Bab 6 ( Sentuhan)

Saras hanya dapat pasrah, saat tubuh mungilnya dipaksa masuk kedalam mobil. ingin menolak, tapi Saras yakin bahwa dirinya belum mampu untuk melawan kekuatan Liam. harapannya untuk bisa pergi dari Liam, hilang saat pria yang menghampirinya pergi begitu saja.

Sesampainya di rumah, jantung Saras kembali berpacu dengan sikap Liam yang tak terduga. setelah keduanya berada di dalam kamar, Liam bersikap lembut pada Saras. pria itu membelai lembut rambut hitam milik Saras yang baru saja ia lepaskan ikatannya sehingga tergerai indah. Saras yang tidak terbiasa dengan interaksi seperti ini, begitu kalut dan tak memiliki kemampuan untuk merespon. namun, tatapan Liam yang sedikit melembut membuat suasana hati Saras sedikit aman.

“Pernah berciuman?”

Saras menelan ludahnya berulang kali, tak mampu berkata-kata. Pertanyaan Liam yang tiba-tiba itu membuat suasana hatinya kembali tak menentu. perlakukan di pesta tadi, sudah menunjukkan sifat Liam dan harusnya Saras tak boleh luluh hanya dengan tatapan lembut pria ini.

“Malam ini, kau harus melakukan hal itu. seperti yang dituliskan dalam kontrak,” ucapan Liam terdengar begitu lembut namun memiliki arti yang membuat hidup Saras seperti diambang kehancuran.

Saras menggeleng, berusaha mati-matian agar tidak meneteskan air matanya. Ia belum siap untuk kehilangan sesuatu yang harusnya ia persembahkan untuk pria yang benar-benar tulus padanya.

“Apa kita bisa menundanya, a-”

Belum sempat Saras menyelesaikan ucapannya, Liam mencium bibir Saras dengan begitu cepat. Saras tak siap, gadis cantik itu berusaha untuk mendorong tubuh Liam agar menjauh, tapi hal itu tidak berarti apa-apa. Semakin ia berusaha untuk melepaskan ciuman, semakin dalam dan intens ciuman itu terasa. detak jantungnya kian berpacu, bukan karena merasa nyaman dengan ciuman ini. melainkan karena rasa marah yang membuncah di dada. marah karena sikap kurang ajar Liam dan juga marah karena dirinya tak mampu untuk melawan. Saras dapat merasakan bagaimana sentuhan tangan Liam yang mulai turun menarik resleting gaunnya. dengan sekali tarikan, gaun hitam itu jatuh teronggok di lantai.

“Hentikan, aku mohon-” lirihnya seraya menatap wajah tampan Liam. Pria itu tidak merespon ucapan Saras, pandangannya justru tertuju pada tubuh Saras yang nyaris tak memakai apapun. dengan masih bersikap tenang, Liam menggendong tubuh Saras ke atas tempat tidur.

“Rileks, sehingga tidak akan terasa sakit.”

“Aku mohon, jangan lakukan itu…”

“Kau sudah menandatangani surat perjanjian nya, jadi nikmati saja!” Liam mengecup lembut kening Saras, lalu mulai melucuti pembungkus terakhir yang masih menempel pada tubuh Saras.

“Henn-akhhh!!” Saras tak mengerti apa yang dilakukan oleh Liam, yang ia rasakan hanyalah sebuah sentuhan lembut pada bagian intinya dan hal itu membuat tubuhnya bergetar hebat. belum pernah ada yang melakukan hal itu dan Saras begitu terkejut dan lemas dengan perbuatan yang dilakukan oleh Liam.

Liam tersenyum tipis menatap gadis lugu di bawahnya ini yang tengah mendesah. hanya dengan sentuhan tangan saja, gadis ini sudah begitu pasrah. tak ingin larut dalam mengagumi keindahan tubuh istrinya, Liam bergegas untuk mengeluarkan senjata terakhirnya dan menerobos masuk kedalam tempat terdalam yang dimiliki oleh Saras.

Saras meneteskan air mata, sambil menggigit bibir bawahnya. rasa perih dan panas mulai ia rasakan dibagian inti tubuhnya. namun Liam tak peduli. Ia terus saja memompa tubuhnya agar mendapatkan hasil maksimal. Ia ingin menanam benihnya dan tak perlu memberikan kenikmatan lebih pada Saras.

Setelah berhasil meraih kesucian yang dimiliki oleh Saras, Liam bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju ke arah kamar mandi. Ia hampir saja melupakan hal penting yang harus ia lakukan malam ini. seharusnya tadi ia lebih cepat melakukan hubungan badan dengan Saras, jadi tidak banyak waktu yang terbuang. walaupun, sebenarnya Liam tidak menampik jika apa yang baru saja ia lakukan pada sarastika mampu membuat tubuhnya bertambah lebih segar.