"Aku tahu Ayah dijebak. Ada yang mau merebut barang yang ditinggalkan Tuan Wira!" ujar Lestari.Iqbal berkata dengan serius, "Kamu pulang saja. Lihat siapa yang cari kamu dan apa yang dia minta. Dengan begitu, kamu bisa tahu siapa yang menjebak ayahmu. Kamu nggak perlu mengkhawatirkan ayahmu di penjara, aku akan suruh orang untuk menjaganya.""Aku juga nggak akan membiarkan dia dihukum mati. Kamu nggak usah takut, aku akan mengutus kepala petugas patroli untuk diam-diam mengikutimu saat pulang. Mengenai Tuan Wira, kamu nggak perlu khawatir. Dia itu orang yang berbakat. Kalau orang lain bisa kabur, dia juga pasti bisa," lanjut Iqbal."Terima kasih, Pak Iqbal," ucap Lestari. Dia berdiri dan pulang ke rumah.Kemudian, Hendra datang dan bertanya, "Lestari, bagaimana?"Setelah diperingati oleh Iqbal, wajah Lestari tampak galak. Dia berseru, "Ternyata kamu yang suruh orang untuk menjebak ayahku!""Apanya menjebak? Memangnya kamu punya bukti?" sahut Hendra.Hendra tersenyum bangga, lalu mengu
Malam hari, bangsa Agrel yang berada di dalam markas tampak frustrasi. Mereka beristirahat di pagi hari, lalu bangun pada malam hari untuk membahas peperangan.Giandra, Bagas, dan jenderal bangsa Agrel lainnya tampak putus asa. Semalam, mereka kehilangan terlalu banyak pasukan. Tiga puluh ribu pasukan infanteri dimakamkan dan mereka juga kehilangan 10.000 kavaleri. Empat puluh ribu pasukan elite gugur.Sekarang, bangsa Agrel hanya memiliki 30.000 pasukan elite dan 2.000 prajurit yang berjaga di Perbatasan Loko. Giandra mengerutkan dahi seraya berkata, "Coba kalian jelaskan kenapa pertarungan ini bisa berakhir begini? Apa yang harus kita lakukan?"Para jenderal tidak menjawab. Dulu, mereka yakin bisa menang saat berperang dengan prajurit Kerajaan Nuala. Mereka tidak merasa kesulitan.Namun, setelah melewati 2 kali peperangan, para jenderal ini kehilangan keyakinan untuk menang. Bahkan, mereka tidak berani bertarung dengan Kerajaan Nuala lagi.Bagas berucap, "Pangeran Giandra, sebaiknya
Pihak Kerajaan Nuala mengerahkan 20.000 prajurit. Mereka semua membentuk 1 baris sambil mengangkat obor. Wira juga tidak ingin melakukan serangan secara diam-diam karena jarak antara kedua pihak terlalu dekat. Kalau mengerahkan pasukan secara besar-besaran, pasti akan ketahuan.Jadi, Wira memutuskan untuk melakukan serangan secara terang-terangan dengan membawa obor. Pasukan mereka terdiri dari 20.000 lebih prajurit. Bagian depan adalah 2.000 prajurit berbaju zirah yang baru ditambahkan. Mereka melindungi misil tiga busur yang dipasang roda.Infanteri yang berada di bagian tengah menggiring 800 ekor kerbau dan bagian belakang adalah 10.000 kavaleri. Awalnya, hanya ada 2.000 kavaleri di kota. Namun, pihak Kerajaan Nuala berhasil merebut banyak kuda tempur setelah mengalahkan bangsa Agrel.Delapan ribu kavaleri yang baru ditambahkan hanya bisa menunggangi kuda dan tidak bisa bertarung. Namun, mereka bisa digunakan untuk mengejar musuh.Akhirnya, pasukan Kerajaan Nuala sampai setelah mene
Namun, busur silang tidak berhenti! Satu per satu busur silang melintas di atas kepala para prajurit bangsa Agrel. Mereka merasa gugup, tetapi diam-diam memuji Giandra hebat. Dia bisa menemukan kekurangan misil tiga busur dengan cepat.Giandra yang bertiarap bertanya sambil mengernyit, "Pak Bagas, apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka masih menembakkan busur padahal nggak bisa melukai kita?"Raut wajah Bagas menjadi muram. Dia menjelaskan, "Mereka menggunakan misil tiga busur untuk membuat semua penghalang terbang. Sepertinya mereka ingin menyerang untuk langsung masuk ke markas kita!"Giandra tersenyum sinis sembari menimpali, "Masuk ke markas kita? Mereka pikir mereka bisa bertarung langsung dengan kita setelah menang 2 kali menggunakan trik? Benar-benar nggak tahu diri! Kali ini, lihat bagaimana aku mengalahkan dia!"Bagas yang cemas menyarankan, "Pangeran Giandra, aku merasa trik Wira tidak sesederhana itu. Lebih baik kita hati-hati!"Giandra membalas dengan ekspresi sombong, "Ngg
"Pangeran Giandra, cepat kabur. Keadaannya sudah begini, kita sudah pasti kalah! Wira itu benar-benar tidak manusiawi, dia jahat sekali. Orang jujur seperti kita bukan lawannya, cepat pergi!" ujar Bagas.Bagas yang ketakutan menarik Giandra. Dia sudah sepenuhnya mengaku kalah. Bagas yang membaca banyak buku memiliki banyak strategi yang bagus. Namun, jika dibandingkan dengan strategi Wira, dia merasa dirinya tidak berguna. Dari mana Wira mendapatkan ide-ide yang menakjubkan itu? Delapan ratus ekor kerbau menyerang dengan ganas di dalam markas bangsa Agrel. Api berkobar dan situasi menjadi kacau balau.Jangankan bangsa Agrel, bahkan prajurit Kerajaan Nuala pun tercengang. Pagi hari, Wira berkata bahwa dia akan membawa para prajurit untuk memusnahkan bangsa Agrel. Namun, tidak ada yang percaya.Meskipun melihat 800 ekor kerbau, tidak ada yang menyangka ternyata mereka bisa berperang dengan cara seperti ini."Tuan Wahyudi, kami sangat salut padamu. Kami benar-benar mengagumimu!" ujar Her
Menteri perang, Suhendra, berkata, "Yang Mulia, kalaupun kota hancur dalam pertempuran ini, Panglima Yudha juga tidak bisa disalahkan. Berdasarkan kemampuan militernya, bagaimana mungkin dia tidak bisa mempertahankan satu kota pun? Pasti ada alasan di balik ini dan kita harus menyelidikinya sebelum membuat keputusan!""Hamba sependapat!" Menteri ritus, Tirta, mendukung pernyataan mereka. Ketiganya berada di faksi yang sama, mendukung Yudha sebagai panglima perang. Saat ini, mereka tengah memikul tanggung jawab bersama-sama.Penasihat kanan, Ardi, berkata, "Yang Mulia, kita tidak punya waktu!" Dia menjelaskan, "Istana bangsa Agrel akan segera mendapatkan kabar. Pasukan yang diutus untuk bernegosiasi dengan mereka juga akan segera tiba. Kalau tuntutan mereka tidak dipenuhi, kemungkinan besar mereka akan mengirim tambahan pasukan, yang akan menjadi ancaman serius bagi Kerajaan Nuala."Pada pertemuan sebelumnya, mereka telah memutuskan untuk bernegosiasi dengan bangsa Agrel saat meraih kem
Raja Bakir berseru, "Sinardi dipecat sebagai patih, Chandika diberhentikan dari jabatan komandan, dan Cecep diberhentikan sebagai kasim! Utusan untuk menegosiasikan perdamaian harus segera ditarik kembali!" Raja Bakir merenung sejenak, lalu melanjutkan, "Yudha akan dinaikkan dua pangkat menjadi Panglima Besar dan diberikan gelar Amangkurat. Gelar ini dapat diwariskan dan tidak dapat diganti. Setelah menyelesaikan urusan di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, dia akan dipanggil kembali ke ibu kota kerajaan untuk melaporkan pelaksanaan tugasnya.""Yang Mulia sangat bijaksana!" Kemal dan ketiga orang lainnya tampak berkaca-kaca! Keluarga Wutari telah berkorban begitu banyak untuk Kerajaan Nuala. Kini, penganugerahan gelar Amangkurat pasti bisa membuat Dirga beristirahat dengan tenang.Akan tetapi, Raja Bakir jelas masih tidak sepenuhnya percaya pada Yudha untuk mengendalikan pasukan sehingga memanggilnya kembali ke ibu kota kerajaan.Raja Bakir mempertimbangkan dengan serius, lalu berkata,
Faksi penasihat kiri yang awalnya berbahagia atas kemenangan besar, kini menunjukkan raut wajah yang suram. Mereka sama sekali tidak merasa senang.Sebaliknya, faksi penasihat kanan tampak sangat puas dengan sudut bibir mereka yang sedikit terangkat! Mereka kemudian berpisah dan meninggalkan ruang baca kerajaan.Suhendra mengernyit sembari berkata, "Ada apa dengan Raja? Tuan Wahyudi begitu berbakat, kenapa beliau nggak menghargai orang berbakat seperti dia?"Tirta menjawab dengan ekspresi datar, "Raja merampas rahasia pembuatan senjata Tuan Wahyudi, tapi hanya memberikan imbalan berupa 1 juta gabak dan pangkat pejabat tingkat kesembilan? Raja benar-benar ... beliau ...."Kemal berbicara dengan raut wajah dingin, "Ini nggak bisa dibiarkan. Kita akan membicarakannya lebih lanjut saat pertemuan berikutnya. Raja tidak memberikan hadiah yang sepadan dengan prestasi Tuan Wahyudi. Lebih parahnya lagi, beliau bahkan merampas rahasia pembuatan senjatanya. Apakah seluruh istana akan menyetujui t
"Kalau begitu, kita bakar saja semuanya. Kalau nggak bisa dibawa pulang, kita bawa saja abu mereka. Ini satu-satunya cara yang bisa kita lakukan untuk sekarang," sahut Wira.Mereka tewas di hutan ini dengan tubuh yang telah dimakan oleh ular, serangga, tikus, dan semut. Hanya dengan menyentuh mayat-mayat ini, Wira dan lainnya bisa berisiko keracunan. Jadi, mereka harus sangat berhati-hati.Membakar mayat-mayat ini adalah satu-satunya pilihan yang bisa dilakukan saat ini.Beberapa orang itu mengangguk. Saat Agha dan Dwija mencari kayu bakar, Wendi mengeluarkan sebotol bubuk dari dalam sakunya."Kalian nggak perlu cari kayu bakar. Aku bisa langsung membakar mayat-mayat ini. Setelah aku taburkan bubuk putih ini, tubuh mereka akan terbakar dengan sendirinya. Setelah itu, kita cuma perlu kumpulkan abu mereka."Setelah mendapat izin dari Wira, Wendi menaburkan bubuk itu. Tidak lama kemudian, mayat-mayat itu terbakar dengan api yang menyala hebat.Meskipun api begitu besar, tidak ada pohon-po
Ketika Wira dan lainnya memasuki hutan, orang-orang dari Lembah Duka juga sudah mendapatkan berita tentang kedatangan mereka.Pada saat itu, beberapa orang dari Lembah Duka telah memasuki hutan dan mendekati kelompok Wira.Selama bertahun-tahun, tidak ada yang berani memasuki daerah ini. Bukan hanya karena kabut beracun yang ada, tetapi lebih karena hutan ini adalah wilayah Lembah Duka.Bagi orang-orang di wilayah barat, mereka tahu bahwa orang-orang dari Lembah Duka tidak bisa diusik. Jika bertindak sembarangan, mereka mungkin akan berakhir dengan sangat buruk, bahkan kehilangan nyawa. Makanya, tidak ada yang berani mengambil risiko.Seiring berjalannya waktu, melalui rumor yang terus beredar, nama Lembah Duka pun semakin menakutkan. Bahkan, desa-desa di sekitar wilayah mereka berangsur menghilang.Makanya, kedatangan Wira dan lainnya kali ini membuat Lembah Duka agak bingung. Mereka pun mengirim orang untuk memeriksa situasi di dalam hutan.Saat ini, Wira dan lainnya terus bergerak.
Agha tahu betul apa saja yang terdapat di dalam hutan. Makanya, dia merasa heran. Bagaimana bisa ular, serangga, tikus, dan semut menjadi sesuatu yang menakutkan?Sebelum Wendi sempat berbicara, Wira segera menjelaskan, "Kalau tebakanku nggak salah, ular, serangga, tikus, dan semut di dalam pasti menghirup kabut beracun itu. Makanya, mereka semua menjadi aneh dan beracun.""Kalau digigit oleh makhluk-makhluk itu, akibatnya bisa lebih merepotkan daripada dikejar oleh serigala atau harimau. Sepertinya serigala dan harimau meninggalkan tempat ini karena kabut beracun itu, 'kan? Apa aku benar?"Usai berbicara, Wira menatap Wendi. Wendi mengangguk. "Semua yang Tuan Wira katakan benar, memang seperti itu. Jadi, kalau mau masuk, kita harus sangat berhati-hati.""Aku membawa cukup banyak obat-obatan, jadi bisa melindungi kita semua untuk sementara. Tapi, tetap saja aku nggak bisa menjamin keselamatan kalian 100%."Tidak ada yang tahu apakah akan ada bahaya lain yang muncul di dalam sana. Tidak
Saat ini, Wira dan lainnya sedang dalam perjalanan menuju Lembah Duka.Seiring dengan langit yang semakin terang, Wira dan lainnya akhirnya sampai di depan hutan itu.Seperti yang dikatakan oleh Fahri, di depan mereka ada sebuah hutan besar yang tidak terlihat ujungnya. Meskipun sudah pagi, hutan itu tetap memberi nuansa gelap yang agak menakutkan.Meskipun tidak sepenuhnya gelap, jarak pandangnya sangat rendah. Yang paling aneh adalah ... tampaknya ada kabut putih di dalam sana.Hal ini cukup membingungkan. Wira menatap situasi di depan, lalu menatap Wendi di samping. "Sepertinya kami membutuhkan bantuanmu selanjutnya. Kabut di dalam sana sepertinya nggak biasa, 'kan?"Wira sudah berkelana selama bertahun-tahun. Banyak hal yang sudah dilihatnya. Begitu melihat kabut putih itu, dia bisa langsung menebak ada sesuatu yang aneh di dalamnya.Jika mereka masuk dengan ceroboh, mungkin saja mereka akan berakhir dengan nasib yang lebih buruk dari kematian ....Wendi mengangguk perlahan, lalu m
"Apa mereka benar-benar akan mencari masalah denganmu cuma karena perkataan sepihak dari Wira?" tanya Caraka dengan bingung."Sebenarnya, aku memang menyembunyikan banyak hal tentang identitasku dari kalian. Aku memang berasal dari wilayah barat dan juga orang Lembah Duka.""Sayangnya, ada aturan di Lembah Duka yang melarang orang-orang di dalam untuk keluar. Mereka hanya bisa tinggal di dalam lembah.""Ini merupakan pembatasan yang ditentukan oleh penguasa wilayah barat dengan Lembah Duka sejak bertahun-tahun yang lalu. Selama bertahun-tahun, nggak ada yang berani mematahkan kesepakatan ini.""Ini bukan karena orang-orang di dalam sana nggak mendambakan dunia luar, tapi karena ketua lembah saat ini sangat kolot. Jadi, nggak ada yang berani mengganggunya.""Kalau sampai seseorang membuatnya marah, hasilnya akan jauh lebih buruk dari kematian. Aku bahkan harus mengerahkan seluruh kekuatan untuk keluar dari Lembah Duka. Untungnya, aku bisa sampai di sini.""Tapi, kalau mereka tahu ke man
Wira tersenyum dan menepuk bahu Agha, lalu perlahan-lahan berkata, "Aku rasa nggak begitu. Kamu tadi sudah menakuti Saka. Ditambah lagi, cara Nona Wendi menyerang juga berhasil membuat para prajurit itu takut untuk menyerang. Kalau mereka tetap berada di sini, mereka akan ketakutan sampai nggak punya daya tarung lagi.""Daripada begitu, lebih baik mereka segera pergi dari sini. Kalau aku yang berada di posisi mereka, aku juga akan begitu."Meskipun Wira berbicara dengan santai, dia tahu jelas Saka bukan orang yang sembarangan dan memiliki pemikiran yang sama dengannya. Selain itu, Saka juga terampil dalam memimpin pasukan dan semua bawahannya adalah pasukan elite.Sepertinya, saat kembali ke Provinsi Tengah nanti, Wira merasa dia harus lebih berhati-hati. Jika pergerakan mereka ketahuan Saka, pasti akan ada pertempuran sengit dan situasinya bahkan lebih buruk dari sekarang. Bagaimanapun juga, Provinsi Tengah adalah wilayah kekuasaan Saka."Kita lanjutkan perjalanan kita. Selagi mereka
Jika Wendi tidak berada di sana, Saka tentu saja akan langsung turun tangan. Namun, setelah melihat cara Wendi bertarung, dia juga tidak berani mendekat. Dia khawatir jika terkena bubuk putih itu, nasibnya juga akan sama dengan orang-orang yang terjatuh ke tanah itu. Nyawanya lebih berharga daripada mereka, dia jelas tidak bisa mengambil risiko ini."Kenapa kalian masih berdiri di belakangku? Para sampah nggak berguna ini sudah mulai ketakutan. Kalau nggak ada yang membuka jalan untuk mereka, mereka nggak akan berani bergerak. Apa kalian ingin terus menunda waktu di sini? Cepat pimpin mereka untuk menyerang dan segera tangkap orang-orang itu," perintah Saka.Saka memang tidak berniat untuk turun tangan, tetapi dia menyerahkan tugas berat ini pada beberapa wakil di belakangnya. Mereka biasanya sangat berkuasa dam sudah diam-diam melakukan banyak hal di belakangnya. Namun, dia hanya mengawasi dan tidak terlalu memedulikan urusan kecil itu karena dia sendiri juga sering melakukan hal buru
Krak!Saka mengepalkan tinjunya dengan sangat erat dan tatapannya juga terlihat sangat dingin. Dia sudah memberikan tawaran yang bagus, orang lain pasti tidak akan bisa menahan godaan seperti itu jika berada di posisi Agha.Selain itu, Saka merasa orang yang berada di pihaknya bukan hanya hidup mewah, mereka juga bisa memperluas wilayah. Ini adalah masa depan yang diinginkan seorang perwira militer, tetapi Agha malah menolak tawarannya.Saat memikirkan hal itu, Saka kembali berteriak dengan marah, "Jadi, kamu bersikeras ingin melawanku?""Kalau begitu, kenapa? Kalian sendiri yang berkali-kali mencari masalah dengan kami. Dilihat dari sikapmu, sepertinya kamu ingin membantaiku ya? Kalau begitu, ayo ke sini," teriak Agha yang juga tidak mau kalah.Selain Wira, Agha sama sekali tidak peduli pada siapa pun di dunia ini dan kata-kata orang lain juga dianggapnya hanya angin lewat saja. Saat masih berada di Provinsi Yonggu, bahkan Danu pun tidak bisa memerintahnya. Apalagi sekarang, apa artin
"Terima kasih, Nona Wendi. Kamu ini memang sangat hebat. Kalau obat penyembuh luka ini dijual, pasti akan ada banyak orang dari wilayah barat sampai ke Provinsi Yonggu yang ingin membelinya," kata Dwija dengan segera.Sebelum bergabung dengan Gedung Nomor Satu, Dwija selalu berkelana di dunia persilatan dan sudah melihat banyak obat yang luar biasa. Namun, ini pertama kalinya dia merasakan obat yang memiliki efek yang begitu luar biasa. Sungguh luar biasa!Namun, Wendi tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengiakan perkataan Dwija dengan tenang dan terus mengamati Agha yang sedang bertarung.Saat Wira dan yang lainnya sedang berbicara, Agha tetap terus bertarung dengan Saka. Mereka saling menyerang dan bertahan dengan sengit. Untungnya, dia juga bukan orang biasa, kekuatannya tentu saja tidak boleh diremehkan. Meskipun senjatanya tidak begitu cocok, dia tetap melawan musuhnya dengan luar biasa.Sebaliknya, Saka memang masih bisa menahan serangan Agha, tetapi dia tahu jelas kekuatannya m