Timo segera tiba, dia melihat Femmy dan Nadine di ruang tamu.Setelah mengetahui Timo adalah putra konglomerat di Kota Naresh, Femmy sangat gembira dan hampir meneteskan air mata. Apa ini adalah berkah di balik bahaya?Barra maupun Timo boleh menjadi menantunya. Setidaknya dia tidak perlu menjual bebek panggang lagi ...."Kak Nathan, siapa dia?"Melihat Barra, Timo diam-diam mendecakkan lidahnya dan berkata dalam hati, 'Kakak ini kekar sekali, dia tampak lebih menakutkan dari beruang madu di kebun binatang!'"Namanya Barra, sahabatku! Barra, dia adalah Timo," jelas Nathan."Kak Barra, senang bertemu denganmu," kata Timo sambil tersenyum."Aku tahu kamu. Tahun itu kalau bukan karena sedang menjalankan misi, aku pasti akan mengikuti Kak Nathan pergi ke Astar Tenggara untuk menyelamatkanmu!" Barra tersenyum hingga dua baris gigi putihnya pun terlihat."Kamu juga adalah bagian dari Istana Surgo?"Timo kaget. Adegan pembantaian muncul di benaknya ...."Kak Nathan, dalam perjalanan datang ke
Pada saat yang sama, Parviz duduk di meja kantor dengan ekspresi muram. Dia mendengar laporan dari sekretarisnya."Sudah cari begitu lama masih belum menemukan Nathan. Apa fungsi kalian!" Parviz sangat marah. Dia mengambil asbak di atas meja dan melemparkan asbak itu ke sekretarisnya.Sekretaris itu tidak berani menghindar dan membiarkan asbak itu mengenai keningnya. Dalam sekejap, darah pun mengalir."Pak Parvis, masih ada satu hal. Entah ...." Karena kesakitan, sekretaris itu menjadi terbata-bata."Cepat katakan!""Pagi ini, para konglomerat berkumpul di Kota Nuansa. Sekarang, Timo mengundang mereka semua ke hotel. Entah apa yang akan mereka bicarakan!" kata sekretaris itu."Apa kamu bilang?"Mendengar hal ini, Parviz sontak bangkit dari kursinya. Dia menunjuk sekretarisnya sambil mengumpat, "Ini adalah masalah penting, kenapa nggak bilang dari tadi!""..."Sekretaris itu sangat tertekan. Dia berkata dalam hati, 'Kamu yang menyuruhku melaporkan soal Nathan terlebih dahulu!'"Siapa sa
Sejumlah Dewa Rezeki datang ke wilayahnya, tetapi Galih tidak menerima kabar apa pun. Galih sangat kesal dan merasa ada yang aneh!Ketika Parviz hendak mengatakan sesuatu, ponselnya berdering. Direktur keuangan perusahaan menelepon."Neo, ada apa?" tanya Parviz."Pak Parviz, gawat!""Seseorang menghabiskan banyak uang untuk mengguncang pasar saham perusahaan kita! Dalam waktu kurang dari satu jam, harga saham kita turun 30%!" kata direktur keuangan dengan cemas."Apa!"Parviz sontak bangkit hingga mengejutkan Galih yang duduk di seberangnya."Apa sudah ditemukan pelakunya?" tanya Parviz dengan marah."Nggak ditemukan, tapi pelaku sangat kuat. Perusahaan nggak sanggup bertahan!""Ini ....""Pak Parviz, di Kota Nuansa, bukan hanya kita yang diserang. Saham tiga keluarga besar lainnya pun menjadi sasaran. Harga saham Keluarga Keltano sudah jatuh ke titik terendah!" kata direktur keuangan."..."Parviz tercengang. Dia tiba-tiba teringat bahwa para tokoh penting berkumpul di Kota Nuansa, ja
"Tuan Muda Timo, apa kamu tertarik untuk bergabung dengan Pinkoro?" tanya bos Pinkoro sambil tersenyum."Keuntungan apa yang bisa diberikan Pinkoro? Tuan Muda Timo, bergabunglah dengan Grup Aridada, kita kembangkan kecerdasan buatan bersama-sama!""..."Menghadapi berbagai ajakan dari para tokoh penting, Timo sangat gembira dan merasa tersanjung!Saat ini, ponselnya berdering, nomor asing yang menelepon."Aku Timo!""Timo, aku adalah Parviz dari Kota Nuansa. Sekarang kamu di mana? Apa punya waktu untuk mengobrol?" Parviz berusaha untuk mengendalikan emosinya."Oh, ternyata Parviz! Sekarang aku sangat sibuk. Kalau ada urusan, katakan saja lewat telepon!"Tanggapan Timo sangat dingin. Karena Keluarga Lutso adalah musuh Nathan, dia tidak akan menghargai mereka!"..."Mendengar Timo memanggil nama depannya, Parviz hampir melemparkan ponselnya. Berandalan ini sungguh tidak sopan, apa Timo tidak bisa memanggilnya "Paman Parviz"?Namun, dia tetap menahan amarahnya dan berkata, "Karena kamu si
Pada saat yang sama, Pasya menelepon Nathan untuk mengabari bahwa Apotek Flora memiliki mutiara dasar laut dan meminta Nathan pergi mengambilnya."Baik, aku akan segera pergi ke sana!"Setelah berkata demikian, Nathan mengakhiri panggilan dan keluar bersama Barra."Nadine, aku akan pergi membeli sedikit obat. Istirahatlah di rumah," kata Nathan sambil tersenyum."Kak Nathan ... wajahku benar-benar bisa kembali seperti semula?"Wanita sangat mementingkan wajah, terutama wanita cantik seperti Nadine."Tentu saja! Paling lama seminggu, wajahmu akan sembuh total," jawab Nathan sambil tersenyum tipis."Barra, jaga rumah!""Tenang saja, Kak Nathan. Kalau ada yang berani berulah, aku akan membunuhnya dengan satu tamparan!"Femmy yang berada di samping ketakutan hingga tidak berani bersuara. Apa zaman sekarang semua orang kaya sekejam ini?Nathan segera berkendara menuju Apotek Flora.Hari ini, toko sepi. Melihat Nathan datang, Pasya langsung menyambutnya."Paman Pasya, maaf merepotkanmu!""Ng
"Aku pulang!""Kak Nathan, kamu sudah pulang!" Nadine sangat gembira saat melihat Nathan pulang."Ya, kalian lanjut nonton TV sana. Aku akan pergi meracik obat!"Nathan tersenyum lembut. Dia kembali ke kamar untuk mengambil beberapa bahan obat, lalu masuk ke ruang serbaguna.Barra mengikutinya. Setelah menutup pintu, Barra pun bertanya, "Kak Nathan, bukannya kamu menyuruhku datang untuk bertarung? Siapa yang harus kubunuh?""Nggak usah buru-buru, kalau mereka nggak berlutut di depan makam ibuku dan bunuh diri dalam waktu tiga hari, kita baru bertindak!""Ya, aku sudah nggak sabar! Wanita tua itu terus mengoceh, bising sekali," kata Barra."..."Nathan terdiam. Femmy memang sangat cerewet!Setengah jam kemudian, suatu aroma obat memenuhi ruang serbaguna. Melihat krim lengket berwarna hijau tua di dalam toples, Barra pun menelan air liur."Kak Nathan, obat yang kamu racik harum sekali!""Kak Barra, jangan sembarangan. Obat ini kubuat untuk menyembuhkan luka Nadine, nanti aku akan mentrak
Klub Superior, Parviz sedang bertelepon dengan pria misterius di Kota Kanari."Tuan, terima kasih atas bantuanmu. Kalau nggak, Keluarga Lutso pasti sudah hancur!" kata Parviz dengan terharu."Hmph! Apa kamu tahu berapa banyak usaha yang kukerahkan kali ini untuk membantu kalian!" seru pria misterius itu dengan nada dingin."Benarkah? Apa keturunan Keluarga Orlando sehebat itu?""Kamu nggak tahu apa-apa! Masalah ini sangat rumit. Biar kuberi tahu, kali ini seluruh perusahaan besar di Negara Geriya memang mengincar kalian berempat. Bahkan Istana Surgo pun terlibat!""Kurasa Nathan nggak akan menyerah begitu saja. Kalian harus lebih berhati-hati, lain kali aku mungkin nggak akan bisa menyelamatkan kalian lagi!" kata pria misterius."Tuan ... apa itu Istana Surgo?"Parviz kebingungan, tetapi orang di ujung lain sudah mengakhiri panggilan.Istana Surgo?Organisasi macam apa ini?Pria misterius itu terkesan sangat waspada, seolah-olah tidak ingin berurusan dengan Empat Keluarga Besar lagi!"
"Hehe, ini hanya sepersepuluh dari kekuatan tempur Barra!" kata Nathan sambil tersenyum.Tadi, Barra sama sekali tidak mengerahkan energi sejati. Kalau tidak, dengan keterampilan pencak silatnya, dia bisa membelah pohon setebal apa pun!"Wah!"Timo dikejutkan oleh ucapan ini. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Barra, lalu bertanya sambil tersenyum, "Kak Barra, apa kamu ingin bekerja paruh waktu? Jadi pengawalku, gajinya sebulan satu miliar?""Nggak tertarik!"Barra menolak dengan lugas, sepertinya dia lebih tertarik pada daging sapi depannya."Jangan langsung ditolak! Kalau satu miliar nggak cukup, bagaimana dengan dua miliar?"Timo sangat "menghargai orang berbakat". Kalau dia bisa memiliki pengawal sehebat Barra, kelak siapa yang berani menyinggungnya?Tak disangka, Barra tetap menggelengkan kepalanya. Tanggapannya ini membuat Timo merasa tertekan. Sepertinya Barra tidak tertarik dengan uang, jadi nanti malam dia berencana mengajak Barra pergi mencari gadis muda di klub!"Nggak mau