Namun, Wira yang luar biasa ini tidak meremehkan para dokter. Dia menemani mereka membedah jenazah, mengajari mereka cara mengobati luka, dan bahkan sangat menghormati mereka. Penghargaan yang belum pernah mereka rasakan ini membuat suatu perasaan aneh muncul di hati mereka.Wira menarik keenam orang itu berdiri, lalu berkata, "Kalian semua orang dewasa, kenapa menangis begini? Setelah aku pergi, aku akan memberi tahu para jenderal untuk bekerja sama dengan penelitian kalian dan memberi kalian fasilitas terbaik. Jika kalian menemui masalah yang nggak bisa kalian selesaikan, kalian juga bisa mengirim surat ke Dusun Darmadi dari Desa Pimola di Kabupaten Uswal. Setelah pulang nanti, aku akan membuat beberapa alat bedah yang baik. Kalau sudah jadi, aku akan meminta seseorang mengirimkannya pada kalian."Junaidi dan rekan-rekannya kembali menitikkan air mata. Wira melanjutkan, "Dalam pembedahan, disinfeksi, menjahit luka, menyambung tendon yang putus, dan memotong usus buntu adalah hal yang
Tiga hari kemudian, beberapa kereta kuda indah berhenti di depan Kediaman Keluarga Wilianto. Melihat papan nama di depan kereta, orang-orang yang lewat sontak ketakutan.Keluarga Yumandi yang menjalankan bisnis garam, Keluarga Suwanto yang menjual pangan, Keluarga Jambali yang menjual gula secara grosir, Keluarga Wilianto yang menjual teh, dan Keluarga Cipto yang menjual kain. Lima keluarga bangsawan di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu itu juga merupakan lima keluarga dengan perekonomian dan kekuasaan paling berpengaruh di kota tersebut.Sekarang, kelima keluarga itu sedang marah. Setelah bangsa Agrel menerobos Perbatasan Loko, mereka menjual properti mereka dengan harga murah, memecat pelayan mereka, dan pindah ke selatan.Belum tiba di kota provinsi, mereka sudah menerima kabar bahwa Raja Tanuwi mati tertembak. Kemudian, saat mereka hendak kembali ke Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, mereka menerima kabar bahwa bangsa Agrel menghancurkan kota. Dengan ketakutan, mereka kembali melarikan d
Kepala Keluarga Wilianto memang ingin menekan Wira. Namun, dia meminta orang untuk mencari tahu tentang situasi militer terlebih dahulu karena takut menyinggung Panglima Yudha.Panglima Yudha sangat menghormati Wira. Jadi, Kepala Keluarga Wilianto tidak berani mengambil risiko. Bagaimanapun, Yudha adalah perwira garang yang telah membunuh banyak prajurit bangsa Agrel. Entah apa yang bisa dilakukan Yudha jika membuatnya kesal.Kepala Keluarga Cipto, Jambali, dan Suwanto mengernyit. Mereka juga mengkhawatirkan hal ini. Akan tetapi, keluarga mereka sudah bekerja sama sejak lama. Mereka baru datang bersama-sama hari ini karena dipanggil Banyu.Banyu mendengkus, lalu berkata, "Aku tahu kalian semua mengkhawatirkan Panglima Yudha, tapi apa kalian tahu tentang posisi Panglima Yudha yang canggung di pemerintahan?"Keempat kepala keluarga mendesak, "Banyu, nggak perlu bertele-tele lagi!"Banyu berujar dengan sinis, "Terakhir kali, setelah Yudha membunuh Raja Tanuwi dan mengalahkan bangsa Agrel,
Dian mengerutkan dahi. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa keluarga bangsawan ini begitu sombong."Aku mau lihat kalian berani berbuat apa padaku!" kata Wira. Dia berjalan masuk ke ruang tamu, lalu melirik kelima kepala keluarga bangsawan itu. Wajahnya tampak garang.Pada saat berperang, pemerintah mengeluarkan uang. Para pria dari kalangan rakyat biasa mengorbankan dirinya untuk berpartisipasi dalam perang. Sementara itu, keluarga bangsawan ini kabur pada saat-saat genting.Setelah perbatasan tenang, keluarga-keluarga bangsawan ini ingin kembali berbisnis. Namun, mereka tidak bersedia mengeluarkan uang.Keluarga bangsawan ini ingin menguasai semua keuntungan, tetapi tidak mau berkorban. Ini adalah sifat para pebisnis. Mereka hanya mementingkan keuntungan dan tidak peduli dengan keadilan.Keempat kepala keluarga menatap Wira. Pandangan mereka penuh dengan amarah dan penghinaan. Seorang pecundang seperti Wira berani mempermainkan lima keluarga bangsawan. Wira sama sekali tidak menghar
Alhasil, sekarang sepertinya ada yang tidak beres. Wira menyipitkan matanya seraya berkata dengan dingin, "Kalau sudah selesai, cepat pulang. Kalian harus makan dan minum sepuasnya!"Raut wajah Banyu tampak muram. Dia berujar, "Apa maksudmu? Kamu jangan nggak tahu diri! Asalkan kami mengeluarkan uang, Panglima Yudha dan Farhan akan dipindahtugaskan.""Semua pejabat di kota sudah kamu singgung karena masalah properti. Kamu nggak bisa tinggal di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu lagi. Asalkan kami memberi perintah, kamu pasti akan diusir," lanjut Banyu.Keempat kepala keluarga tampak galak. Kenapa Wira masih belum menyetujuinya padahal Banyu sudah mengatakannya dengan sangat jelas?Wira membalas dengan ekspresi muram, "Mengusirku? Sepertinya, kalian belum tahu situasinya. Pengawal, tangkap mereka semua dan serahkan pada Letnan Jenderal Herdian di markas militer."Sekelompok tentara senior Pasukan Zirah Hitam bergegas masuk, lalu memelintir lengan kelima orang itu dan hendak membawa mereka k
Pemerintahan bukanlah tempat untuk menentukan mana yang benar dan salah. Raja tidak mungkin melepaskan mereka jika terbukti ada sejumlah uang perak yang mereka terima dan alasan yang valid.Takutnya, Raja akan langsung memberi perintah untuk memusnahkan 9 generasi keluarga mereka, lalu kekayaan mereka akan disita dan dikirim ke ibu kota kerajaan.Wajah Banyu pucat pasi, tetapi dia berteriak seraya menggeleng, "Aku nggak percaya jenderal di markas militer mau mendengar perintahmu dan membantumu melawan kami!"Keempat kepala keluarga mengangguk, ini adalah harapan terakhir mereka. Kemudian, Rudi yang menahan Banyu menampar Banyu 2 kali sambil memarahi, "Dasar berengsek! Nanti kamu akan tahu. Kamu pikir siapa yang memenangkan peperangan ini?""Tuan Wahyudi mendesain misil tiga busur yang menembak mati Raja Tanuwi. Dia juga mengadakan pertemuan propaganda untuk membujuk puluhan ribu pasukan pembelot. Dia membakar 30.000 pasukan infanteri bangsa Agrel dan membentuk formasi kerbau api. Tanpa
Di markas militer, meja sudah disiapkan. Yudha, Herdian, Basuki, dan Chandra sudah menunggu sambil melihat ke pintu markas. Ekspresi mereka terlihat cemas.Dekret kerajaan sudah sampai di luar kota. Sebentar lagi, dekret itu akan sampai di markas militer. Setelah mendapat kabar, mereka segera mengabari Wira, tetapi dia tidak kunjung datang. Mereka semua terus berkomentar."Sudah 2 jam, kenapa Tuan Wahyudi belum datang? Kasim yang menyampaikan dekret hampir sampai!""Gawat kalau Tuan Wahyudi melewatkan dekret pemberian gelar!""Menurutmu, kali ini pemerintah akan memberi Tuan Wahyudi gelar dan jabatan apa?""Setelah menembak mati Raja Tanuwi dan mengalahkan 100.000 kavaleri bangsa Agrel, setidaknya dia akan mendapatkan gelar Amangkurat."Tiba-tiba, terdengar suara yang nyaring. "Dekret kerajaan sampai!"Sekelompok kuda bergegas masuk ke markas militer. Orang yang memimpin adalah kasim yang menyampaikan dekret. Ekspresi pengawal kerajaan tampak serius."Siap!" seru Yudha yang gembira dan
Seluruh prajurit pembelot berdiri dengan ketakutan!Kasim pengirim pesan melanjutkan, "Untungnya, ada Amangkurat Yudha yang memohon belas kasihan untuk kalian. Kalian juga berjasa dalam pertempuran besar. Jadi, aku akan memberikan pengampunan untuk kesalahan kalian. Untuk sementara waktu, kalian tetap bertugaslah dalam militer. Jenderal akan menentukan tanggal pembebasan pakaian militer dan mengembalikan kalian ke tempat asal.""Terima kasih atas pengampunan Raja!" Semua prajurit pembelot tampak menangis. Wira ternyata tidak berbohong. Setelah memenangkan pertempuran besar, Raja memang akan mengampuni mereka.Usai menyimpan dekret kerajaan, kasim pengirim pesan tampak mengepalkan tangannya. Dia berkata sambil tersenyum, "Selamat, Amangkurat Yudha. Kamu dianugerahi gelar kebangsawanan Amangkurat!""Terima kasih, Kasim!" ucap Yudha. Kemudian, dia mengernyit seraya berkata, "Apakah isi dekret sudah selesai dibacakan?" Kasim pengirim pesan mengulurkan tangannya sambil menjawab, "Sudah."La