Pada saat yang sama, Pasya menelepon Nathan untuk mengabari bahwa Apotek Flora memiliki mutiara dasar laut dan meminta Nathan pergi mengambilnya."Baik, aku akan segera pergi ke sana!"Setelah berkata demikian, Nathan mengakhiri panggilan dan keluar bersama Barra."Nadine, aku akan pergi membeli sedikit obat. Istirahatlah di rumah," kata Nathan sambil tersenyum."Kak Nathan ... wajahku benar-benar bisa kembali seperti semula?"Wanita sangat mementingkan wajah, terutama wanita cantik seperti Nadine."Tentu saja! Paling lama seminggu, wajahmu akan sembuh total," jawab Nathan sambil tersenyum tipis."Barra, jaga rumah!""Tenang saja, Kak Nathan. Kalau ada yang berani berulah, aku akan membunuhnya dengan satu tamparan!"Femmy yang berada di samping ketakutan hingga tidak berani bersuara. Apa zaman sekarang semua orang kaya sekejam ini?Nathan segera berkendara menuju Apotek Flora.Hari ini, toko sepi. Melihat Nathan datang, Pasya langsung menyambutnya."Paman Pasya, maaf merepotkanmu!""Ng
"Aku pulang!""Kak Nathan, kamu sudah pulang!" Nadine sangat gembira saat melihat Nathan pulang."Ya, kalian lanjut nonton TV sana. Aku akan pergi meracik obat!"Nathan tersenyum lembut. Dia kembali ke kamar untuk mengambil beberapa bahan obat, lalu masuk ke ruang serbaguna.Barra mengikutinya. Setelah menutup pintu, Barra pun bertanya, "Kak Nathan, bukannya kamu menyuruhku datang untuk bertarung? Siapa yang harus kubunuh?""Nggak usah buru-buru, kalau mereka nggak berlutut di depan makam ibuku dan bunuh diri dalam waktu tiga hari, kita baru bertindak!""Ya, aku sudah nggak sabar! Wanita tua itu terus mengoceh, bising sekali," kata Barra."..."Nathan terdiam. Femmy memang sangat cerewet!Setengah jam kemudian, suatu aroma obat memenuhi ruang serbaguna. Melihat krim lengket berwarna hijau tua di dalam toples, Barra pun menelan air liur."Kak Nathan, obat yang kamu racik harum sekali!""Kak Barra, jangan sembarangan. Obat ini kubuat untuk menyembuhkan luka Nadine, nanti aku akan mentrak
Klub Superior, Parviz sedang bertelepon dengan pria misterius di Kota Kanari."Tuan, terima kasih atas bantuanmu. Kalau nggak, Keluarga Lutso pasti sudah hancur!" kata Parviz dengan terharu."Hmph! Apa kamu tahu berapa banyak usaha yang kukerahkan kali ini untuk membantu kalian!" seru pria misterius itu dengan nada dingin."Benarkah? Apa keturunan Keluarga Orlando sehebat itu?""Kamu nggak tahu apa-apa! Masalah ini sangat rumit. Biar kuberi tahu, kali ini seluruh perusahaan besar di Negara Geriya memang mengincar kalian berempat. Bahkan Istana Surgo pun terlibat!""Kurasa Nathan nggak akan menyerah begitu saja. Kalian harus lebih berhati-hati, lain kali aku mungkin nggak akan bisa menyelamatkan kalian lagi!" kata pria misterius."Tuan ... apa itu Istana Surgo?"Parviz kebingungan, tetapi orang di ujung lain sudah mengakhiri panggilan.Istana Surgo?Organisasi macam apa ini?Pria misterius itu terkesan sangat waspada, seolah-olah tidak ingin berurusan dengan Empat Keluarga Besar lagi!"
"Hehe, ini hanya sepersepuluh dari kekuatan tempur Barra!" kata Nathan sambil tersenyum.Tadi, Barra sama sekali tidak mengerahkan energi sejati. Kalau tidak, dengan keterampilan pencak silatnya, dia bisa membelah pohon setebal apa pun!"Wah!"Timo dikejutkan oleh ucapan ini. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Barra, lalu bertanya sambil tersenyum, "Kak Barra, apa kamu ingin bekerja paruh waktu? Jadi pengawalku, gajinya sebulan satu miliar?""Nggak tertarik!"Barra menolak dengan lugas, sepertinya dia lebih tertarik pada daging sapi depannya."Jangan langsung ditolak! Kalau satu miliar nggak cukup, bagaimana dengan dua miliar?"Timo sangat "menghargai orang berbakat". Kalau dia bisa memiliki pengawal sehebat Barra, kelak siapa yang berani menyinggungnya?Tak disangka, Barra tetap menggelengkan kepalanya. Tanggapannya ini membuat Timo merasa tertekan. Sepertinya Barra tidak tertarik dengan uang, jadi nanti malam dia berencana mengajak Barra pergi mencari gadis muda di klub!"Nggak mau
"Aku nggak merokok!" kata Barra sambil menggelengkan kepala."Kak Barra, pria mana boleh nggak merokok? Kalau seperti ini, kamu nggak akan punya teman!" desak Timo."Kalau begitu, aku akan mencobanya!"Setelah berkata demikian, Barra mencontohi cara Timo menyalakan dan mengisap rokok.Tindakannya membuat Timo tercengang.Orang biasa membutuhkan waktu beberapa menit untuk menghabiskan sebatang rokok. Namun, Barra menghabiskan separuh rokok dalam satu kali tarikan napas ....Artinya, dia hanya perlu mengisap dua kali untuk menghabiskan sebatang rokok?Barra mengisap sekali lagi dan hanya tersisa puntung rokok di tangannya. Dia menjentikkan jari tengahnya, lalu sisa abu di puntung rokok pun membentuk lengkungan indah di udara dan jatuh ke tanah."Timo, rokok ini nggak ada rasanya. Berikan satu lagi!" Barra belum sempat menikmati, tetapi rokok sudah habis."..."Timo hampir meneteskan air mata. Ini adalah rokok khusus, tidak bisa dibeli dengan uang!"Kak Barra, kalau kamu ingin merokok, ad
Mengalahkan musuh dengan satu serangan!Barra hanya melayangkan satu pukulan untuk mengalahkan lelaki tua itu.Dua lelaki tua yang tersisa saling memandang, lalu bergegas maju dengan garang. Mereka menyerang dari sisi berlawanan.Bahkan Timo yang berada di kejauhan pun dapat mendengar suara dentingan logam. Suara ini muncul ketika tinju atau tendangan para lelaki tua itu mengenai tubuh Barra!"Kak Nathan, apa Barra mengenakan rompi antipeluru?" tanya Timo dengan heran."Nggak! Tulang ahli pencak silat lebih keras dari baja, apalagi Barra adalah yang paling kuat di antara semuanya!"Suatu senyuman licik muncul di sudut mulut Nathan. Setiap melangsungkan pertarungan persahabatan dengan Barra, dia harus mengerahkan seluruh tenaga. Barra seperti tank berjalan, ahli bela diri biasa tidak akan sanggup melawannya!"Karim, aku sudah nggak sanggup bertahan, ayo kabur!"Saat ini, Barra melayangkan sebuah tinju seukuran panci ke arah salah satu lelaki tua dan lelaki tua itu pun berteriak histeris
Dua puluh menit kemudian, beberapa mobil van melaju datang dan berhenti di depan Nathan.Setelah itu, Sarhan turun dari mobil. Dia melihat sekeliling, lalu berlari menghampiri Nathan sambil berkata dengan hormat, "Pak Nathan, aku sudah datang! Kalau ada yang diperlukan, silakan perintah aku!""Baik, terima kasih! Bantu aku bereskan ketiga lelaki tua itu!" Nathan berbalik untuk menunjuk tiga orang yang terkapar di tanah.Saat ini, Sarhan baru menyadari ada tiga lelaki tua terbaring diam di atas tanah.Setelah melihat paras lelaki tua itu dengan jelas, dia menarik napas dalam-dalam."Bukannya mereka adalah pelindung Empat Keluarga Besar, semuanya ... mati?""Kamu kenal mereka?" tanya Nathan dengan tenang."Kenal!" Sarhan mengangguk, lalu menjelaskan, " Keluarga Colby dan Keluarga Lutso pernah berseteru, para lelaki tua ini datang dan akhirnya Keluarga Colby pun rugi!""Apa ada banyak pendekar seperti ini di Kota Nuansa?""Nggak banyak, setahuku selain Keluarga Colby, hanya ada empat lela
Manajer bergegas mendekat. Melihat Timo juga datang, dia pun tenang. Dia bahkan menyiapkan ruang pribadi terbaik untuk Timo dan menyuruh para gadis tercantik di klub pergi menemani mereka."Selamat datang, Tuan Muda Timo. Kalau Anda membutuhkan sesuatu, katakan saja!"Manajer itu tersenyum ramah. Dia tidak tahu Timo baru membuat bosnya marah besar!Timo tidak menanggapi, dia menoleh ke arah Nathan yang duduk di sampingnya."Kudengar ada kasino di Klub Superior, bolehkah kami bermain di sana?" tanya Nathan sambil tersenyum."Ternyata kalian ingin main kartu? Nggak masalah, biar kuantar!"Manajer itu mengangguk. Dia tidak peduli dengan status Nathan dan hanya menganggap Nathan sebagai teman Timo."Oh ya, Manajer, tolong aturkan dua gadis paling cantik untuk Kak Barra!"Setelah selesai berbicara, Timo tersenyum pada Barra sambil bertanya, "Kak Barra, apa dua cukup? Mau tambah nggak?""Lupakan soal wanita, kita bicarakan setelah Kak Nathan memenangkan semua uang di kasino!" kata Barra deng