Share

Bab 5 ( Ceraikan aku, Liam Anjaswara! )

Malam harinya, Saras sengaja menunggu kedatangan Liam untuk makan malam. walaupun jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, gadis itu berusaha untuk tetap terjaga dan tidak tidur saat Liam pulang. selang beberapa saat kemudian, terdengar suara pintu terbuka.

“Kau sudah datang? Akan aku panaskan masakannya, tunggu—”

Pria itu terlihat tidak berminat sama sekali. Liam hanya diam tanpa melihat ke arah Saras dan melanjutkan langkahnya menuju ke kamarnya. Saras hanya mampu tersenyum masam menatap makanan yang sudah ia siapkan akan terbuang percuma. Saras mengusap kasar air matanya, rasa benci dan cinta yang ia rasakan bersamaan sungguh membuat hatinya begitu terluka. merasa hal yang dilakukannya dianggap tidak berarti apa-apa bagi Liam, Saras memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

“Malam ini, kau harus ikut denganku.” ucap Liam saat memasuki kamar Saras yang masih terbuka lebar. walaupun mereka sudah menikah, tapi keduanya tidak pernah berada di kamar yang sama. Liam memutuskan untuk tidak satu kamar dengan istrinya itu.

“Kemana?” tanya Saras ragu. 

“Jangan banyak bertanya, pakai baju ini. Aku menunggumu di luar,” ucap Liam singkat, menyodorkan gaun malam hitam kepada Saras.

Sarastika menatap gaun itu dengan tak suka. Meski bagian depan gaun tampak tertutup, bagian belakangnya terbuka lebar, membuatnya merasa risih. Namun, dengan berat hati, ia tetap mengenakannya. Setelah memoles sedikit riasan dan menguncir rambutnya, Saras berjalan keluar.

Liam berdiri di bawah tangga, tatapannya datar. Saras memaksakan senyum, meski perasaannya tidak tenang. 

Ternyata mereka menghadiri sebuah pesta, Saras turun dengan balutan dres berwarna hitamnya, menampilkan sosok anggun.

Di pesta, ia merasa canggung dan takut, terutama saat mendengar beberapa tamu bergosip merendahkannya.

“Bukankah dia anak mendiang Bagas? Benar-benar tidak tahu malu.” Salah satu tamu menyindirnya tajam. Saras menunduk, menahan sakit hati. Meski Liam mendengar semua itu, ia tampak tidak peduli, bahkan melepaskan genggaman tangannya.

Saat seorang wanita, Luna, mendekati Liam dengan senyum manis dan memeluknya, Saras merasa semakin terasing. Ibu Liam, Rosa, turut menghina dan menyiramkan minuman ke wajahnya, mengusir Saras dengan kasar. “Pergilah dari sini! Kau memalukan keluarga kami.”

Tersentak dengan perlakuan itu, Saras berbalik dan berlari keluar, setengah terisak. Kakinya yang terluka kembali tersiram sup panas ketika seseorang mendorongnya. Rasa sakit menjalar di seluruh tubuhnya, tapi tidak ada yang menolong. Dengan susah payah, Saras berdiri dan tertatih-tatih meninggalkan pesta itu, air matanya tak terbendung.

Di tengah perjalanan, ia merasa hancur. “Mengapa aku harus berharap pada pria seperti Liam?” gumamnya, sambil melepas sepatu dan berjalan tanpa arah. Tiba-tiba, ia mendengar suara mobil mendekat dari belakang. Liam keluar, berjalan mendekat dengan sikap arogan.

“Masuk,” ucapnya tegas.

Saras menggeleng, menolak permintaan Liam. “Aku ingin bercerai, Liam. Kau bebas bersama wanita itu,” kata Saras dengan tegas, meski ia merasa takut.

Saat itu, seorang pria yang kebetulan lewat melihat mereka. “Apa yang terjadi di sini?” tanyanya. Saras berusaha meminta bantuan, tetapi Liam mendekat, menatap pria itu dengan penuh ancaman.

“Ini urusanku dengan istriku. Jadi, menyingkirlah.” ujar Liam tajam, membuat pria itu mundur dan meninggalkan mereka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status