Menteri perang, Suhendra, berkata, "Yang Mulia, kalaupun kota hancur dalam pertempuran ini, Panglima Yudha juga tidak bisa disalahkan. Berdasarkan kemampuan militernya, bagaimana mungkin dia tidak bisa mempertahankan satu kota pun? Pasti ada alasan di balik ini dan kita harus menyelidikinya sebelum membuat keputusan!""Hamba sependapat!" Menteri ritus, Tirta, mendukung pernyataan mereka. Ketiganya berada di faksi yang sama, mendukung Yudha sebagai panglima perang. Saat ini, mereka tengah memikul tanggung jawab bersama-sama.Penasihat kanan, Ardi, berkata, "Yang Mulia, kita tidak punya waktu!" Dia menjelaskan, "Istana bangsa Agrel akan segera mendapatkan kabar. Pasukan yang diutus untuk bernegosiasi dengan mereka juga akan segera tiba. Kalau tuntutan mereka tidak dipenuhi, kemungkinan besar mereka akan mengirim tambahan pasukan, yang akan menjadi ancaman serius bagi Kerajaan Nuala."Pada pertemuan sebelumnya, mereka telah memutuskan untuk bernegosiasi dengan bangsa Agrel saat meraih kem
Raja Bakir berseru, "Sinardi dipecat sebagai patih, Chandika diberhentikan dari jabatan komandan, dan Cecep diberhentikan sebagai kasim! Utusan untuk menegosiasikan perdamaian harus segera ditarik kembali!" Raja Bakir merenung sejenak, lalu melanjutkan, "Yudha akan dinaikkan dua pangkat menjadi Panglima Besar dan diberikan gelar Amangkurat. Gelar ini dapat diwariskan dan tidak dapat diganti. Setelah menyelesaikan urusan di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, dia akan dipanggil kembali ke ibu kota kerajaan untuk melaporkan pelaksanaan tugasnya.""Yang Mulia sangat bijaksana!" Kemal dan ketiga orang lainnya tampak berkaca-kaca! Keluarga Wutari telah berkorban begitu banyak untuk Kerajaan Nuala. Kini, penganugerahan gelar Amangkurat pasti bisa membuat Dirga beristirahat dengan tenang.Akan tetapi, Raja Bakir jelas masih tidak sepenuhnya percaya pada Yudha untuk mengendalikan pasukan sehingga memanggilnya kembali ke ibu kota kerajaan.Raja Bakir mempertimbangkan dengan serius, lalu berkata,
Faksi penasihat kiri yang awalnya berbahagia atas kemenangan besar, kini menunjukkan raut wajah yang suram. Mereka sama sekali tidak merasa senang.Sebaliknya, faksi penasihat kanan tampak sangat puas dengan sudut bibir mereka yang sedikit terangkat! Mereka kemudian berpisah dan meninggalkan ruang baca kerajaan.Suhendra mengernyit sembari berkata, "Ada apa dengan Raja? Tuan Wahyudi begitu berbakat, kenapa beliau nggak menghargai orang berbakat seperti dia?"Tirta menjawab dengan ekspresi datar, "Raja merampas rahasia pembuatan senjata Tuan Wahyudi, tapi hanya memberikan imbalan berupa 1 juta gabak dan pangkat pejabat tingkat kesembilan? Raja benar-benar ... beliau ...."Kemal berbicara dengan raut wajah dingin, "Ini nggak bisa dibiarkan. Kita akan membicarakannya lebih lanjut saat pertemuan berikutnya. Raja tidak memberikan hadiah yang sepadan dengan prestasi Tuan Wahyudi. Lebih parahnya lagi, beliau bahkan merampas rahasia pembuatan senjatanya. Apakah seluruh istana akan menyetujui t
Wira berpikir sejenak, lalu menjawab, "Ada beberapa hal yang nggak bisa kita lihat, bahkan lebih kecil dari debu di bawah sinar matahari. Hal-hal kecil itu ada di pisau dan kain perban. Itu sebabnya luka bisa membusuk. Cukup dengan membersihkan luka dengan alkohol dan merendam kain perban dalam air mendidih, kalian bisa membunuh hal-hal kecil ini. Itu akan membantu luka pulih lebih cepat."Dokter muda itu mengernyit sambil berkata, "Hal-hal yang lebih kecil dari debu, bahkan nggak bisa dilihat dengan mata telanjang? Tuan Wahyudi, bagaimana kamu bisa tahu? Aku adalah dokter dari sembilan generasi keluarga yang berpengalaman dalam praktik medis, tapi ini adalah hal yang belum pernah kudengar sebelumnya!"Banyak dokter di sekitar yang juga menoleh ke arah Wira dengan rasa penasaran dan ragu-ragu terhadap pernyataannya. Mereka menghormati Wira dalam hal militer, tetapi pria itu ingin menantang otoritas mereka dalam praktik medis sekarang. Hal ini membuat mereka merasa tidak senang.Menghor
"Memangnya kalian nggak bisa belajar kalau belum pernah melihatnya?" tanya Wira. Kemudian, dia melanjutkan, "Aku akan segera mengatur agar beberapa mayat bangsa Agrel dikirim ke sini. Kalian dapat membedah dan melihat apa itu urat tangan dan kaki. Setelah itu, kalian bantu para prajurit untuk menghubungkannya.""Membedah mayat?" Sekelompok dokter militer terdiam, termasuk Junaidi. Bahkan, ada beberapa dari mereka yang ketakutan!Pada masa ini, banyak orang percaya pada adanya roh dan hantu sehingga jarang ada yang mendekati mayat, apalagi melakukan pembedahan! Permintaan Wira ini membuat mereka terkejut hingga kehilangan akal.Wira menjelaskan, "Ini adalah cabang ilmu medis yang baru. Siapa pun yang bisa melakukannya akan menjadi yang terbaik dalam bidang ini. Kalaupun kalian nggak bisa menjadi terkenal, itu pasti akan dicatat dalam sejarah!"Wira berbicara dengan nada penuh godaan, "Siapa pun yang bisa menghubungkan urat tangan dan kaki para prajurit, aku akan meminta Panglima Yudha u
Giandra bertanya, "Apa kamu nggak ingin tahu apa yang ayahku katakan padaku sebelum dia meninggal?"Wira berbalik, lalu menjawab, "Maaf, aku benar-benar nggak tertarik dengan kata-kata terakhir seorang penjajah!""Kamu ...." Giandra benar-benar geram. Giandra naik darah. Dia menggertakkan gigi dan berkata dengan cepat, "Ayahku melarangku untuk membalaskan dendamnya. Dia menyuruhku menerobos kota dan segera menangkapmu, bukan untuk membunuhmu, tapi memberikan apa pun yang kamu inginkan. Ayahku berkata, kalau aku memenangkan hatimu, aku bisa menaklukkan dunia! Awalnya, aku sedikit meremehkan kata-kata itu. Tapi, setelah pertempuran ini, aku memercayainya."Sialan! Wira mengumpat dalam hati. Raja Tanuwi sialan ini membuat masalah untuknya. Sebelum mati masih saja bicara omong kosong! Jika kata-katanya tersebar, itu akan jadi masalah besar.Bagas yang sedari tadi diam di samping pun berkata dengan suara rendah, "Panglima Yudha, Tuan Wahyudi, kalian tahu jelas tentang situasi Kerajaan Nual
Wira bertanya dengan heran, "Masalah apa?"Dian menjawab dengan alis berkerut, "Para keluarga bangsawan dan keluarga besar hanya bersedia membayar tiga kali lipat harga untuk membeli kembali apa yang mereka jual!" Wira mendengkus dingin mendengarnya, tetapi tidak berkata apa-apa.Saat itu, keluarga bangsawan dan keluarga besar menjual properti mereka dengan harga seperempat hingga seperlima dari harga aslinya. Mereka semua mengira bangsa Agrel pasti akan menghancurkan kota. Jika properti tidak terjual, mereka tidak akan mendapatkan apa-apa. Jadi, mereka berbondong-bondong menjual properti mereka dengan harga murah dan prosedur lengkap.Kini, setelah bangsa Agrel dikalahkan, Kota Pusat Pemerintahan Jagabu sudah aman dan harga properti telah kembali normal. Jika orang-orang itu ingin membeli properti mereka kembali dengan harga murah, itu hanyalah mimpi di siang bolong.Ada begitu banyak tentara yang berjuang keras dengan menumpahkan darah dan mengorbankan nyawa mereka demi mempertahanka
Ketika pengetahuan para dokter militer ini sudah matang, mereka akan pergi ke berbagai tempat di Kerajaan Nuala. Kemudian, ilmu bedah akan meningkat secara bertahap.Junaidi menyela, "Tuan Wahyudi, apa itu saraf?"Wira tertegun mendengar pertanyaan itu. Setelah berpikir sejenak, dia baru menjawab, "Tubuh mampu merasakan sesuatu karena mengandalkan saraf. Kalian bisa mempelajarinya lebih lanjut nanti, aku juga nggak terlalu paham.""Tuan Wahyudi, kamu terlalu rendah hati. Keterampilan medismu benar-benar luar biasa!"Para dokter militer itu tampak kagum. Bahkan, Junaidi yang paling tidak puas dengan Wira beberapa hari lalu, sekarang tampak benar-benar memercayai Wira."Aku benar-benar nggak mengerti," ujar Wira.Wira terlihat sedikit tidak berdaya, lalu dia menunjuk ke pembuluh darah dan berkata, "Ini adalah pembuluh darah, saluran tempat darah mengalir. Ada beberapa golongan darah pada manusia. Golongan darah yang sama bisa ditransfusikan, tapi dibutuhkan alat khusus. Aku akan melihat
"Kenapa mayat itu bisa terbakar? Apa yang sebenarnya kalian lakukan?" tanya Wardo.Pria itu menghela napas dan melanjutkan, "Kami juga nggak tahu bagaimana ini bisa terjadi, mayat itu tiba-tiba terbakar dengan sendirinya. Saat kami mencoba untuk memadamkan apinya, semuanya sudah terlambat. Pada akhirnya, tidak ada yang tersisa lagi."Wira segera berkata, "Ayo kita pergi melihat mayat itu dulu. Kami tetap di sini sejak tadi, berarti ada orang lain yang membakar mayat itu. Dengan kata lain, ini nggak ada hubungannya dengan kami. Ini sudah cukup untuk membuktikan kami nggak bersalah."Setelah mengatakan itu, Wira dan kelompoknya langsung menuju ke pintu masuk desa.Orang-orang di sekitar hendak menghentikan langkah Wira dan yang lainnya, tetapi Agha tiba-tiba menoleh dan memelototi mereka dengan tatapan yang ganas. Melihat itu, mereka ketakutan dan secara refleks mundur beberapa langkah.Salah seorang penduduk mengangkat sekopnya dan melayangkan ke arah kepala Agha. "Bocah, berani-beranin
Saat ini, Agha sudah penuh dengan amarah. Jika bukan karena Wira yang selalu menghalanginya dan ingin menyelesaikan masalah ini dengan damai, dia sudah menggunakan kekerasan. Ini pertama kalinya dia merasa begitu terhina dan difitnah."Kenapa? Kamu ingin memukul kami ya? Kami punya banyak orang di sini dan kalian hanya berempat, kalian pikir kalian bisa menang? Lihatlah wajah kalian yang begitu menyeramkan, pasti kalian yang membunuh orang itu," provokasi orang itu secara terus-menerus.Suasana di tempat itu pun makin tegang.Agha menggertakkan giginya dan berkata, "Seorang pria sejati berani bertanggung jawab atas tindakannya. Kalau benar-benar kami yang melakukannya, kenapa kami nggak berani mengakuinya? Kalian pikir aku dan kakakku ini adalah pengecut rendahan ya? Lagi pula, lihatlah diri kalian, apa kalian pantas untuk aku dan kakakku turun tangan? Kalau aku membunuh kalian, tanganku akan kotor."Dia sudah berusaha bersabar sejak tadi dan terus mengalah, ini sudah cukup menghargai
"Jadi, kamu tetap harus ikut bersama kami. Setidaknya sebelum masalah ini selesai diselidiki dengan jelas, kalian nggak boleh meninggalkan tempat ini," kata Wardo yang berusaha menangani masalah ini dengan bijaksana."Omong kosong! Kamu tahu siapa kakakku ini? Kalau kalian berani mengurung kakakku, aku akan langsung membantai kalian semua," kata Agha yang sebelumnya amarah sudah mereda, kini kembali meledak dan menatap Wardo dengan dingin.Mendengar perkataan Agha, amarah orang-orang yang berada di sana kembali meledak dan mulai berteriak."Nggak perlu segan pada mereka.""Aku lihat orang-orang ini bukan orang baik, berani-beraninya mereka semena-mena di sini.""Cepat kurung mereka. Nggak peduli apa itu ulah mereka atau bukan, jangan biarkan mereka pergi.""Dilihat dari sikap mereka, mereka pasti merencanakan sesuatu di wilayah barat."Komentar orang-orang itu beraneka ragam dan kembali mencurigai Wira dan yang lainnya. Saat berbicara, banyak dari mereka yang sudah mulai bergerak dan s
Wira berkata sambil tersenyum dan berjalan ke depan Wardo, "Ternyata kamu adalah Tuan Wardo. Namaku Wiro, berasal dari Provinsi Yonggu. Mereka ini semuanya adalah temanku. Kali ini kami datang ke wilayah barat untuk memahami beberapa situasi, kita mau lihat apa sini cocok untuk berbisnis.""Kalau cocok, kami juga akan membuka jalur perdagangan di sini dan menghubungkan wilayah barat dan sembilan provinsi. Kalau jalur ini berkembang, kamu dan juga kami pasti akan mendapat manfaatnya. Ini akan saling menguntungkan."Wira tidak mengungkapkan nama aslinya karena namanya terlalu mencolok dan tidak ada orang yang tidak mengenalnya di sembilan provinsi ini. Jika ada yang tidak mengenalnya, orang itu pasti tinggal di tempat yang terisolasi. Dia baru saja menyumbangkan lima miliar gabak untuk membantu korban bencana dan mengejutkan seluruh negeri, sehingga para rakyat sangat mengaguminya.Wardo berkata dengan tenang, "Wiro? Aku dengar ada seseorang yang bernama Wira di Provinsi Yonggu. Dia sang
Semua ini adalah ulah Panji dan Caraka. Setelah semalam mengetahui Wira dan yang lainnya sudah masuk ke desa perbatasan, Caraka langsung membunuh seorang penduduk desa. Dengan begitu, semua kecurigaan akan langsung tertuju pada Wira. Meskipun Wira ingin menjelaskannya, tidak ada orang yang percaya dengan perkataan Wira juga dan Wira juga tidak memiliki hak bicara di situasi ini.Caraka berpikir semua ini akibat dari perbuatan Wira sendiri, tidak bisa menyalahkan siapa pun. Siapa suruh Wira datang ke wilayah barat, bukankah itu sama saja Wira mencari masalah untuk diri sendiri?"Menurutmu, apa Wira akan bertindak? Kalau hanya mengandalkan penduduk desa ini, mereka tidak akan bisa menghalangi Wira dan yang lainnya. Untuk menangkap Wira, ini juga akan sangat sulit," gumam Caraka."Kalau Wira benar-benar bertindak, bukankah itu hasil yang terbaik? Dengan begitu, itu akan menunjukkan mereka benar-benar membunuh pria itu. Rencana untuk menjebak kita pun berhasil," kata Panji sambil tersenyum
Semua orang terus berteriak dan bahkan banyak dari mereka yang sudah siap untuk menyerang Wira.Pada saat itu, Agha dan yang lainnya juga keluar dari kamar dan segera mendekati Wira."Kak Wira, ada apa ini?" tanya Agha.Wira pun menjelaskan situasinya dengan singkat. Dalam sekejap, Agha dan yang lainnya pun menjadi sangat marah."Omong kosong apa ini? Mana mungkin kami tiba-tiba menyerang mereka dengan tanpa alasan. Lagi pula, kami juga nggak akan menggunakan cara keji seperti ini," kata Agha. Semalam dia tidak ikut rapat, sehingga dia tidak tahu apa yang dibicarakan Wira dan yang lainnya.Sementara itu, Dwija yang berdiri di samping menghela napas dengan tak berdaya saat mendengar sekarang dia sudah dianggap sebagai orang keji. Namun, dia memang tidak melakukannya, dia tidak ingin dihukum dengan tanpa alasan.Saat Dwija hendak mendekati dan berbicara dengan Wira, Wira hanya memberikan isyarat mata dan keduanya langsung saling memahami.Wira tentu saja memercayai Dwija karena Dwija ada
"Kalau begitu, kita nggak akan punya tempat untuk bernaung lagi. Tempat ini adalah jalur yang harus kita lalui kalau ingin kembali. Kalau kita bertengkar dengan penduduk sini, kita akan terpojok dari kedua sisi. Meskipun kita masih ingin menyelidiki masalah wilayah barat, itu juga akan menjadi sangat sulit dan pada akhirnya hanya bisa pulang dengan tangan kosong," kata Wira.Setelah mendengar penjelasan Wira, Wendi dan Dwija tidak mengatakan apa-apa. Ini memang faktanya dan inilah situasi mereka sekarang. Sayangnya, mereka tidak bisa membantah apa pun dan juga tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dalam sekejap, keadaannya memang membuat mereka merasa terpojok.Wira kembali berkata, "Setelah perjalanan selama berhari-hari, kalian juga sudah lelah, 'kan? Bahkan Agha pun sudah tidur, kita juga istirahat lebih awal. Nanti kita selesaikan masalah ini perlahan-lahan. Soal rahasia wilayah barat ini, suatu hari nanti pasti ada cara untuk mengungkapkan rahasia di baliknya dan kita juga pasti ak
Wira berkata, "Oh? Kak, jangan takut, kami semua bukan orang jahat. Lagi pula, kami berhasil melewati gurun itu berarti kami punya kemampuan, 'kan? Kakak hanya perlu menceritakan semua pada kami dengan tenang. Meskipun kabar ini tersebar, aku juga nggak akan melemparkan tanggung jawabnya padamu. Aku juga nggak akan membiarkanmu menanggung risikonya dengan sia-sia."Setelah mengatakan itu, Wira mengeluarkan dua batang emas dari sakunya dan meletakkannya di depan pria itu.Melihat emas batangan itu, pria itu langsung menelan ludahnya. Meskipun mereka sering membantu para pedagang kaya yang datang ke desa perbatasan itu dan menerima imbalannya, ini pertama kalinya seseorang langsung menunjukkan emas batangan padanya. Sepertinya berat emas itu juga mencapai puluhan gram. Sungguh dermawan!Meskipun uang yang berada di depan mata itu mengilap dan menggoda, pria itu juga tahu satu prinsip. Menghasilkan uang itu penting, tetapi takutnya tidak bisa menikmatinya karena kehilangan nyawanya.Setel
"Kami hanya tinggal di wilayah barat ini saja, tapi darah yang mengalir di tubuh kita sama," kata pemilik rumah itu sambil mendekat. Orang ini berusia hampir 30 tahun dan memiliki penampilan yang tegap, tetapi sangat ramah dan tatapannya terlihat sangat tulus.Para penduduk lainnya di sana juga begitu. Saat Wira dan yang lainnya baru saja memasuki desa perbatasan itu, para penduduk di sana sangat ramah dan tersenyum pada mereka. Kesannya seperti kembali ke rumah sendiri, sehingga dia merasa seperti tamu terhormat di sana.Wira menoleh dan menatap pria itu, lalu bertanya, "Kalau orang-orang wilayah barat begitu menantang kami dan kalian juga orang dari sembilan provinsi, mengapa kalian memilih untuk tinggal di sini?"Pria itu menggelengkan kepala dan menjawab, "Semua ini juga demi mencari nafkah. Ada banyak barang di wilayah barat yang nggak ada di Dataran Tengah. Justru karena inilah, banyak pedagang yang datang ke sini untuk membawa barang-barang khas wilayah barat ke Dataran Tengah.