Selamat Pagi, di Sabtu bahagia ini. mudahan kita selalu diberikan kesehatan selalu. tolong support dengan memberikan vote dan komentarnya, ya teman-teman untuk Kisah Liam dan Saras ini. kalian juga bisa follow Tik Tok aku @triharfa Terimakasih ❤️
Saras mengangkat wajah, menatap manik hitam milik Liam yang terlihat begitu menakutkan. “Ikut denganku.” Liam kembali bersuara. Saras melirik sekilas pada Luna, wanita berambut pendek itu terlihat kesal namun tidak membantah ucapan Liam. tidak ingin membuat masalah baru, Saras mengikuti langkah suaminya yang meninggalkan Luna sendiri. Saras tidak tahu pasti kemana Liam akan membawanya pergi. gadis cantik yang kini duduk di samping Liam itu hanya dapat menerka-nerka apa yang akan terjadi setelah ini. begitu banyak hal yang Saras pikirkan, dan salah satunya adalah alasan ayahnya yang menikahkan dirinya dengan seorang pria dingin seperti Liam. “Ki-kita, akan-” “Kau akan mengetahuinya, jika kita sudah sampai.” Potong Liam tanpa berminat menatap wajah istrinya. Saras mengatupkan bibirnya, merasa menyesal telah berani bertanya. namun, rasa penasarannya kian membuncah saat mobil mulai memasuki jalanan yang sama sekali belum diaspal. Disamping jalanan masih ditumbuhi pepohonan yang men
Bawahan Liam menunduk hormat, lalu mulai menyeret tubuh kaku pria yang sudah dipastikan tidak bernyawa lagi. melihat ekspresi wajah Saras yang kian memucat, Liam menutup mata Saras dengan tangannya. Liam begitu yakin, jika kejadian ini sudah membuat Saras terguncang. “Ingat Saras, kau adalah istri Liam Anjaswara. ini bukanlah hal besar yang harus kau takuti.” Suara Liam terdengar begitu biasa saat mengatakan deretan kalimat yang memiliki arti tersendiri dan mampu membuat siapa saja merinding mendengarnya. setelah tubuh pria itu menghilang, Liam menjepit dagu Saras agar gadis itu menatapnya. “Si-siapa kau sebenarnya?” cicit Saras dengan mimik wajah ketakutan. bayangan Liam melepaskan tembakan dan mengenai tubuh pria itu masih terus berputar dalam otaknya. “Kau hanya cukup diam dan berada disampingku. hanya itu Sarastika, jadi jangan terlalu banyak berpikir dan bertanya. saat semuanya selesai-” “Liam!” Liam memandang wajah wanita yang baru saja memasuki rumah. “Jangan menyentuhny
Sarastika dapat bernapas lega saat Liam akan kembali membawanya kembali pulang dari tempat mengerikan ini. bagi Saras, rumah bergaya kuno dengan bangunannya menjulang tinggi itu bagaikan tempat eksekusi mati yang sudah dipersiapkan oleh Liam terhadap orang-orang yang tidak ia sukai. Saras memandang ke luar jendela, dimana Liam masih berada di depan pintu rumah tengah berbicara dengan Luna. sudah hampir setengah jam Saras berada di dalam mobil, namun Liam belum juga masuk. Pria itu seperti tengah membujuk kekasihnya yang sedang merajuk cemburu. karena Liam tidak juga masuk ke dalam mobil, Saras berinisiatif untuk turun. namun, belum sempat ia membuka pintu mobil tubuh tegap Liam sudah terlihat berjalan meninggalkan Luna. Saras kembali memperhatikan wajah Luna yang terlihat begitu sedih saat Liam meninggalkan dirinya. “Jalan!” kata Liam pada sang sopir saat ia sudah berada di dalam mobil. Sarastika menghela nafasnya, berada dalam mobil yang sama dengan Liam membuatnya seakan-akan s
Saras mencoba untuk tetap tenang, tidak terpengaruh dengan ucapan hina yang dilontarkan padanya.Ia masih ingat bagaimana guru yang ditugaskan oleh ayahnya menerangkan tentang berbagai sifat dasar manusia yang terkadang egois. walaupun terlahir dari keluarga kaya, ayahnya memberikan sebuah batasan sosial pada Saras. gadis berlesung pipi itu tidak pernah sekalipun pergi sendiri ke luar rumah tanpa pengawasan ayahnya. untuk sekolah sendiri, Saras harus belajar dari rumah. Home schooling adalah pilihan Bagas, entah apa alasannya. namun, Saras selalu menuruti kemauan ayahnya. setelah selesai menikmati makan malam, Liam dan Luna terlihat keluar ruangan meninggalkan Saras sendiri setelah Ibu Liam yang terlebih dahulu pergi. “Nyonya, anda ditunggu Tuan Liam di luar.” Kata pria yang Saras sendiri belum mengetahui namanya, namun Saras yakin pria ini adalah salah satu orang kepercayaan Liam. Ia selalu saja ada di manapun Liam berada, mungkin bisa dikatakan sebagai kaki tangan suaminya. “Aku
“A-aku bukan…aku mohon Liam, jangan lakukan hal itu. rasanya masih sakit!” Saras memohon agar Liam tidak melakukan hal yang nantinya akan membuat inti tubuhnya terasa nyeri. “Kau harus mengandung anakku.” Sahut Liam dengan raut wajah datar. Pria itu lantas menarik jubah mandi Saras, membuat gadis cantik itu hanya mampu menangis saat tubuhnya didorong ke arah ranjang. “Jangan Liam, aku mohon!” kali ini Saras berteriak lantang, menendang dan mendorong tubuh Liam yang hendak menindihnya. tapi, sia-sia saja karena gerakan Saras dapat ditahan dengan mudah oleh Liam. tanpa memberikan aba-aba, Liam langsung memusatkan keperkasaannya pada Saras dan hal itu membuat Saras kian menjerit kesakitan merasakan ngilu. tak hanya memompa tubuhnya dengan brutal, Liam pun mencium bibir Saras dengan kasar. Saras yang sudah kehabisan tenaga, akhirnya hanya dapat pasrah dan memejamkan matanya meresapi setiap rasa perih setiap kali Liam menyentuh kulitnya. setelah mendapatkan pelepasan yang sempurna, Lia
“Bukankah dia istrimu, lantas mengapa sampai membuatnya pingsan?” tanya seorang wanita seumuran dengan Ibu Liam yang tengah memeriksa kondisi Saras. gadis malang itu masih belum sadarkan diri sampai saat ini. “demamnya tidak terlalu tinggi, namun bisa saja bertambah sewaktu-waktu. sepertinya ada luka robekan di bagian…”sang wanita yang tidak lain adalah dokter pribadi keluarga Liam itu nampak mengurungkan niatnya untuk melanjutkan kata-katanya. Ia yakin, Liam sudah sangat mengerti arah bicaranya. “Jangan berhubungan dulu dalam waktu dekat ini. jika itu terjadi, aku tidak yakin dengan kondisi mental psikisnya nanti. wanita mana pun, pasti akan lebih suka dengan cara yang lebih manusiawi.” Liam hanya diam mendengarkan perkataan sang dokter tanpa berminat untuk bertanya lebih jauh mengenai kondisi istrinya itu. Ia juga tidak tersinggung dengan kata-kata dokter itu. “Baiklah, aku sudah meninggalkan resep yang harus kau beli. ingat kata-kata ku Liam, jangan menyakiti fisiknya lebih dari
Sarastika masih belum sepenuhnya percaya atas apa yang dikatakan oleh Liam. tiga hari? tidak mungkin ia pingsan selama itu. lantas, siapa yang menggantikan pakaiannya dan mengurusnya selama ini? Saras tak berani bertanya lebih banyak lagi, ia memilih untuk mengganti posisi tidur bersandar pada kepala ranjang. melihat raut wajah Saras yang terlihat berubah agak pucat, Liam memilih untuk meninggalkan gadis cantik itu sendiri didalam kamar. *** Viktor menatap lama layar ponselnya, senyumnya mengembang saat mendapati bahwa orang yang mengirimkan pesan adalah lawan bisnis bosnya. “Sesuai perkiraan anda, Tuan.” Liam yang sudah berada di Perusahaan hanya mengangguk kecil tanpa membalas ucapan Viktor. “Apa anda yakin akan melakukan cara ini?” Liam mengalihkan pandangannya pada foto pernikahannya bersama Saras yang berada di atas meja kerjanya. dalam foto itu, nampak Saras memaksakan senyumnya. “Jangan banyak bertanya, Viktor. aku tahu apa yang aku lakukan.” Viktor membungkuk hormat,
Hari yang dijanjikan Liam telah tiba, dimana Saras harus memenuhi syarat yang diajukan Liam. Saras diantar ke sebuah rumah yang cukup mewah. selama perjalanan, Saras tidak bertanya tentang keberadaan Liam pada Viktor yang ditugaskan untuk mengantarkannya. Ia cukup tahu diri dan tak ingin mengetahui dimana Liam berada. pikirannya sudah terlalu banyak dan hal itu cukup membuatnya pusing. entah hal apa yang akan terjadi padanya saat memasuki rumah yang terlihat tertutup rapat itu. “Seseorang sudah menunggu anda di dalam, nyonya.” Perkataan Viktor membuyarkan lamunannya, gadis cantik itu menatap Viktor yang membukakan pintu untuknya. “Siapa?” Viktor hanya membungkuk hormat, mempersilahkan agar Saras masuk ke dalam saat pintunya sudah terbuka lebar. tidak mendapatkan jawaban dari Viktor,Saras memantapkan hati. ia yakin putusannya ini adalah yang terbaik. Setidaknya Liam tidak akan lagi menyentuh tubuhnya. walau dengan perasaan berkecamuk, Saras tetap saja masuk ke dalam rumah. bersamaan
Liam, Saras, dan Luna berdiri di depan rumah, menunggu mobil yang akan membawa mereka ke tujuan mereka. Saras terlihat sedikit tidak nyaman, karena ia tidak ingin berada di dekat Luna.Tapi, Luna tidak peduli dengan perasaan mereka berdua. ia tersenyum dan berjalan menuju mobil, yang sudah keluar dari garasi tanpa menunggu Liam dan Saras."Kita harus pergi sekarang," Luna berkata, dengan suara yang terdengar sedikit manis. "Kalian pasti tidak ingin kita terlambat, kan?”Liam dan Saras terlihat sedikit tidak nyaman, tapi mereka berdua tidak ingin menunjukkan perasaan tidak nyaman itu. Mereka berdua berjalan menuju mobil, dengan Liam yang membuka pintu mobil untuk Saras.Tapi, sebelum Saras bisa masuk ke dalam mobil, Luna menerobos masuk kedalam mobil dan memilih duduk di belakang, bersama dengan Liam. Saras terlihat sedikit terkejut dan tidak nyaman, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa.Dengan terpaksa, Saras harus mengalah dan duduk di bangku depan bersama sopir. ia terlihat sediki
Liam terbangun dari tidurnya, merasa sedikit bingung dan tidak tahu dimana dirinya berada. ia memandang sekeliling dan menyadari bahwa ia tertidur di ruang tamu. TV masih dalam keadaan menyala, menampilkan acara pagi yang sedang berlangsung.Liam menggelengkan kepala, merasa sedikit malu karena telah tertidur di ruang tamu. ia memutuskan untuk pergi ke kamar untuk melihat Saras, berharap bahwa dia tidak terlalu marah padanya karena telah membuatnya merasa tidak nyaman semalam karena ucapannya yang menyinggung soal Danuarta dan Vinso.Saat Liam berjalan menuju kamar, ia melewati ruang dapur. ia mendengar seseorang sedang memasak, dan karena penasaran ingin melihat siapa yang berada di dapur, Liam akhirnya melangkahkan kakinya ke dapur.Saat ia memasuki dapur, ia terkejut melihat Saras yang terlihat sedang sibuk menggoreng sesuatu. Saras tidak menyadari kehadiran Liam, gadis cantik itu terus menggoreng dan tidak memperhatikan sekitar.Liam tersenyum, merasa senang melihat Saras yang ter
Saras dan Liam masih berada di meja makan, dengan makanan yang dimasak Saras terlihat lezat di depan mereka. Namun, belum satupun yang disentuh oleh keduanya. Mereka terlalu sibuk membahas tentang Vinso, dengan Liam yang menyinggung soal Vinso yang memiliki musuh banyak karena ia yang terlalu setia pada ayah Saras, Danuarta."Saras, kamu tau bahwa Vinso memiliki musuh banyak, bukan?" Liam bertanya, dengan suara yang terdengar sedikit serius.Saras mengangguk, dengan mata yang terlihat sedikit khawatir. "Ya, sebenarnya aku kurang tahu," dia berkata. "Tapi aku juga tidak yakin apa yang membuatnya memiliki musuh banyak."Liam tersenyum, "Vinso memiliki musuh banyak karena ia yang terlalu setia pada ayahmu, Danuarta," Liam berkata. "Ia tidak pernah ragu untuk membela ayahmu, bahkan jika itu berarti menghadapi bahaya."Saras terkejut, dengan mata yang terlihat sedikit lebar. "Apa yang kau maksud, Liam?" ia bertanya, dengan suara yang terdengar sedikit ragu.Liam mengambil napas dalam-dalam
Sore harinya, Saras sudah menyiapkan makanan untuk menyambut kedatangan Liam, suaminya. ia telah memasak beberapa hidangan favorit Liam, termasuk nasi goreng, ayam bakar, dan sayur-sayuran segar.Saras berdiri di depan meja makan, memeriksa kembali semua hidangan yang telah ia siapkan. Dia ingin pastikan bahwa semuanya sudah siap dan lezat untuk Liam.Saat ia memeriksa hidangan terakhir, ia mendengar suara pintu depan terbuka. Saras tersenyum dan berpaling ke arah pintu, menunggu Liam masuk ke dalam rumah.Liam masuk ke dalam rumah, dengan wajah yang terlihat sedikit lelah. ia telah memiliki hari yang sibuk di kantor, tapi semuanya itu menghilang melihat Saras berdiri di depan meja makan dengan hidangan yang lezat."Selamat datang, Liam," Saras berkata, dengan suara yang lembut. "Aku sudah menyiapkan makanan untukmu."Liam tersenyum dan berjalan ke arah Saras, memeluk tubuh istrinya itu dengan erat. "Terima kasih, Saras," ia berkata. "Aku sangat lapar dan aku tidak sabar untuk mencoba
Saras terkejut saat melihat Liam masuk ke dalam kamar, membawa nampan berisi nasi goreng dan segelas air putih. ia tidak menyangka bahwa Liam akan datang ke kamarnya, apalagi membawa makanan.Liam meletakkan nampan itu di atas Nakas dan duduk di kursi samping tempat tidur Saras. ia memandang ke arah Saras dengan mata yang terlihat sedikit lemah."Saras, aku minta maaf," Liam berkata, dengan suara yang lembut. "Aku salah mempercayai ucapan Ayah tentang dirimu. Aku tahu sekarang bahwa itu semua tidak benar."Saras terkejut dengan permintaan maaf Liam. ia tidak menyangka bahwa Liam akan meminta maaf padanya. ia merasa sedikit lega, tapi juga merasa sedikit sakit karena Liam telah mempercayai tuduhan Anjaswara tentang dirinya.Saras menangis, dengan air mata yang mengalir di wajahnya. Liam berdiri dan berjalan ke arah Saras. ia memeluk Saras erat. Saras merasa sedikit lega, karena Liam telah meminta maaf dan memeluknya."Aku minta maaf, Saras," Liam berkata, dengan suara yang lembut. "Aku
Danuarta menyetir mobilnya dengan hati-hati, sementara Vinso duduk di sebelahnya dengan wajah yang pucat. Mereka berdua tidak banyak berbicara selama perjalanan, karena Vinso masih terlalu lemah untuk berbicara.Saat mobil itu berhenti di tempat parkir rumah sakit, beberapa orang berbaju serba hitam terlihat menyambut kedatangan Danuarta. Mereka berdiri dengan tegak, dengan mata yang terlihat serius."Selamat datang, Pak Danuarta," salah satu dari mereka berkata, dengan suara yang hormat.Danuarta tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih," dia berkata. "Tolonglah saya membawa Vinso ke dalam ruangan UGD."Orang-orang berbaju hitam itu segera bergerak, membantu Vinso agar bisa keluar dari mobil. Mereka berhati-hati, karena Vinso masih terlalu lemah untuk berjalan sendiri.Salah seorang dari mereka membawa kursi roda, agar mempermudah membawa Vinso ke dalam ruangan UGD. Vinso merasa sedikit malu, karena ia tidak ingin menjadi beban bagi orang lain.Dalam hati, Vinso bertanya-tanya, siapak
Saras duduk bersandar pada kepala ranjang, dengan mata yang terlihat sedikit merah karena menahan air mata. ia tidak bisa mempercayai bahwa Liam bisa mempercayai tuduhan Anjaswara tentang dirinya. ia merasa seperti sedang ditikam dari belakang oleh orang yang ia cintai.Saras mencoba untuk meredam emosi, tapi ia tidak bisa menahan rasa sakit yang dia rasakan. ia merasa seperti sedang berada di dalam badai yang tidak terjelaskan. ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk membuat Liam mempercayainya.Di sisi lain, Liam berdiri bersandar pada dinding kamar dekat pintu, dengan mata yang terlihat sedikit merah karena menahan amarah. ia tidak bisa mempercayai bahwa Saras bisa memiliki hubungan spesial dengan Ricard. ia merasa seperti sedang kehilangan kepercayaan pada orang yang dia cintai.Liam mencoba untuk meredam rasa cemburunya, tapi dia tidak bisa menahan rasa sakit yang dia rasakan. Dia merasa seperti sedang berada di dalam kegelapan yang tidak terjelaskan. ia tidak tahu apa yang
Vinso berlari dengan cepat melalui hutan yang lebat, dengan napas yang terengah-engah dan keringat yang bercucuran di wajahnya. ia telah melarikan diri dari tempat penyekapan beberapa jam yang lalu, dan sekarang ia harus mencari tempat yang aman untuk bersembunyi.Saat dia berlari, dia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Vinso segera berhenti dan memutar tubuhnya, dengan hati yang berdebar-debar. Ia pikir itu salah satu orang jahat yang menyekapnya, dan dia siap untuk melawan.Tapi, saat ia melihat wajah orang yang berdiri di depannya, Vinso merasa seperti terkena petir. Wajah itu begitu familiar, begitu dicintai, dan begitu dirindukan. Vinso tidak percaya apa yang dia lihat, dan dia merasa seperti sedang bermimpi."Pak…anda" Vinso berbisik, dengan suara yang tergagap-gagap. "Apakah ini benar?"Danuarta,orang yang Vinso cintai dan rindukan, tersenyum dan mengangguk. "Ya, Vinso," Danuarta berkata, dengan suara yang lembut. "Aku telah mencarimu selama ini. aku khawatir tentangm
Viktor berjalan dengan cepat ke arah pintu rumah Liam, Viktor juga tidak terlalu memperhatikan orang-orang yang berjejer rapi yang menyambut kedatangannya. mereka juga begitu menghormati Viktor, sebagai tangan kanan Liam.Saat Viktor membuka pintu rumah, ia melihat Liam dan Saras yang sedang duduk di ruang tamu. Keduanya terlihat dalam keadaan kurang baik. hal itu, dapat dilihat bagaimana cara Saras menundukkan wajahnya.saat Liam melihat Viktor, ia terlihat cukup terkejut. "Viktor, apa yang terjadi?" Liam bertanya dengan suara yang pelan.Viktor memandang ke arah Liam. "Tuan Liam,maaf saya lancang dan harus berbicara dengan anda mengenai sesuatu yang penting,” jawab Viktor.Liam memandang ke arah Saras. "Saras, aku minta kau untuk menungguku di dalam kamar," Liam berkata dengan suara yang pelan. "Aku akan menyusulmu jika urusanku dengan Viktor selesai."Saras memandang ke arah Liam, lalu ke arah Viktor. ia terlihat cukup penasaran, tapi dia tidak bertanya apa-apa. ia hanya mengangguk