanya memikirkan soal balas dendam karena kekalahan k
Setelah pasukan utara kembali ke kemah, Darsa tidak bisa menahan amarahnya saat melihat ekspresi Zaki dan berkat, "Zaki, sebagai jenderal garis depan, kenapa kamu begitu gegabah? Musuh pasti sudah menyiapkan jebakan di depan makanya mereka mundur, tapi kamu malah masih ingin membawa pasukan untuk mengejar mereka."Mendengar perkataan itu, wajah Zaki langsung memerah. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata, "Kali ini memang aku yang salah perhitungan. Tapi, musuh kita benar-benar licik. Kalau kita terus membiarkan mereka begitu, kita akan terus dipermainkan mereka."Ekspresi Darsa langsung terlihat kecewa dan berkata dengan marah, "Tipu muslihat adalah hal yang biasa dalam perang dan ini sudah menjadi aturan sejak dulu. Apa yang kamu pikirkan? Aku beri tahu kamu, aku akan melupakan kesalahanmu kali ini kalau kamu bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik."Darsa mendengus, lalu menoleh pada Joko dan berkata dengan pelan, "Bawa orang-orangmu untuk menghitung jumlah korban dan pasukan
Pengirim pesan itu segera memberi hormat, lalu langsung berjalan keluar.Setelah pengirim pesan itu pergi, Darsa baru menghela napas. Saat ini, semuanya sudah direncanakan, tetapi tergantung pada takdir apakah ini akan berhasil atau tidak. Jika 10 ribu pasukan ini masih tidak bisa membawa kembali Joko dan Zaki, situasinya akan makin merepotkan.Saat itu, Wira yang berada di medan perang tiba-tiba menoleh dan melihat musuh sudah mengerahkan tambahan 10 ribu pasukan pun terkejut karena hal ini di luar perkiraannya. Dia tidak menyangka musuh masih memiliki pasukan sebanyak ini dan sebelumnya mereka juga sudah menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Mengapa mereka tidak langsung mengerahkan seluruh pasukan?Sebelumnya, Wira dan pasukannya sudah berhasil menghancurkan semangat bertarung pasukan utara. Namun, begitu melihat musuh mendapat pasukan tambahan lagi sekarang, mereka langsung terkejut. Mereka tidak menduga musuh mereka ternyata begitu hebat.Tepat pada saat itu, salah seorang yang te
Begitu kedua belah pihak bertabrakan, suara benturannya langsung bergema dan kekuatan yang dahsyat membuat keduanya terlempar dari kuda mereka.Joko bisa begitu dipercaya Darsa karena ternyata kekuatannya memang luar biasa. Dia mendengus, dan segera memutar tubuhnya sambil mengayunkan senjatanya, lalu mendarat di tanah. Serangannya seharusnya sudah sangat cepat, tetapi dia tidak menyangka Arhan malah lebih cepat. Saat kakinya menyentuh tanah, Arhan sudah kembali menyerangnya.Keduanya bertarung dengan sangat sengit, membuat suasana medan perang menjadi makin kacau.Namun, pertarungan antara kedua orang itu malah membuat pasukan utara makin terdesak. Menurut mereka, kekuatan musuh mereka ini benar-benar luar biasa. Bahkan ada salah seorang prajurit yang berkata, "Kenapa pasukan musuh begitu kuat? Ini benar-benar merepotkan."Banyak prajurit lainnya yang menganggukkan kepala juga. Menurut mereka, kemampuan pasukan musuh kali ini benar-benar sangat hebat dan di luar perkiraan mereka. Bahk
Hayam menganggukkan kepala setelah mendengar Adjie berkata seperti itu, lalu segera berbalik dan memimpin pasukannya mendekati Wira.Saat melihat Agha juga memimpin pasukan untuk datang mengepung, Darsa yang berada di dalam tenda langsung terkejut. Dia selalu mengira bala bantuan dari pihak musuh hanya pasukan kavaleri yang bersembunyi di kegelapan, tetapi ternyata masih ada begitu banyak infanteri.Ekspresi Darsa langsung menjadi muram saat teringat dengan banjir yang tiba-tiba terjadi sebelumnya. Setelah tertegun sesaat, dia akhirnya menyadari semua itu adalah bagian dari jebakan yang sudah direncanakan musuh. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, bantu Zaki untuk mundur, sekarang bukan saatnya untuk menyerang."Ekspresi Joko berubah, lalu menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, kita akan segera menerobos keluar."Namun, saat melihat pasukan musuh, seseorang yang berada di samping Joko berkata, "Sialan. Kita benar-benar nggak menyangka hal ini, tapi kekuatan mereka memang lu
Adegan ini benar-benar sama dengan situasi saat pasukan utara disergap sebelumnya, bahkan Zaki sendiri pun tidak menyangka hal ini akan menjadi seperti ini. Setelah terdiam beberapa saat, dia langsung berteriak agar semuanya mundur. Namun, para prajurit di bagian belakang tidak bisa mendengar suaranya, sehingga para kavaleri pun bertabrakan.Melihat adegan itu, Darsa yang merupakan komandan pasukan utara juga tercengang. Dia tidak menyangka para kavaleri yang tiba-tiba muncul ini begitu ganas, pasukan utara jelas tidak bisa menandingi kekuatan mereka. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, cepat pergi bantu Zaki, jangan biarkan dia jatuh ke tangan musuh."Joko yang terus mengamati situasi di medan perang pun langsung menyadari ada yang tidak beres dan segera maju ke depan.Melihat pasukan utara dikepung pasukan besar, Wira tersenyum dan langsung berteriak, "Semuanya, cepat serang mereka sekarang juga dan pastikan untuk menghabisi mereka semuanya."Semua orang merasa sangat berse
Begitu para pemanah menghentikan serangan mereka, banyak orang yang terkejut. Beberapa saat kemudian, seseorang berkata, "Jenderal, waktunya sudah hampir tiba."Mendengar ini, Zaki mengangguk dan berseru dengan penuh antusiasme, "Kavaleri, serbu!"Gelombang besar pasukan berkuda langsung melesat ke depan, menyerbu dengan kekuatan penuh. Melihat ini, Wira tetap tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Di sisinya, Nafis dan Arhan tampak agak heran. Menurut mereka, jika kavaleri musuh sudah mulai menyerang, ini adalah waktu terbaik untuk menumpas mereka.Namun, ketika melihat Wira tetap tenang dan tidak segera menurunkan perintah, keduanya sempat tertegun.Beberapa saat kemudian, seolah-olah telah memperhitungkan sesuatu, Wira tersenyum tipis dan berkata dengan suara pelan, "Kalian berdua jangan terburu-buru. Tunggu sebentar lagi. Biarkan mereka mencapai puncak semangat mereka terlebih dahulu."Awalnya, Nafis dan Arhan masih kebingungan. Namun, mereka segera memahami maksud Wira. Tidak heran W
Tak jauh dari Pulau Hulu, Wira bersama pasukannya menunggu dengan sabar. Saat ini, seorang mata-mata yang dikirim sebelumnya berlari kembali dan melaporkan dengan hormat, "Tuan, pasukan utara sedang berkumpul. Sepertinya kali ini mereka akan melakukan serangan kavaleri."Mendengar laporan itu, wajah Wira langsung berseri-seri. Dia mengangguk paham. Akhirnya kavaleri pasukan utara mulai bergerak. Jika mereka sudah mengambil langkah ini, sisanya akan lebih mudah ditangani.Segera, dia melambaikan tangannya dan berseru, "Kavaleri, bersiap!"Di barisan belakang, Arhan dan Nafis langsung mengepalkan tangan mereka sebagai tanda hormat dan merespons dengan lantang.Meskipun Wira membawa pasukan dalam jumlah besar, kavaleri yang dimilikinya sebenarnya tidak terlalu banyak. Selain 3.000 kavaleri dari Pasukan Harimau, dia hanya memiliki 5.000 kavaleri di bawah komando Nafis, sementara sebagian besar adalah pasukan infanteri.Itu sebabnya, Wira begitu menantikan pertempuran ini.Setelah beberapa
Bahkan, ada yang begitu bersemangat hingga berkata, "Kita sendiri pun nggak nyangka kekuatan kita kali ini akan begitu luar biasa. Kalau kita bisa menyelesaikan ini, yang lainnya pun pasti bisa kita atasi juga."Mendengar itu, para prajurit pasukan utara mengangguk setuju. Setelah berhasil menumpas musuh, wajah para bandit yang masih bertahan di garis depan pun berubah drastis, menjadi pucat.Beberapa dari mereka pun mulai bersuara, "Ini benar-benar di luar dugaan! Ternyata pasukan utara sekuat ini!"Ada yang tetap tenang, tetapi ada yang sangat bersemangat. Mereka merasa bahwa kemenangan sudah pasti di tangan pasukan utara.Melihat situasi ini, para prajurit tersenyum. Setelah menyelesaikan gelombang serangan ini, mereka mengangguk puas. Seseorang bahkan berkata dengan penuh semangat, "Ternyata para bandit ini nggak sekuat yang kita kira. Mereka bisa dilenyapkan secepat ini? Lemah sekali!"Di sisi pasukan utara, sorak-sorai kemenangan bergema. Menurut mereka, kekuatan mereka kali ini