Dian tersenyum. Wajahnya memerah dan jantungnya berdebar kencang. Kemudian, Wira menguap, lalu berkata, "Sudahlah, cepat tidur. Besok kita pulang!""Oh!" sahut Dian yang berjalan keluar dari kamar sambil menunduk. Dia merasa agak kecewa.Sementara itu, Wira berbaring di tempat tidur. Tiba-tiba, terdengar suara pintu diketuk dan seseorang melapor, "Tuan Wahyudi, gawat. Ada masalah besar!"....Di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, kamp pusat. Cecep pun tertawa saking kesalnya. Dia berujar, "Dasar bocah sialan. Kamu itu lebih tamak dari aku. Bahkan kamu meminta kembali upah yang sudah dibagi. Ini baru terjadi pertama kali!"Chandika mengangkat alis sambil membalas, "Upah apanya? Itu uangku. Wira, si berengsek yang sok berkuasa itu menyita kekayaanku. Sudah seharusnya aku meminta uang itu kembali."Cecep menimpali, "Kamu sudah dapat uangnya, jangan berulah lagi." Kemudian, dia melanjutkan perkataannya sembari menyipitkan mata, "Seharusnya kamu tahu maksud Raja percaya padamu dan mengutus aku
Cecep berucap seraya menyipitkan mata, "Lebih baik membunuh orang yang tidak bersalah, daripada melepaskan orang yang bersalah. Hanya ini cara penanganan yang paling aman!"Yudha menentang, "Tidak boleh!" Ini memang cara yang paling aman. Namun, dari 10.000 lebih prajurit Kerajaan Nuala, banyak yang tidak bersalah. Yudha tidak tega membunuh mereka.Apalagi, 10.000 prajurit yang kalah ini adalah kunci penting dalam rencana Wira untuk memenangkan perang dengan bangsa Agrel.Kemudian, Cecep berjalan keluar dari kamp, lalu menunjukkan plakat emas seraya memberi perintah, "Pengawal, awasi Panglima Yudha!"Melihat plakat emas, banyak prajurit menjadi gugup. Mereka langsung menghampiri Yudha. Plakat emas tidak ada bedanya dengan kedatangan Raja. Orang yang tidak mengikuti perintah berarti memberontak!Jadi, meskipun sangat menghormati Yudha, para pengawal tidak berani menentang perintah Cecep. Yudha merasa gugup, tetapi tidak berani membantah. Dia hanya berteriak, "Kasim Cecep, kamu tidak bol
Demi menunjukkan kuasanya sebagai panglima, Chandika memberi perintah untuk mengganti prajurit garnisun menjadi prajurit yang kalah dalam peperangan.Yudha dan 4 letnan jenderal berusaha menghentikan Chandika, lalu 1.000 prajurit yang kalah pun maju. Prajurit-prajurit ini dipimpin oleh Raka untuk naik ke tembok kota utara.Terakhir kali, Wira memerintahkan untuk memukul Raka dengan tongkat 20 kali. Setelah beristirahat selama setengah bulan, luka Raka sudah pulih sepenuhnya.Melihat prajurit kalah yang memakai baju zirah, Raka merasa bimbang. Dia yang baru saja mendapatkan tugas menerima perintah rahasia dari Pasukan Elang Hitam. Bangsa Agrel akan menyerang kota pada malam hari.Bangsa Agrel ingin Raka membantu mereka menerobos kota. Kalau dulu, Raka yakin pasti bisa berhasil dengan memimpin 1.000 prajurit kalah ini. Namun, dalam setengah bulan ini, Wira sialan itu mengadakan pertemuan propaganda setiap hari.Banyak prajurit yang berkhianat sangat membenci bangsa Agrel. Jadi, mereka le
Misil tiga busur dan Busur Silang Zeta sudah disiapkan. Ekspresi Cecep yang garang tampak kejam di bawah cahaya api. Dia mengancam, "Aku beri kalian waktu 1 menit untuk melepaskan baju zirah dan senjata kalian. Kalau tidak, semua akan langsung dibunuh!"Kemudian, para prajurit di dalam markas marah-marah, bahkan ada yang menangis."Dasar kasim sialan. Kamu mau membunuh kami, lalu menyuruh kami melepaskan baju zirah dan senjata. Kamu pikir kami bodoh?""Ayo, maju. Bunuh saja kami. Aku akan bertarung mati-matian dengan kalian.""Kasim berengsek. Dasar pecundang. Tuan Wahyudi bilang dia akan melepaskan kami, tapi kamu malah mau bunuh kami!""Kasim Cecep, aku tidak bekerja sama dengan bangsa Agrel. Aku kabur dari Perbatasan Loko!""Kenapa kamu mau bunuh kami? Bukan salah kami Perbatasan Loko diterobos!"Cecep merasa geram. Niat membunuhnya meluap, lalu dia mengangkat plakat emas dan memerintah, "Serang!""Siap!" sahut Basuki, Aksa, dan Chandra sambil memberi hormat. Setelah itu, ketiga let
Cecep berbalik dan melihat tembok kota bagian utara sudah terbakar dan terdengar suara teriakan yang menggemparkan! Ekspresi semua orang berubah drastis.Seorang prajurit yang menunggangi kuda bergegas kemari dan melapor, "Kasim Cecep, gawat. Raka memberontak dan pasukan bangsa Agrel sudah masuk kota. Herdian yang memimpin pasukan untuk melawan dan mengutusku untuk meminta bantuan!"Ekspresi Cecep berubah drastis, lalu dia berteriak, "Bangsa Agrel sudah masuk ke kota!"Kemudian, dia segera memberi perintah, "Jenderal Aksa, Jenderal Chandra, kalian ikut aku untuk melawan pasukan bangsa Agrel. Jenderal Basuki, kamu tetap tinggal di sini untuk membunuh semua prajurit pengkhianat ini. Jangan sampai mereka bekerja sama dengan bangsa Agrel!"Setelah selesai berbicara, Cecep tidak lagi memedulikan Wira dan langsung pergi. Sementara itu, Aksa dan Chandra memimpin pasukan untuk mengikuti Cecep. Segerombolan orang ini berjalan dengan terburu-buru.Raut wajah Chandra berubah drastis. Dia menghent
Basuki bertindak seolah-olah sedang berada dalam situasi darurat besar. Dia berseru, "Siapkan misil dan tembakkan panah. Jangan biarkan mereka kabur!"Puluhan ribu pasukan yang kalah telah melarikan diri, sementara mereka hanya terdiri dari 1.000 orang sehingga pasti akan segera kalah!Banyak pasukan yang mundur dari markas. Siapa pun yang melarikan diri akan menghadapi hujan panah dari misil dan kehilangan nyawa!"Hentikan!" Wira berteriak demikian dengan tegas. Hal itu membuat banyak prajurit berhenti. Dia menoleh dan berkata, "Basuki, bawalah pasukanmu ke pintu gerbang kota untuk memperkuat pertahanan. Biarkan aku yang mengatasi situasi di sini!"Basuki mengernyit tanpa mengatakan apa-apa! Jika ini terjadi di masa lalu, Basuki pasti akan mematuhi perintah Wira. Akan tetapi, kekuasaan tertinggi sekarang berada di tangan Chandika dan Cecep.Pada saat yang sama, seorang prajurit pengirim pesan dari Chandra berseru, "Jenderal Basuki, Kasim Cecep telah melarikan diri dengan Jenderal Aksa
Banyak prajurit kalah yang memandang Wira dengan tatapan tidak ramah. Namun, kebanyakan dari mereka merasa akrab dan khawatir. Wira berseru, "Aku tahu, kalian pasti sangat marah sekarang. Aku juga sama!"Sembari melihat ke sekeliling, Wira memaki, "Kita telah bekerja keras untuk istana dan berperang dengan mempertaruhkan nyawa. Hasilnya? Para bangsawan dan kasim itu malah melakukan ini terhadap kita. Aku ingin sekali membunuh kelompok pengecut itu!"Banyak prajurit kalah yang mengangguk dengan berlinang air mata. Perkataan Wira telah sepenuhnya mengungkapkan isi hati mereka. Jika tidak dipaksa keadaan, siapa yang bersedia menyerah terhadap musuh kejam dengan dendam tak terbendung seperti bangsa Agrel?Wira berkata dengan sangat tegas, "Tapi, kita harus melanjutkan pertempuran ini!""Istana bahkan nggak mau melepaskan kami. Kenapa kami harus bertarung demi mereka?""Kalau nggak bertempur, kami masih bisa hidup. Kalaupun menang, kami mungkin akan kehilangan nyawa!""Kami nggak sebodoh it
Tidak ada yang pernah menyangka bahwa dengan hanya berbicara, Wira dapat membujuk hampir 10.000 prajurit kalah. Hasan tampak tersenyum. Dia tentu sangat memercayai Wira!Wira melangkah maju dengan tatapan yang rumit! Setelah mengadakan pertemuan propaganda selama setengah bulan, para prajurit ini sangat memercayainya! Itu sebabnya, Wira memutuskan untuk memasuki markas mereka sendirian karena dia memahami kebutuhan orang-orang dari lapisan bawah. Hanya saja, dengan satu aksinya itu, hampir 10.000 orang bersedia kembali. Ini benar-benar sulit dibayangkan!Namun, Wira tidak punya pilihan sekarang! Setelah mereka pergi, sekitar 1.000 prajurit kalah yang tersisa juga melarikan diri dari markas menuju gerbang selatan. Mereka tidak memercayai istana dan juga tidak yakin bahwa Wira bisa menang sehingga memilih untuk kabur ke pegunungan.….Lima belas menit yang lalu, Yudha duduk dengan tegang dalam tenda perang. Alisnya tampak berkerut! Yudha sangat menderita sekarang! Keluarga Wutari selalu