Basuki bertindak seolah-olah sedang berada dalam situasi darurat besar. Dia berseru, "Siapkan misil dan tembakkan panah. Jangan biarkan mereka kabur!"Puluhan ribu pasukan yang kalah telah melarikan diri, sementara mereka hanya terdiri dari 1.000 orang sehingga pasti akan segera kalah!Banyak pasukan yang mundur dari markas. Siapa pun yang melarikan diri akan menghadapi hujan panah dari misil dan kehilangan nyawa!"Hentikan!" Wira berteriak demikian dengan tegas. Hal itu membuat banyak prajurit berhenti. Dia menoleh dan berkata, "Basuki, bawalah pasukanmu ke pintu gerbang kota untuk memperkuat pertahanan. Biarkan aku yang mengatasi situasi di sini!"Basuki mengernyit tanpa mengatakan apa-apa! Jika ini terjadi di masa lalu, Basuki pasti akan mematuhi perintah Wira. Akan tetapi, kekuasaan tertinggi sekarang berada di tangan Chandika dan Cecep.Pada saat yang sama, seorang prajurit pengirim pesan dari Chandra berseru, "Jenderal Basuki, Kasim Cecep telah melarikan diri dengan Jenderal Aksa
Banyak prajurit kalah yang memandang Wira dengan tatapan tidak ramah. Namun, kebanyakan dari mereka merasa akrab dan khawatir. Wira berseru, "Aku tahu, kalian pasti sangat marah sekarang. Aku juga sama!"Sembari melihat ke sekeliling, Wira memaki, "Kita telah bekerja keras untuk istana dan berperang dengan mempertaruhkan nyawa. Hasilnya? Para bangsawan dan kasim itu malah melakukan ini terhadap kita. Aku ingin sekali membunuh kelompok pengecut itu!"Banyak prajurit kalah yang mengangguk dengan berlinang air mata. Perkataan Wira telah sepenuhnya mengungkapkan isi hati mereka. Jika tidak dipaksa keadaan, siapa yang bersedia menyerah terhadap musuh kejam dengan dendam tak terbendung seperti bangsa Agrel?Wira berkata dengan sangat tegas, "Tapi, kita harus melanjutkan pertempuran ini!""Istana bahkan nggak mau melepaskan kami. Kenapa kami harus bertarung demi mereka?""Kalau nggak bertempur, kami masih bisa hidup. Kalaupun menang, kami mungkin akan kehilangan nyawa!""Kami nggak sebodoh it
Tidak ada yang pernah menyangka bahwa dengan hanya berbicara, Wira dapat membujuk hampir 10.000 prajurit kalah. Hasan tampak tersenyum. Dia tentu sangat memercayai Wira!Wira melangkah maju dengan tatapan yang rumit! Setelah mengadakan pertemuan propaganda selama setengah bulan, para prajurit ini sangat memercayainya! Itu sebabnya, Wira memutuskan untuk memasuki markas mereka sendirian karena dia memahami kebutuhan orang-orang dari lapisan bawah. Hanya saja, dengan satu aksinya itu, hampir 10.000 orang bersedia kembali. Ini benar-benar sulit dibayangkan!Namun, Wira tidak punya pilihan sekarang! Setelah mereka pergi, sekitar 1.000 prajurit kalah yang tersisa juga melarikan diri dari markas menuju gerbang selatan. Mereka tidak memercayai istana dan juga tidak yakin bahwa Wira bisa menang sehingga memilih untuk kabur ke pegunungan.….Lima belas menit yang lalu, Yudha duduk dengan tegang dalam tenda perang. Alisnya tampak berkerut! Yudha sangat menderita sekarang! Keluarga Wutari selalu
Tap, tap, tap ....Suara itu terdengar seperti langkah kuda perang yang menginjak tanah dengan sepatu besi! Ketika Chandra, Herdian, dan Basuki berbalik, mereka melihat Yudha memimpin barisan depan dengan pasukan infanterinya!"Pasukan berbaju zirah. Panglima Yudha datang dengan pasukan berbaju zirahnya. Kita bisa menghentikan bangsa Agrel sekarang!" Herdian, Basuki, dan Chandra sontak bersemangat. Semangat pasukan mereka pun ikut meningkat.Pasukan infanteri Yudha yang dikenal sebagai pasukan berbaju zirah adalah pasukan elite Kerajaan Nuala. Mereka mengenakan zirah berbobot 42 kilogram yang dapat melindungi sekujur tubuh mereka. Pasukan berbaju zirah bersenjatakan pedang, kapak, dan palu sehingga menjadikan mereka tak terkalahkan dalam pertempuran jarak dekat.Kerajaan Nuala memiliki teknologi yang lebih unggul daripada bangsa Agrel. Pasukan berbaju zirah mereka juga peralatan yang lebih kuat daripada pasukan infanteri bangsa Agrel."Serang!" seru Yudha yang memimpin serangan. Dia se
Yudha menyambut mereka seraya bertanya, "Kenapa kalian datang?"Doddy menjawab dengan penuh percaya diri, "Bangsa Agrel sudah menyerang masuk, jadi kami tentu harus datang!" "Situasinya sudah sekacau ini, siapa yang bisa selamat?" Putro melanjutkan dengan terengah-engah, "Biarkan kami membantu mempertahankan kota!"Yudha mengangguk sembari berujar, "Baiklah. Paman, ada batu-batu besar dalam rumah-rumah yang ada di kedua persimpangan jalan. Aturlah orang-orang untuk mengangkatnya dan memblokir jalanan ini. Sisakan satu jalur di samping agar kita bisa mundur saja!""Baik!" Putro dan Fabrian mengutus pelayan dan para kepala keluarga untuk memindahkan batu besar dan memblokir persimpangan!Sembari melirik pasukan infanteri bangsa Agrel, kedua mata Doddy pun berbinar-binar. Dia berkata, "Panglima Yudha, aku nggak ingin memindahkan batu. Biarkan aku pergi membunuh mereka!""Itu adalah pasukan infanteri. Titik lemah mereka ada di tenggorokan dan pelindung wajah. Bagian lainnya tidak akan ber
Giandra melihat gerbang kota terbuka dan mendengarkan suara pertempuran di kota. Wajah dinginnya tampak berduka, tetapi juga dihiasi sentuhan kegembiraan. Dia menatap ke langit sambil berkata, "Ayah, apa Ayah melihatnya dari sana? Kota Pusat Pemerintahan Jagabu sudah kutaklukkan. Balas dendam akan tiba sebentar lagi!"Bagas berkata, "Pangeran Giandra, sebelum kematiannya, Yang Mulia Raja Tanuwi meminta Anda untuk tidak melukai Wira dan memberikan semua yang dia inginkan. Setelah membuatnya terpojok, apa kita akan masih akan melakukan itu?""Aku nggak akan membiarkannya hidup setelah dia membunuh ayahku. Kalau aku mengampuninya, apa yang akan dipikirkan saudara-saudara bangsa Agrel tentangku?" jawab Giandra.Giandra mendengkus dingin, lalu melanjutkan, "Dari pertempuran ini, aku bisa melihat kalau kecerdasannya hanya rata-rata. Dia bisa membunuh ayahku hanya karena mengandalkan misil tiga busur, bukan karena kemampuannya. Selain itu, aku punya Pak Bagas yang membantuku, jadi kenapa aku
Brak, brak! Banyak prajurit bangsa Agrel bunuh diri dengan pedang mereka sendiri karena tidak tahan kesakitan terbakar api. Beberapa orang mulai menggila dan mulai menebas rekan-rekan mereka dengan pedang. Ribuan sosok seolah-olah sedang menari dalam kobaran api, lalu perlahan jatuh tanpa bergerak lagi.Di persimpangan jalan kiri dan kanan, Herdian, Basuki, Chandra dan sekelompok prajurit lainnya merasa lega. Akhirnya, infanteri bangsa Agrel berhasil dihentikan. Kota Pusat Pemerintahan Jagabu sukses dipertahankan dan nyawa mereka terselamatkan. Mengikuti strategi Wira memang pilihan yang tepat, dia selalu punya cara untuk menang.Di belakang persimpangan jalan, sekelompok prajurit yang kalah mendengar ratapan bangsa Agrel dengan rasa dingin yang menjalar ke punggung mereka. Jika mereka maju lebih awal dan membiarkan bangsa Agrel memasuki kota, mereka juga akan dilalap api sekarang.Wira berdiri di depan persimpangan jalan. Saat melihat sosok-sosok yang kesakitan dalam kobaran api dan m
"Bunuh, bunuh lebih banyak!"Para prajurit pembelot yang kecewa dan marah segera menghunus pedang untuk menyerang bangsa Agrel. Mereka telah mengkhianati Kerajaan Nuala, tetapi bangsa Agrel tidak memercayai mereka. Seharusnya, mereka mendengarkan Wira sejak awal! Namun, sudah terlambat untuk menyesal sekarang!"Serang!"Di atas tembok kota, infanteri bangsa Agrel dan prajurit pembelot Kerajaan Nuala bertarung bersama. Namun, pertempuran tidak berjalan seimbang. Berhubung kesenjangan senjata dan peralatan sangat besar, infanteri bangsa Agrel bisa membantai prajurit pembelot Kerajaan Nuala dengan mudah. Bahkan Raka, si jenderal pengkhianat, tidak sanggup bertahan terlalu lama dan ditebas mati oleh infanteri bangsa Agrel.Beberapa prajurit pembelot Kerajaan Nuala yang kejam mendekap prajurit infanteri bangsa Agrel, lalu menjatuhkan diri dari tembok kota. Duk, duk! Tiba-tiba, prajurit pembelot Kerajaan Nuala dan infanteri bangsa Agrel jatuh dari dari tembok kota.Kejadian mendadak ini mem