“Saya merasa sangat tersanjung Mister Halim dan juga Ummi memiliki niat yang baik pada saya. Tapi terus terang saya masih merasa trauma dengan pernikahan sebelumnya. Ummi tahu bagaimana pahitnya pernikahan saya. Meski saya tahu tak adil menyamakan mereka.”Ummi Maimunah tersenyum. “Kami tidak memaksa. Halim juga bersedia menunggumu mendapatkan kemantapan hati. Asal jangan terlalu lama membuatnya menunggu. Saran Ummi kamu istikhoroh. Allah tahu yang terbaik. Jika Dia melihat ini yang terbaik, Dia yang akan membuat segala keraguan hilang dari hatimu.”Majikanku benar. Aku tak boleh mendahului takdir. Aku harus meminta petunjuk pada Sang Pemilik Hidupku. Rasanya aku juga harus bicara dengan Ibu. “Bicaralah dengan ibumu. Aku yakin beliau mengharapkan kebahagianmu juga,” Ummi Maimunah tersenyum. “Aku mau shalat dhuha dan tilawah dulu. Telponlah ibumu, di Jawa sekarang menjelang Dzuhur ya.”Setelah membantu Ummi bersiap untuk shalat, aku pamitan keluar kamar untuk menghubungi Ibu. Rumah sa
Siang ini saat istirahat aku tengah tertunduk di atas dipan menekuri ponsel pintar. Di dipannya kulihat juga sahabatku tengah melakukan hal yang sama. Serius sekali dia menulis di ponselnya. Pasti bikin bab baru lagi di aplikasi menulis. Teman-teman TKW yang lain kadang terlihat iri pada keberuntungan kami. Mereka bilang, bisa memegang ponsel dengan leluasa di siang hari itu merupakan kemewahan buat mereka. Sebuah notifikasi masuk di ponselku. Kubuka aplikasi hijau, dari adikku ternyata. “Gimana hasil istikhorohnya? Enggak sabar aku.”“Enggak jadi istikhoroh, Tetehnya keburu haid.” Kuakhiri dengan emot ketawa berjejer.“Yaa …nunggu lama lagi dong. Kenapa sih mesti haid sekarang?”“Yee suka-suka Allah dong mau ngasih haid kapan. Ada-ada aja kamu ah.”“Udahan ah chatnya enggak asyik.”“Lagian kenapamesti buru-buru, orang masa iddah Teteh aja masih lama.” Lina tak membalas lagi chatku.aku geleng-geleng kepala melihat kelakuannya.Saat mataku beralih pada chat dari akun lain, Mas Agi mel
"Ummi ini nabeznya. Pakai kurma ajwa favorit Ummi seperti biasa." Aku mengangsurkan secangkir nabez. Majikanku menerimanya dan langsung meminum airnya dengan nikmat. Setelah itu beliau mengunyah kurmanya. Kuangsurkan air putih setelah beliau selesai mengunyah kurmanya."Alhamdulillah. Nabez bikinan Latifah memang lezat," katanya sambil tersenyum."Hehe Ummi bisa aja. Siapa pun yang bikin nabez udah pasti lezat kalau pakai kurma ajwa. ""Buktinya waktu pertama diminta bikin nabez kamu malah bingung. Dikasih tahu kurma campur air eh bijinya enggak dibuang dan kurmanya hanya satu biji hehe." Majikanku terkekeh geli, aku ikut tertawa malu saat ingat kelakuanku dulu.Dulu aku asing sekali mendengar umi minta dibikinin nabez. Lalu beliau mengatakan kurma direndam barulah aku ngerti itu semacam infused water. Aku mengira-ngira aja, maka kusiapkan secangkir air matang dan kumasukkan sebutir kurma. Untunglah pagi hari saat kuberikan nabez itu majikanku tidak marah. Madam Hindun yang menden
Dua bulan menjelang Ramadhan kesibukanku menanjak tajam. Apalagi penyebabnya kalau bukan bisnis kurma yang kurintis tahun lalu. Saran-saran Bu Mulia sebagai mentor bisnis benar-benar kami jalankan dan hasilnya sungguh luar biasa. Adik semata wayangku kini dibantu tiga orang sahabatnya yang membantu dalam urusan online. Satu orang menjadi admin di medsos, satu orang admin di market place dan satu orang khusus membuat konten. Para remaja itu bekerja dengan sangat baik. Foto-foto yang kukirimkan di kebun kurma, di pasar kurma, bahkan keseharianku menjadi konten yang menarik di tangan mereka.“Kirim terus foto-foto Teteh ya, kata Bu Mulia itu bagus untuk meningkatkan branding. Jadi orang-orang yakin bahwa kurma yang kita jual itu langsung dikirim dari Madinah.” Chat Lina suatu hari yang membuatku semakin suka jepret sana jepret sini. Sahabatku yang semanis madu tak lupa menjadi fotomodelku saat dia memasak masakan khas Timur Tengah.“Kamu harus bayar royalty sama aku. Karena di masa depan
Semoga saja Bu Mulia yang ngirim kurma segitu banyak ke rumahku. Tapi aneh juga kalau tiba-tiba beliau mengirim tanpa dipesan. Di Indonesia harga kurma ajwa alias kurma nabi itu sekilonya ratsan ribu. Semakin bagus kualitasnya akan semakin tinggi harganya. Tak mungkin beliau mau ngirim tanpa kesepakatan dulu. Ah aku jadi bingung, kalau bukan Bu Mulia lalu siapa?“Bengong aja. Eh, tahu enggak, ayam tetanggaku kemaren kan bengong terus, eh hari ini dia mati.” Ayu cekikikan sambil menjawil pipiku seenaknya.“Sembarangan, secant kini disamain sama ayam.” Aku pura-pura marah.“Ck iya yang cantik jelitaa. Lala Latifah dambaan Mister Halim.” Ayu makin cekikikan.“Hush! Jangan kenceng-kenceng, malu tahu.”“Hahaha Lala mukanya kayak kepiting rebus. Lagian ngapain sih bengong terus, mikirin Mister Halim ya?”“Enak aja. Aku tuh bingung tiba-tiba ada orang ngirim kurma ajwa berdus-dus. Kamu tahu kan harga sekilonya aja ratusan ribu, itu totalnya pasti puluhan juta.” Kuperlihatkan foto-foto kurma
“Kamu kok sering banget bikin jus kurma, memangnya enak? Kebayang sama aku sih eneg.” Ayu menghampiriku yang tengah ngeblender nabez kurma sukariku. Setelah ini aku akan membawanya kekamar Ummi, siapa tahu majikanku mau nyoba.“Enak banget malahan. Aku awalnya ikutan bikin nabez kayak Ummi. Tapi berhubung aku kurang suka makanan terlalu manis maka coba diblender. Eh ternyata rasanya enak banget. Enggak tahu kenapa berasa ada gurih-gurihnya dikit.” Aku udah kayak lagi ngiklan aja. Sahabatku terlihat penasaran.“Nyicip dikit ya. Jadi penasaran aku. Seenak apa sih.”“Enggak usah dikit, nih aku kasih secangkir. Habiskan ya.”Awalnya dia terlihat ragu meminum jusnya tapi setelah satu tegukan langsung tandas dengan cepat. “Beneran ternyata enak banget. Nanti bikin juga ah. Boleh pakai kurmaapa aja kan?”“Kalau boleh sih boleh aja,siapayang larang. Tapii menurut pengalamanku kurma yang paling enak dijus itu kurma sukari basah. Soalnya
“Justru Teteh tak tahu apa-apa, Bu. Malah Awalnya bingung itu kiriman siapa. Tapi kalau dibiarkan kurmanya bisa busuk kan Bu. Akhirnya Teteh beranikan diri memastikan sama Ummi dan beliau ngasih tahu yang sebenarnya.”“Sebentar, kok teteh bisa curiga kalau yang ngirim kurma mahal sebanyak itu Mister Halim?” pertanyaan Ibu memojokanku. Mau tak mau aku harus membongkar semuanya sekarang juga.“Ibu jangan kaget ya. Bulan lalu Mister Halim ngasih hadiah kalung dengan liontin permata. Meski enggak ngerti perhiasan tapi Teteh yakin kalau itu mahal sekali. Jadi teteh tolak dengan halus karena tak mau berhutang budi. Teteh belum bisa menjanjikan apa pun untuk beliau sehingga merasa tak pantas menerima hadiah mahalnya itu. Apa sikap Teteh itu keliru, Bu?”“Teteh justru sudah bersikap benar. Jangan sampai menyetujui menikah dengannya hanya karena tak enak sudah menerima hadiahnya. Tapi ini kurma bagaimana cara ngembalikannya? Ibu jadi bingung.” Kulihat Ibu
Seminggu menjelang Ramadhan kesibukan mulai meningkat di rumah majikan kami. Ummi sama Madam gemar sekali membuat makanan untuk di bagikan ke berbagai tempat. Jauh-jauh hari juga Ummi sudah transfer uanh untuk kegiatan gebyar Ramadhan di kampungku juga kampung Ayu. Tak ketinggalan Mister Halim juga ingin ikut andil dengan mengirimkan kurma sekarung. Ummi dan Madam senang sekali dengan hasil kerja Lina dan kawan-kawannya tahun lalu, sehingga dengan senang hati mereka menyumbang lebih banyak.“Pastikan acaranya sukses dan jangan lupa dokumentasikan dengan baik. Itu untuk menjaga kepercayaan dari majikan teteh.” Pesanku pada Lina.Pagi ini kami akan menghadiri kegiatan Tarhib Ramadhan di masjid Nabawi. Kami sudah siap dengan gamis dan pashmina rapid dan sedikit wangi. Ummi sudah cantik dengan abaya hijau tua dan pashmina senada, sedangkan Madam Hindun memakai pakaian berwarna marun kesukaannya. Aku dan Ayu memakai pakaian berwarna biru senada, sudah seperti