Share

Bab 95 Waktu Ayah dan Anak

Author: yukitahepi
last update Last Updated: 2022-12-04 07:00:04

Sebenarnya aku deg degan kalau akan ketemu ipar kembar. Malas saja harus meladeni nyinyiran mereka yang tak pernah bosan menyerangku. Tapi syukurlah ternyata mereka sedang tak ada di rumah. Mama bilang mereka sedang reuni dengan teman-teman SMU nya dan akan menginap dua hari.

Kami jalan kaki dari rumah baru Mas Agi ke rumah Mama karena jaraknya tak terlalu jauh. Hanya beda RT saja. Kugamit lengan Mama dan menuntunnya berjalan. Meski sudah sembuh tapi beliau tak boleh jalan tergesa-gesa.

“Lala seneng banget Mama sekarang sudah sembuh. Jangan sakit lagi ya, Ma.”

Mama Mertua merangkul pundakku, tinggi kami sepantaran. “Ini berkat kamu, La. Kamu yang selalu telaten merawat Mama. Bahkan setelah merantau pun kamu menyewakan perawat untuk Mama. Kasih sayangmu untuk Mama melebihi yang diberikan anak-anak Mama.”

Kulihat Mas Agi tertegun. Mungkin dia baru menyadari artiku bagi Mama. Dia mengalihkan perhatiannya dengan menggoda Yusril yang digendongnya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Leny Yuliasih Eltr
bolak balik cek..msh blm update jg
goodnovel comment avatar
Tini Wartini
jangan tergoda La,..kebayang dia sm istri yg baru..
goodnovel comment avatar
nova sari rahayu
jangan mau Lala jangan mau disentuh Agi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 96 Malam yang Manis Berakhir Kepahitan

    Saat aku memandangi wajah anakku yang terlelap dan mengusap-usap lengannya, Mas Agi menggeser duduknya mendekatiku. Dia mengusap kepalaku dengan lembut membuat hatiku menghangat. Mendapatiku yang menerima sentuhannya suamiku makin berani. Dia mendekatkan wajahnya dan mencium pucuk kepalaku. Tubuhku mengejang.Kutatap matanya yang berjarak sejengkal di sepanku.sebuah kesalahan. Mata itu mengunci pandanganku. Mata yang selalu kurindukan kini seolah ingin menenggelamkanku di dasarnya. Aku menelan ludah saat mendapati kerinduan yang sangat besar di sana. membuatku tak dapat memalingkan wajah dari mata itu.Perlahan dia menarik kepalaku dan merengkuhnya dalam dekapan. Aku tergugu, menangis terisak di sana mencoba melarung segala luka dan kerinduan yang kupunya. Dadanya masih seperti yang kuingat, menawarkan kedamaian saat aku menenggelankan kepala di sana.Tangan yang kini terlihat lebih kokoh itu mengusap air mataku dan berbisik lirih. “Maafkan, Mas. Maafkan semua luka yang Mas beri untu

    Last Updated : 2022-12-05
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 97 Tempatku Bukan di Sini

    “Tolong jangan begini, La. Tolong maafkan Mas. Kamu perempuan paling pemaaf yang Mas pernah temui.” Mas Agi berusaha memelukku tapi aku terus menepisnya.“Iya aku memang pemaaf dan saking pemaafnya sampai mudah dibohongi dan disakiti.” Aku makin terisak. Tega sekali lelaki bergelar suami itu. Ingin sekali saat ini juga aku pulang ke rumah Ibu tapi kasihan anakku masih tidur nyenyak. Di sering bangun pukul tujuh. Kuhidangkan sarapan yang tadi kumasak di meja makan. Mama terlihat sangat gembira bisa sarapan bersama kami. Beliau banyak bercerita tapi kemudian terdiamsaat Melihat mata sembabku.“Lala habis nangis, Nak? Ada apa? Baru tadi Subuh Mama lihat kamu bersenandung ceria.” Aku hanya tersenyum terpaksa, bingung harus menjawab bagaimana pertanyaan Mama. Inginnya mengutarakan keinginan minta cerai tapi tak tega sama Mama.“Ya, ampuuun ternyata ada babu Arab di rumah kita. Mau dong oleh-olehnya.” Suara Yani yang baru masuk rumah menambah buruk moodku.“Beruntung banget kita ya, pulang

    Last Updated : 2022-12-06
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 98 Dua Hati Bicara

    Tiba di rumah Ibu aku langsung menyerahkan Yusril pada Lina supaya dibujuk untuk mandi dan makan. Lina menatapku dengan iba dan mengangguk tanpa banyak bicara. Dia pasti sudah menebak yang terjadidi rumah mertuaku dari mata bengkakku.“Ibuu … Teteh tadinya sudah akan memaafkan Mas Agi. Itu setelah melihat perlakuannya yang lembut dan hangat kemarin pada Yusril. Anak itu butuh ayahnya. Biarlah Teteh sebagai ibu berkorban untuknya. Apalagi kemarin Mas Agi pun baik sekali sama Teteh. Tapi ternyata hatinya bukan milik Teteh lagi.” Kuceritakan kejadian pagi tadi saat aku membangunkannya dan dia malah menyebut nama Melia.“Rasanya sakit sekali, Bu. Suamiku menyebut nama wanita lain bahkan saat bersamaku. Bagaimana pula saat dia jauh dariku.” Aku menangis terisak-isak dalam pelukan Ibu.Ibu tak bicara apa pun hanya memeluk dan mengusap-usap punggungku. Perempuan terkasihku itu memahami yang dibutuhkan putrinya saat ini hanya didengarkan.“Bu, Teteh minta Mas Agi kesini nanti siang. Teteh sud

    Last Updated : 2022-12-07
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 99 Berhenti Berjuang

    “Mas juga sama terima kasih untuk segala pengorbananmu untuk keluarga kita. Mas juga minta maaf untuk semua kesalahan Mas selama ini. Sekarang mari kita lupakan yang sudah lalu dan fokus kedepan. Mas janji akan berusaha menjadi suami yang lebih baik untukmu juga ayah yang lebih baik untuk Yusril. Kita berjuang bersama ya, Sayang,” kata Mas Agi sambil mengenggam tanganku. Kubiarkan saja karena dia masih berhak melakukannya. Nampaknya dia masih percaya diri kalau aku akan tetap bertahan bersamanya, setelah apa yang kami lakukan semalam.“Lala mohon maaf karena tidak bisa lagi berjuang bersama Mas. Rasanya cukup hampir tiga tahun Lala berjuang sendiri dan sekarang ingin berhenti. Apalagi saat ini kedudukanku sudah tergantikan, dengan wanita yang lebih segalanya dari diri yang hina dina ini.” Lirih suaraku tapi membuat suamiku mendongak menatapku tajam.“Apa maksudmu? Kau jangan menakuti Mas.”“Maksudku sangat jelas, Mas. Aku sudah lelah berjuang sendrian. Kemarin aku sudah berusaha memaa

    Last Updated : 2022-12-07
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 100 Kembali Bersama Mentor Bisnis

    “Lin, kamu masih libur kuliah?” Kudengar suara Ibu memanggil Lina. Aku kembali bergelung di bawah selimut sambil memeluk anakku setelah salat Subuh tadi. Rutinitas yang sama kulakukan selama beberapa hari ini. Tak ada gairah melakukan apa pun.“Masih, Bu. Kenapa?”“Ajak Teteh jalan-jalan. Di rumah murung terus, kasihan.”Tak kudengar jawaban adikku, tahu-tahu dia duduk di sampingku. “Teh, katanya mau ketemu Bu Mulia. Beliau nanyain terus lho kapan kita mau kesana. Mau Lina temenin mumpung libur kuliah?”Sebenarnya aku tak punya semangat melakukan apa pun. Tapi dari pada murung terus di rumah tak ada salahnya mengikuti ajakan Lina. Kusibakkan selimut dan memaksakan tersenyum,“Teteh mandi dulu ya. Kamu bangunin Yusril ya.”Setelah mandi dan sarapan rasanya lebih segar dari sebelumnya. Baru sadar kalau dari kemarin aku belum mandi. Anakku terlihat senang sekali saat tahu akan diajak jalan-jalan. Kami berangkat naik angkutan pedesaan disambung naik bis Budiman trayek Tasik-Bandung. Aku t

    Last Updated : 2022-12-08
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 101 Kemungkinan Itu

    Sesuai kesepakatan dengan majikanku, aku hanya mudik sebulan. Meski hati sunguh berat tapi aku tak bisa menyalahi perjanjian itu. Melihat anak semata wayangku menangis meronta-ronta nyaris meruntuhkan pertahananku. Hatiku iba melihat dia jauh dari ibu juga ayahnya. Aku janji setelah masa kerjaku habis dua tahun akan segera pulang untuk mengasuhnya. Semoga saat itu tabunganku sudah terkumpul untuk membangun sebuah rumah.“Pergilah, insya Allah Yusril tak akan kekurangan kasih sayang dari Ibu dan keluarga kita.” Wanita terkasihku menguatkan langkahku saat mataku taklepas dari buah hatiku.“Titip Yusril juga Ibu ya, lin. Teteh percaya sama kamu.” Aku merangkul badan adikku yang berpostur lebih tinggi. Lina mengangguk sambil mengusap air matanya yang tak berhenti mengalir. Setelah Bapak meninggalkan kami, otomatis kami bertiga saling mengandalkan satu sama lain. Aku, Ibu, dan Lina adikku.Aku sudah pamitan pada Mama mertua kemarin sore ditemani adikku tentu saja. Beliau memelukku erat den

    Last Updated : 2022-12-09
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 102 Garis Satu atau Garis Dua?

    “Tapi kamu enggak kangen-kangenan dulu kan sama suamimu? Ya kali aja, terus jadi anak tuh.” Bisik gadis Jawa itu.Wajahku pias seketika. Ayu mengingatkanku pada kemungkinan itu. Tapi tentu saja aku malu sekali untuk mengakui hal itu. Pasti wajahku sudah semerah tomat saat ini. dengan lirih aku berguman, “Ya enggak lah, ada-ada aja.”Majikanku penasaran apa yang kami bisikan dalam Bahasa Indonesia. Kusikut lengan Ayu. “Enggak apa-apa, cuman tanya mau masak apa hehe,” jawab Ayu ngarang.Setelah itu pikiran tentang kemungkinan hami terlupakan karena kesibukan merawat majikan. Selain itu otakku masih harus memikirkan bisnis kurma agar ramai seperti tahun lalu mengingat ini sudah hamper dekat Ramadhan. Hingga suatu siang setelah membantu Ummi salat Zuhur aku Melihat sahabatku tengah asik membaca novel online.“Enggak salat kamu?” tanyaku.“Lagi datang bulan. Memang kamu belum datang bulan? Biasanya kita barengan.” Eh, betul juga. Biasany

    Last Updated : 2022-12-10
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 103 Dia yang Mendekat

    Bohong bila kukatakan aku tak bersedih kehilangan suami. Rasanya seperti ada lubang tak kasat mata yang menganga di dalam sini. Tapi di sisi lain hatiku pun lega, karena setatusku kini jelas. Tak seperti beberapa waktu lalu saat Mas Agi tak ada kabar berita. “Aku senang lihat kamu sekarang penuh semangat.” Ayu tersenyum ke arahku.“Memang dulu aku loyo ya?”“Nggak juga sih. Kamu tetap cekatan saat bekerja. Tapi sering bengong pas waktunya rehat. Aura kecantikanmu sekarang makin menguar gitcuuu hehe. Pantesan Mister Halim makin kesengsem.”“Hush kamu ini. Nggak baik ah ngomongin suami orang. Lagian kamu dapat gosip dari mana?”“Lala … Lala … kamu belum kenal sahabatmu ini rupanya. udah lama kali aku tahu kalau Mister Halim itu naksir kamu. Dan lagi ….”“Aku tak mau suamiku punya istri kedua, bagaimana mungkin aku mau jadi istri kedua orang lain. Itu namanya tidak konsisten.” Aku memotong kalimat Ayu.“Pake motong kalimatku sih. Makanya dengerin dulu kalau orang ngomong. Mister Halim se

    Last Updated : 2022-12-11

Latest chapter

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 138 Pesantren Gratis dari Suami Sultanku (TAMAT)

    “Aku enggak butuh tanah seluas ini, ya Habibi. Aku tahu uangmu tak berseri. Tapi jangan hamburkan untuk sesuatu yang sia-sia.” Suamiku mengusap-usap tanganku yang memegang lengannya.“Kalau aku tetap mau membelinya, gimana?” senyumnya dengan alis dinaik-turunkan untuk menggodaku.Ah, kadang-kadang sultan Arab ini nyebelin juga. Eh, tapi masa mau dibeliin tanah sepuluh hektar dibilang nyebelin. Tapi buat apa tanah seluas itu coba? Siapa yang mau ngurus?Aku menyimpan nomor ponsel yang tertera atas perintah suamiku tercinta sambil cemberut. Dia malah tertawa sambil mengecup bibirku dan membuat mataku melotot. Kan malu kalau ada orang yang melihat.“Bagaimana menurutmu bila di tempat ini kita bangun sebuah pesantren? Anak-anak akan belajar di sini dengan fasilitas yang baik tanpa dipungut bayaran sepeser pun?”Aku menatap matanya lekat. Itu adalah impian selintasku dulu sekali yang bahkan tak pernah berani kukatakan pada siapa pun. Impian yang muncul saat membaca tentang pesantren tahfidz

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 137 Ratu Sehari, Istri Sultan Selamanya

    Setelah walimah kami memutuskan tinggal di rumah baru kami dengan status visa suami sebagai wisatawan. Setelah masa berlaku bisa hampir habis baru akan kami pikirkan rencana selanjutnya, apakah memperpanjang visa suami atau kami kembali ke kota Madinah. Beliau tak perlu khawatir dengan bisnisnya karena punya beberapa orang kepercayaan. Ada orang yang khusus mengelola hotel, juga ada yang khusus mengelola kebun kurma. Istilahnya mungkin bisnis jalan tapi ownernya jalan-jalan. Ibu, Lina dan Yusril senang sekali bisa berkumpul setiap hari setelah berpisah sekian lama. Rumah kami sekarang selalu hangat dengan kasih sayang dan gelak tawa.“Ucil senang sekali sekarang Ucil bisa main sama Bubu tiap hari. Sama Baba juga Ucil suka main kuda-kudaan.”Anakku selalu riang gembira. Berpindah-pindah dari pangkuanku, ke pangkuan ayah sambungnya, lalu ke pangkuan Ibu, juga ke pangkuan Lina. Dia seolah sedang memuaskan dirinya bermain bersama semua orang yang menyayanginya. Setiap waktu salat dia aka

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 138 Bertemu Mantan Suami di Pelaminan

    Menjelang Ashar tamu masih berdatangan satu-satu. Tapi kami sudah terlalu lelah dan pamit masuk ke rumah untuk beristirahat. Di tenda luar dan ruang tamu masih ada Ibu dan Uwa yang bisa mewakili kami menerima tamu. Kecuali tamu spesial maka kami akan menemuinya sebentar.Saat masuk kamar mataku membola melihat ke arah tempat tidur kami. Besar sekali ukuran kasur ini. Lalu tiba-tiba aku menyadari sesuatu, suamiku yang berbadan lebih tinggi dari orang Indonesia pasti merasa tak nyaman saat tidur di kasurku. aku merasa bersalah tetapi dia tak protes. Subhanallah, manisnya suamiku."Ekhem, sudah tak sabar menunggu malam, ya Habibati? Lihat kasur terus." Sebuah suara dengan nada menggoda berbisik di telingaku membuat wajahku memerah. "Apaan sih, enggak kok. Aku hanya baru sadar kasur di kamarku kecil banget buatmu. Maaf ya, Habibi, aku kurang peka." Suamiku hanya tersenyum. Dia memang selalu tidur lebih akhir dan bangun lebih awal sehingga aku tak menyadarinya."Mari kubantu melepas baju

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 137 Para Gadis yang Antre

    Akhirnya tiba juga hari ini. Menjadi ratu sehari dalam pernikahan kedua. Kami duduk di pelaminan yang didekorasi indah di halaman rumah kami yang luas. Aku mengenakan gaun pengantin putih cantik yang dikirim memakai cargo dari Arab sana. Suamiku yang gagah terlihat makin memesona dalam balutan baju pengantin warna putih senada dengan gaunku. Aku di-make up minimalis saja. Ibu dan Wak Endo duduk mendampingi kami. Yusril bergabung bersama kami sebentar tapi kemudian bosan dan memilih main bersama sepupunya."Istriku cantik sekali, Masya Allah. Inginnya kusembunyikan saja di kamar," komentar suamiku saat melihatku selesai didandani."Aku juga malu sekali buat duduk di pelaminan. Betul katamu, sebaiknya aku ngumpet di kamar.""Haha aku bercanda, ya Habibati. Kita harus tetap duduk untuk menyalami tamu. Seperti adat di sini. Lagi pula kelihatannya tamu-tamu di sini sopan-sopan pakaian dan perilakunya."Panggung hiburan berdiri kokoh di sebelah kanan gerbang. Siapa pun boleh ikut berpartisi

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 136 Kehebohan di Dapur Ibu

    Hari ini merupakan salah satu hari paling bahagia dalam hidup Ibuku, dan melihat kebahagiaan beliau adalah salah satu kebahagiaan terbesarku. Sebenarnya aku malu bila harus dipajang lagi di pelaminan sebagai mempelai. Tetapi Ibu ingin berbagi kebahagiaan kami dengan seluruh warga kampung dan kerabat kami, maka aku pun memenuhi keinginannya dengan mengadakan walimah yang meriah untuk ukuran kami.Dua hari sebelum hari-H Alhamdulillah rumah baru kami sudah selesai dibangun dan siap digunakan untuk resepsi. Masjid kampung kami pun meski belum selesai dibangun tapi sudah nampak bangunan utuhnya yang megah. Sehingga kami tidak terlalu merasa bersalah bila memiliki rumah megah tapi masjid diabaikan.Kami memilih tidak memakai jasa catering, dan memberikan kesempatan pada para tetangga untuk berpartisifasi. Para tetangga pun dengan senang hati berkumpul di dapur Ibu untuk membantu memasak. Kue-kue tradisional yang lezat-lezat memenuhi ruang keluarga rumah kontrakan Ibu sejak malam. Sementara

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 135 Bertemu Mantan Ipar Kembar

    Entah berapa lama aku terjebak di sini hingga tiba-tiba semua orang terdiam dan melihat ke arah yang sama. Aku yang tengah menunduk jadi bingung dan ikut melihat arah tatapan mereka.“Masya Allah Nabi Yusuf lewat.”“Masya Allah ada malaikat di kampung kita.”"Lihat punggungnya, jangan-jangan dia punya sayap."Pria macho dengan wajah ganteng itu kaget sebentar saat melihat gerombolan ibu-ibu, tapi kemudian dengan tenang melewati mereka. Tanpa memandang dan tanpa senyum hanya mengucapkan assalamualaikum dengan suara tegas penuh kharisma. Di Arab sana pasti tak pernah ditemuinya gerombolan ibu-ibu nangkring sore-sore. Aku geleng-geleng kepala saat para ABG putri diam-diam mengambil foto Mister Halim.Menjelang Jum'atan aku sudah siap berangkat bersama Lina menuju rumah mantan mertua. Mengantarkan kartu undangan sebagai alasanku untuk bersilaturahim dengan beliau. Sebenarnya aku kangen sekali dengan mantan mertua yang baik hati itu. Tapi hati selalu bimbang setiap mengingat kemungkinan aka

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 134 Ada Nabi Yusuf di Kampung Kita

    “Jodoh kan takdir. Yang namanya takdir kan kita bisa berikhtiar enggak pasrah gitu aja. Kayaknya enggak mungkin sultan Arab itu tiba-tiba jatuh hati pada, maaf ya, seorang pembantu.”Jleb! Meski benar aku pembantu di negeri orang, tapi tak usahlah sampai ditegaskan begitu. Pembantu juga manusia yang punya hati. Rasanya malas sekali menghadapi tamu tak diundang ini. Sudah mah minta tips yang aneh-aneh eh malah menghina yang diminta tipsnya pula.“Eh, ada de Linda sama Melin, tumben ke mari. Ada hal penting ya?” Ibu masuk dari warung dan langsung menyapa. “Iya nih, Teh, ada yang mau ditanyakan sama Lala, tapi Lalanya kayak enggak mau berbagi ilmu yang dia punya.” Eh, Bi Linda malah ngadu.“Ooh mau minta ilmu jualan kurma mungkin ya? Kasih tahu atuh, Teh.” Aku jadi ingin ketawa lihat ekspresi melongo Bi Linda.“Sebentar ya, Uwa ambilin rujak, Melin suka rujak, kan?’ Ah, ibu yang selalu baik sama semua orang meski orang itu tak pernah menganggapnya.Setelah Ibu ke warung, Bi Linda dan

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 133 Bagi Tips Biar Dinikahi Sultan Arab, Dong!

    “Anak Ibu sama ponakan Ibu sama-sama cantiknya. Apalagi cantiknya keluar dari hati, makinlah keluar aura cantiknya.” Ibu menepuk-nepuk lengan kami. Kulihat Wak Yati tertawa dengan wajah berseri meski juga tak dapat menyembunyikan kelelahan setelah seharian keliling kota.Ucil yang tertidur dalam pelukan Wak Yati menggeliat-geliat. Sepertinya dia kelelahan dan merasa kurang nyaman tidurnya. Akhirnya kami memutuskan untuk segera pulang. Tak lupa mampir sebentar membeli ikan bakar untuk makan malam di rumah. Rasanya hari ini banyak orang bertingkah lucu. Dimulai dengan pagi-pagi ada tamu teman sekolahku. Sebenarnya kami dulu tidak bisa dibilang dekat, dia yang lumayan kaya bergaul dengan teman selevelnya. Entah angina apa yang membawanya kemari. Dia tak sendiir, membawa dua orang temannya yang tinggal di desa sebelah juga katanya. Dan kedua temannya itu masing-masing membawa dua temannya juga. Jadilah pagi ini aku menerima tamu rombongan dadakan yang sebenarnya tak kukenal. Ibu yang men

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 132 Jalan-jalan ke Kota

    Kami sepakat untuk menggunakan jasa WO temannya Lina. Setelah itu kami mengobrolkan banyak hal seputar persiapan walimah. Sebenarnya aku malu harus walimahan yang kedua kali, cukup syukuran keluarga. Tapi suamiku tetap pada pendiriannya ingin mengadakan walimahan sekalian mengenal handai tolan kami katanya. Betul juga sih, kalau mengunjungi satu-satu kapan waktunya. Hari ini kami akan berbelanja kebutuhan walimah ke kota. Aku, Ibu, Lina, Yusril, Wak Yati, dan Imah, Kami menggunakan jasa rental mobil plus sopirnya. Sengaja kami menggunakan mobil yang agak besar karena nanti akan berbelanja cukup banyak. Suamiku yang kaya dan baik hati itu memberikan uang rupiah dalam kartu ATM-ku.“Ajak Ibu dan siapa pun yang Adik mau untuk berbelanja ke kota. Terserah mau belanja apa pun yang Adik inginkan dan butuhkan terutama untuk walimah kita. Kalian bersenang-senanglah sesekali. Makan di restoran, perawatan di salon, apa pun. Abang ingin Adik bahagia dengan keluarga. Seharian ini Abang akan sibu

DMCA.com Protection Status