Share

Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku
Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku
Author: Tri Afifah

Bab 1 ( Jangan Jatuh Cinta Padanya)

“M-menikah?” cicit Saras, melepas pelukan. Ia menatap wajah ayahnya yang terlihat begitu pucat, dan perasaan yang tidak ia pahami kembali merayap, menyesakkan dada. Kegelisahan itu bertambah saat matanya menyapu raut lelah sang ayah.

“Tapi, Ayah ... kenapa begitu mendadak?” Suaranya bergetar, mencari jawaban yang terasa semakin sulit ia pahami. “Aku ... aku belum siap, Ayah.”

Bagas hanya diam, memegang bahu Saras dengan tatapan penuh kepedihan, seolah setiap kata yang keluar adalah luka tersendiri baginya. “Ini sudah menjadi keputusan Ayah, Saras.” 

Kerutan di kening Saras semakin dalam. “Aku nggak mengerti ... Kenapa harus menikah? Apa karena—?” Tanyanya, dengan kebingungan dan ketakutan yang bercampur dalam dadanya.

Bagas memegang erat tangan Saras, memotong perkataan Saras dan menuntunnya duduk di sofa. “Ayah hanya ingin memastikan kau aman. Kau harus menikah dengan pria yang bisa melindungi, yang bisa menggantikan Ayah kalau ... kalau terjadi sesuatu.”

Saras terdiam. Kata-kata ayahnya tadi menggantung, seolah mengisyaratkan sesuatu yang tak ingin ia bayangkan. “Apa yang Ayah bicarakan? Apa maksud Ayah bisa menggantikan Ayah?!” Saras jelas tidak suka Ayahnya berbicara seperti itu, karena hanya Ayahnya lah yang saat ini Saras miliki, jadi Saras tidak ingin mendengar perkataan buruk yang keluar dari bibir sang Ayah. Pandangannya kabur karena air mata yang mulai menggenang. 

Di tengah kebisuan yang tiba-tiba mendera keduanya, Bagas kembali berujar, lebih lirih kali ini. “Saras, berjanjilah pada Ayah, kau akan menikah dengan pria yang bernama Liam. Malam ini juga.”

Ketika Saras mencoba memahami semuanya, hatinya berteriak, namun mulutnya hanya bisa terkatup. Kenapa semuanya terjadi secepat ini? Kenapa ia harus menikah dengan orang yang tak pernah ia kenal, apalagi ia cintai? Bahkan, dirinya sendiri tak pernah mengenal cinta. Ayahnya selama ini yang melindungi dan mengatur semua hidupnya, ia tak pernah punya kesempatan untuk melakukan segalanya sendiri, tak pernah tahu bagaimana menghadapi seseorang di luar keluarganya.

Dengan dada yang terasa semakin sesak, ia berbisik, “Baiklah, Ayah ... Aku akan melakukan apapun yang Ayah minta.” 

Di kepalanya, Saras terus berpikir apa alasan sang Ayah menikahkan dirinya dengan pria yang tidak ia kenal, beberapa kali Saras memang mendengar sang Ayah berbicara dengan penasihat perusahaan keluarganya tentang apa yang terjadi kepada perusahaan sang Ayah, tetapi Saras tetap tidak memahami hal itu.

Namun saat ia hendak bertanya lebih lanjut, tubuh ayahnya mendadak tersungkur dengan darah mengalir dari hidung.

"AYAH!"

**

Saras membawa sang Ayah ke rumah sakit, di rumah sakit, Saras berjalan mondar-mandir di depan ruang IGD, tubuhnya mulai gemetar. Dadanya terasa kosong. Ia selalu punya Ayah sebagai tempat bersandar, dan kini rasa takut kehilangan pria yang selalu ada untuknya sejak kecil membuat napasnya tersengal. Sekali lagi bayangan wajah pucat ayahnya terlintas, dan tanpa bisa ia cegah, air matanya mengalir deras.

“Kenapa semua ini harus terjadi, Ayah?” isaknya, seakan berbicara dengan diri sendiri. “Kenapa kau tidak pernah memberitahuku kalau semuanya seburuk ini?”

Kedua lututnya terasa lemas, dan ia terduduk di lantai, tubuhnya bergetar hebat. Tangisnya pecah, mengoyak keheningan di lorong rumah sakit. Ayahnya selalu ada untuk melindunginya dari dunia luar, dan sekarang, ia merasa seperti terlempar sendirian, tak punya arah.

“Sarastika?”

Suaranya tiba-tiba lenyap, ia mendongakkan kepala dan melihat sosok pria tinggi yang menatapnya tajam. Walaupun wajah pria itu tampan, namun sorot matanya tajam dan penuh ketegasan yang asing bagi Saras. Tubuhnya secara refleks gemetar, dan ia segera menunduk, berharap pria itu salah orang.

Namun, pria itu mendekat, tanpa sopan menarik tangannya hingga ia berdiri. “Ayahmu, Bagas Danuarta, menginginkan pernikahan ini sebagai permintaan terakhirnya.” ujarnya tegas. 

“M-maaf … sepertinya anda salah orang,” cicit Saras yang mulai memberanikan menatap pria yang ada di hadapannya.

“Liam Anjaswara. Ayahmu pasti sudah menyebutkan namaku kepadamu.” pria itu mengamati bagaimana perubahan ekspresi dari wajah wanita yang ada di hadapannya saat ini tanpa mengubah bagaimana sorot wajahnya yang dingin.

Saras jelas terkejut, ternyata secepat ini ia harus bertemu dengan pria yang Ayahnya katakan. Dengan segera, ia menghapus air mata yang di pipinya, wajahnya penuh dengan kebingungan.

“Malam ini, kau akan menjadi istriku. Dan kau tidak punya pilihan untuk menolak.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status