Brak, brak! Banyak prajurit bangsa Agrel bunuh diri dengan pedang mereka sendiri karena tidak tahan kesakitan terbakar api. Beberapa orang mulai menggila dan mulai menebas rekan-rekan mereka dengan pedang. Ribuan sosok seolah-olah sedang menari dalam kobaran api, lalu perlahan jatuh tanpa bergerak lagi.Di persimpangan jalan kiri dan kanan, Herdian, Basuki, Chandra dan sekelompok prajurit lainnya merasa lega. Akhirnya, infanteri bangsa Agrel berhasil dihentikan. Kota Pusat Pemerintahan Jagabu sukses dipertahankan dan nyawa mereka terselamatkan. Mengikuti strategi Wira memang pilihan yang tepat, dia selalu punya cara untuk menang.Di belakang persimpangan jalan, sekelompok prajurit yang kalah mendengar ratapan bangsa Agrel dengan rasa dingin yang menjalar ke punggung mereka. Jika mereka maju lebih awal dan membiarkan bangsa Agrel memasuki kota, mereka juga akan dilalap api sekarang.Wira berdiri di depan persimpangan jalan. Saat melihat sosok-sosok yang kesakitan dalam kobaran api dan m
"Bunuh, bunuh lebih banyak!"Para prajurit pembelot yang kecewa dan marah segera menghunus pedang untuk menyerang bangsa Agrel. Mereka telah mengkhianati Kerajaan Nuala, tetapi bangsa Agrel tidak memercayai mereka. Seharusnya, mereka mendengarkan Wira sejak awal! Namun, sudah terlambat untuk menyesal sekarang!"Serang!"Di atas tembok kota, infanteri bangsa Agrel dan prajurit pembelot Kerajaan Nuala bertarung bersama. Namun, pertempuran tidak berjalan seimbang. Berhubung kesenjangan senjata dan peralatan sangat besar, infanteri bangsa Agrel bisa membantai prajurit pembelot Kerajaan Nuala dengan mudah. Bahkan Raka, si jenderal pengkhianat, tidak sanggup bertahan terlalu lama dan ditebas mati oleh infanteri bangsa Agrel.Beberapa prajurit pembelot Kerajaan Nuala yang kejam mendekap prajurit infanteri bangsa Agrel, lalu menjatuhkan diri dari tembok kota. Duk, duk! Tiba-tiba, prajurit pembelot Kerajaan Nuala dan infanteri bangsa Agrel jatuh dari dari tembok kota.Kejadian mendadak ini mem
Giandra tahu jika dia mengirim 10.000 kavaleri lagi ke kota, mereka mungkin bisa mengalahkan Yudha. Namun, sekarang dia hanya memiliki 30.000 kavaleri yang tersisa. Jika 10.000 prajuritnya kembali dikalahkan, hanya ada 20.000 orang yang tersisa.Masih ada hampir 30.000 prajurit di kota ini. Bahkan jika Yudha dan yang lainnya dikalahkan, bagaimana mereka bisa menghadapi sisanya? Perang atrisi seperti ini sama sekali tidak ada artinya. Pasukan bangsa Agrel perlahan mundur, lalu menara kota yang berat perlahan menutup.Melihat Yudha, Pasukan Zirah Hitam, dan pasukan berbaju zirah di menara kota yang berlumuran darah, para prajurit biasa, prajurit yang kalah, dan rakyat di kota tidak bisa menahan diri untuk berseru, "Panglima Yudha perkasa!"Di menara kota, Yudha justru berteriak keras, "Tuan Wahyudi perkasa!""Tuan Wahyudi perkasa!" Para veteran Pasukan Zirah Hitam dan pasukan berbaju zirah yang tersisa dan tengah berbaring di tembok kota berteriak sekuat tenaga dengan sisa kekuatan merek
Sekelompok petugas pengadilan yang dipimpin oleh seorang kepala petugas patroli menerobos masuk. Suryadi bangkit dan menangkupkan tinjunya tanda hormat, lalu berkata dengan alis berkerut, "Ada masalah apa, Bapak-bapak sekalian?"Kalaupun ada masalah, tidak bisakah mereka mengetuk pintu? Dilihat dari sikap para petugas pengadilan yang tidak sopan itu, pasti ada sesuatu yang tidak beres.Pemimpinnya, Lisun Pandit, berkata dengan ekspresi serius, "Suryadi, kamu telah melakukan kejahatan!""Kejahatan apa?" tanya Suryadi sambil mengerutkan alis.Untuk membuat Pedang Treksha, Suryadi terus tinggal di Dusun Darmadi, tempat tungku pembakaran baru telah dibangun. Dia baru kembali beberapa hari untuk beristirahat dan mengurus pernikahan dengan Santi."Cari!" perintah Lisun. Dia tidak langsung memberikan penjelasan pada Suryadi, melainkan melambaikan tangan dan memberi perintah pada anak buahnya. Sekelompok petugas patroli itu berpura-pura mencari sesuatu."Sudah dapat!" ujar seorang petugas patr
"Aku tahu Ayah dijebak. Ada yang mau merebut barang yang ditinggalkan Tuan Wira!" ujar Lestari.Iqbal berkata dengan serius, "Kamu pulang saja. Lihat siapa yang cari kamu dan apa yang dia minta. Dengan begitu, kamu bisa tahu siapa yang menjebak ayahmu. Kamu nggak perlu mengkhawatirkan ayahmu di penjara, aku akan suruh orang untuk menjaganya.""Aku juga nggak akan membiarkan dia dihukum mati. Kamu nggak usah takut, aku akan mengutus kepala petugas patroli untuk diam-diam mengikutimu saat pulang. Mengenai Tuan Wira, kamu nggak perlu khawatir. Dia itu orang yang berbakat. Kalau orang lain bisa kabur, dia juga pasti bisa," lanjut Iqbal."Terima kasih, Pak Iqbal," ucap Lestari. Dia berdiri dan pulang ke rumah.Kemudian, Hendra datang dan bertanya, "Lestari, bagaimana?"Setelah diperingati oleh Iqbal, wajah Lestari tampak galak. Dia berseru, "Ternyata kamu yang suruh orang untuk menjebak ayahku!""Apanya menjebak? Memangnya kamu punya bukti?" sahut Hendra.Hendra tersenyum bangga, lalu mengu
Malam hari, bangsa Agrel yang berada di dalam markas tampak frustrasi. Mereka beristirahat di pagi hari, lalu bangun pada malam hari untuk membahas peperangan.Giandra, Bagas, dan jenderal bangsa Agrel lainnya tampak putus asa. Semalam, mereka kehilangan terlalu banyak pasukan. Tiga puluh ribu pasukan infanteri dimakamkan dan mereka juga kehilangan 10.000 kavaleri. Empat puluh ribu pasukan elite gugur.Sekarang, bangsa Agrel hanya memiliki 30.000 pasukan elite dan 2.000 prajurit yang berjaga di Perbatasan Loko. Giandra mengerutkan dahi seraya berkata, "Coba kalian jelaskan kenapa pertarungan ini bisa berakhir begini? Apa yang harus kita lakukan?"Para jenderal tidak menjawab. Dulu, mereka yakin bisa menang saat berperang dengan prajurit Kerajaan Nuala. Mereka tidak merasa kesulitan.Namun, setelah melewati 2 kali peperangan, para jenderal ini kehilangan keyakinan untuk menang. Bahkan, mereka tidak berani bertarung dengan Kerajaan Nuala lagi.Bagas berucap, "Pangeran Giandra, sebaiknya
Pihak Kerajaan Nuala mengerahkan 20.000 prajurit. Mereka semua membentuk 1 baris sambil mengangkat obor. Wira juga tidak ingin melakukan serangan secara diam-diam karena jarak antara kedua pihak terlalu dekat. Kalau mengerahkan pasukan secara besar-besaran, pasti akan ketahuan.Jadi, Wira memutuskan untuk melakukan serangan secara terang-terangan dengan membawa obor. Pasukan mereka terdiri dari 20.000 lebih prajurit. Bagian depan adalah 2.000 prajurit berbaju zirah yang baru ditambahkan. Mereka melindungi misil tiga busur yang dipasang roda.Infanteri yang berada di bagian tengah menggiring 800 ekor kerbau dan bagian belakang adalah 10.000 kavaleri. Awalnya, hanya ada 2.000 kavaleri di kota. Namun, pihak Kerajaan Nuala berhasil merebut banyak kuda tempur setelah mengalahkan bangsa Agrel.Delapan ribu kavaleri yang baru ditambahkan hanya bisa menunggangi kuda dan tidak bisa bertarung. Namun, mereka bisa digunakan untuk mengejar musuh.Akhirnya, pasukan Kerajaan Nuala sampai setelah mene
Namun, busur silang tidak berhenti! Satu per satu busur silang melintas di atas kepala para prajurit bangsa Agrel. Mereka merasa gugup, tetapi diam-diam memuji Giandra hebat. Dia bisa menemukan kekurangan misil tiga busur dengan cepat.Giandra yang bertiarap bertanya sambil mengernyit, "Pak Bagas, apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka masih menembakkan busur padahal nggak bisa melukai kita?"Raut wajah Bagas menjadi muram. Dia menjelaskan, "Mereka menggunakan misil tiga busur untuk membuat semua penghalang terbang. Sepertinya mereka ingin menyerang untuk langsung masuk ke markas kita!"Giandra tersenyum sinis sembari menimpali, "Masuk ke markas kita? Mereka pikir mereka bisa bertarung langsung dengan kita setelah menang 2 kali menggunakan trik? Benar-benar nggak tahu diri! Kali ini, lihat bagaimana aku mengalahkan dia!"Bagas yang cemas menyarankan, "Pangeran Giandra, aku merasa trik Wira tidak sesederhana itu. Lebih baik kita hati-hati!"Giandra membalas dengan ekspresi sombong, "Ngg