Share

Bab 3 ( Kepergian Ayah)

Penulis: Tri Afifah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-03 10:52:14

Saat Liam keluar dari kamar mandi dengan wajah segar, ia langsung mengambil sebuah berkas tebal dari laci di samping tempat tidur dan menyerahkannya pada Saras yang masih berdiri bingung di tengah kamar.

Saras yang melihatnya pun tertegun, Liam hanya mengenakan handuk yang menutupi bagian bawahnya, dengan air yang masih mengalir di tubuh kekarnya.

“Pahami dan tanda tangani,” ucap Liam datar, membuyarkan pikiran kotor Saras. Liam berbicara dengan tatapan serius yang nyaris menembus pertahanan Saras.

Saras ragu saat membuka halaman pertama. Tulisan di kontrak itu terasa sangat formal, kaku, dan jauh dari pernikahan yang selama ini ia bayangkan. Tanpa menyentuh tempat tidur, ia berdiri sambil membaca beberapa poin awal.

Saras mengerutkan kening, merasa sedikit lega karena ia pikir pernikahan ini tidak akan melibatkan hal yang lebih jauh. Namun, semakin ia membaca, perasaannya berubah menjadi semakin bingung dan tidak nyaman. Saras kira, setelah menikah, Liam akan meminta mereka untuk tidur terpisah, ternyata tidak.

Tidak ada penjelasan tentang mengapa ia harus berada satu kamar dengan Liam, tetapi jelas sekali Liam tidak ingin mereka tinggal terpisah. Hal itu membuat Saras merasa seperti terjebak dalam aturan yang penuh kontrol, yang ia sama sekali tidak siap untuk menghadapinya.

Dengan tangan gemetar, Saras melanjutkan ke halaman berikutnya dan menemukan poin yang membuat darahnya membeku seketika.

Saras terpaku membaca kalimat itu berulang-ulang, seolah tidak percaya dengan apa yang dibacanya. Mengapa poin ini harus ada? Pernikahan kontrak ini seharusnya tidak melibatkan kedekatan seperti itu, bukan?

Ia mendongak dengan wajah pucat, menatap Liam yang kini duduk santai sambil mengawasinya dengan ekspresi datar. “Keturunan? Maksudmu, aku harus …?” Suaranya hilang, tidak mampu melanjutkan kalimatnya.

Liam tetap tenang. “Ya, itu bagian dari kontrak ini. Aku tidak membutuhkannya sekarang, tapi itu syarat yang tidak bisa dihindari dalam keluarga kami. Pernikahan ini memang di atas kertas, tapi ada kewajiban yang harus tetap kau penuhi.”

Saras semakin terpukul. “Tapi aku … aku tidak siap untuk ini. Aku hanya setuju menikah karena kondisi ayahku. Kenapa ini harus menjadi bagian dari pernikahan kita?”

“Ini bukan hanya soal ayahmu,” balas Liam tegas, matanya menatap Saras dengan intensitas yang membuatnya semakin terpojok. “Jika kau setuju dengan pernikahan ini, maka kau harus mematuhi seluruh syarat di dalam kontrak.”

Saras merasa napasnya sesak, ketegangan menyelimuti setiap sudut ruangan. “Berikan aku waktu,” pintanya, suaranya terdengar nyaris putus asa.

“Tidak ada banyak waktu, dan kontrak ini harus disepakati malam ini juga,” ujar Liam tanpa sedikit pun menunjukkan simpati.

Saras tak bisa menolak. Ia tahu, keadaan ayahnya yang kini membutuhkan dukungan membuatnya tak punya pilihan lain. Dengan tangan bergetar, ia menandatangani berkas itu, merasa seolah dirinya baru saja menyerahkan kebebasannya.

**

Liam memenuhi janjinya mengantar Saras ke rumah sakit. Dengan langkah tergesa, Saras berharap bisa menceritakan pada ayahnya bahwa Liam bukan pria yang bisa diandalkan untuk melindunginya. Namun, saat tiba di depan ruang IGD, dokter yang merawat ayahnya menghampiri.

“Maaf, Nona. Kami sudah berusaha sebaik mungkin, tapi ayah Anda telah meninggal dunia,” ucap dokter dengan penuh simpati. “Ayah anda sudah dipindahkan ke ruang jenazah.”

Saras mematung, kenyataan ini menghantamnya keras. Air mata membasahi pipinya saat ia dengan kaki lemas melangkah ke ruang jenazah. Di sana, ia berhadapan dengan tubuh ayahnya yang kini hanya terbujur kaku di bawah kain putih.

Dengan tangan gemetar, Saras membuka kain itu, menatap wajah ayahnya yang pucat. Tangisnya pecah, tubuhnya bergetar saat ia merengkuh tubuh dingin itu. “Ayah ... kenapa kau meninggalkanku? Bawa aku bersamamu … Jangan tinggalkan aku!” isaknya semakin pilu.

Liam hanya diam, memperhatikan dari jarak dekat. Ia tidak memberikan kata yang membuat Saras tenang, hanya berdiri mengawasi, seakan tenggelam dalam pikirannya sendiri. Perlahan ia keluar, membiarkan Saras sendiri di ruangan itu. 

Saras meminta sang Ayah untuk dimakamkan di makam keluarganya. Hal itu disetujui oleh Liam, dan Liam menyuruh beberapa orang untuk menyiapkan pemakaman.

Setelah pemakaman usai dan para peziarah pergi, Saras tetap berdiri di depan nisan ayahnya, menatap gundukan tanah yang masih basah. Di kepalanya, berputar-putar kenangan tentang ayahnya yang dulu melindunginya, meski penuh aturan ketat. Sekarang, ia merasa sendirian, tak tahu harus melangkah ke mana. Apakah ucapan ayahnya benar? Apakah Liam bisa melindunginya?

Tengah tenggelam dalam pikirannya, Saras dikejutkan oleh tarikan kasar Liam yang menyuruhnya berdiri. Tanpa berkata sepatah pun, pria itu memaksanya pergi dari pemakaman dengan cepat. Bahkan di hadapan makam ayahnya, Liam tak bisa bersandiwara sebagai pria baik.

Saras tersenyum masam, menertawakan nasibnya yang semakin getir. “Ayah, besok aku akan datang lagi. Aku janji.” gumamnya pelan, sebelum kalimatnya terpotong oleh tarikan Liam yang tidak sabar. Ia hanya bisa pasrah, menguatkan diri untuk apa pun yang menantinya di masa depan.

Di dalam mobil, Saras berusaha mengendalikan emosi. “Kemana kau akan membawaku?” tanyanya lirih.

Liam hanya menatapnya sekilas tanpa menjawab. Saat Saras hendak bicara lagi, pintu mobil ditutup dengan kasar, membuatnya tersentak.

“Jalan!” perintah Liam dingin pada sopirnya. Melihat sikap dingin Liam, Saras memilih diam. Rasanya tidak ada gunanya bertanya lebih lanjut pada pria yang kini menjadi suaminya namun sama sekali tidak menunjukkan simpati.

Bab terkait

  • Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku    Bab 4 ( Sikap Dingin Suamiku)

    Setibanya di rumah keluarga Liam, dia tidak membuang waktu dan langsung masuk, ditemani oleh Saras yang mengekor di belakang.Saras hanya bisa mengikuti Liam tanpa mengucapkan sepatah kata pun saat pria itu berjalan memasuki rumah mewah yang belum pernah ia lihat sebelumnya.“Sudah pulang setelah membuat skandal baru dengan menikahi gadis bodoh ini!” Sambutan itu memang diarahkan pada Liam, tapi Saras bisa melihat jelas pandangan sinis dari wanita paruh baya itu tertuju padanya.Liam yang menerima pesan dari ibunya untuk pulang ke rumah keluarga. Hal itu yang membuat wajahnya mengeras.Liam tampak acuh, terus melangkah melewati ibunya tanpa memperdulikannya.“Kau tidak akan mendapatkan apa-apa dengan menikahi keluarga Danuarta! Apalagi tua bangka itu sudah mati. Apa yang akan kau dapatkan, Liam?” Wanita itu mengalihkan tatapannya kepada Saras yang masih tertegun atas teriakan yang diterimanya.Saras menggigit bibirnya, merasakan nyeri di dadanya mendengar hinaan tentang kematian sang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku    Bab 5 ( Ceraikan aku, Liam Anjaswara! )

    Malam harinya, Saras sengaja menunggu kedatangan Liam untuk makan malam. walaupun jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, gadis itu berusaha untuk tetap terjaga dan tidak tidur saat Liam pulang. selang beberapa saat kemudian, terdengar suara pintu terbuka.“Kau sudah datang? Akan aku panaskan masakannya, tunggu—”Pria itu terlihat tidak berminat sama sekali. Liam hanya diam tanpa melihat ke arah Saras dan melanjutkan langkahnya menuju ke kamarnya. Saras hanya mampu tersenyum masam menatap makanan yang sudah ia siapkan akan terbuang percuma. Saras mengusap kasar air matanya, rasa benci dan cinta yang ia rasakan bersamaan sungguh membuat hatinya begitu terluka. merasa hal yang dilakukannya dianggap tidak berarti apa-apa bagi Liam, Saras memutuskan untuk kembali ke kamarnya.“Malam ini, kau harus ikut denganku.” ucap Liam saat memasuki kamar Saras yang masih terbuka lebar. walaupun mereka sudah menikah, tapi keduanya tidak pernah berada di kamar yang sama. Liam memutuskan untuk tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku    Bab 6 ( Sentuhan)

    Saras hanya dapat pasrah, saat tubuh mungilnya dipaksa masuk kedalam mobil. ingin menolak, tapi Saras yakin bahwa dirinya belum mampu untuk melawan kekuatan Liam. harapannya untuk bisa pergi dari Liam, hilang saat pria yang menghampirinya pergi begitu saja.Sesampainya di rumah, jantung Saras kembali berpacu dengan sikap Liam yang tak terduga. setelah keduanya berada di dalam kamar, Liam bersikap lembut pada Saras. pria itu membelai lembut rambut hitam milik Saras yang baru saja ia lepaskan ikatannya sehingga tergerai indah. Saras yang tidak terbiasa dengan interaksi seperti ini, begitu kalut dan tak memiliki kemampuan untuk merespon. namun, tatapan Liam yang sedikit melembut membuat suasana hati Saras sedikit aman.“Pernah berciuman?”Saras menelan ludahnya berulang kali, tak mampu berkata-kata. Pertanyaan Liam yang tiba-tiba itu membuat suasana hatinya kembali tak menentu. perlakukan di pesta tadi, sudah menunjukkan sifat Liam dan harusnya Saras tak boleh luluh hanya dengan tatapan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku    Bab 7 ( Alergi)

    Saras hanya mampu menangis dalam diam, ia memperhatikan tubuh polos Liam yang terlihat memasuki kamar mandi. Saras merasa begitu perih bagian inti tubuhnya terlebih luka di pesta tadi juga semakin terasa berdenyut. Saras sama sekali tidak menyangka jika Liam akan melakukan hal itu secepat ini, sungguh pria itu tidak memiliki hati. memperlakukan dirinya seperti ini. Saras menggeser posisi tubuhnya duduk bersandar pada kepala ranjang, matanya kembali memanas saat pandangannya tertuju pada seprei ranjang yang ternoda oleh bercak darah. Saras menggeleng lemah, mendapati bahwa dirinya sudah tidak suci lagi. Malam ini, keperawanannya direnggut paksa oleh suaminya sendiri. mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, Saras buru-buru membungkus tubuh polosnya dengan selimut. “Ada sesuatu yang harus aku kerjakan, jangan menunggu kedatangan ku. istirahat saja.” Ucap Liam saat sudah berada di sisi ranjang, matanya sempat menatap sprei putih yang ada bercak darahnya. Sarah tidak menjawab, ia hanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku    Bab 8 ( Jangan Menguji kesabaran ku)

    Saras mengangkat wajah, menatap manik hitam milik Liam yang terlihat begitu menakutkan. “Ikut denganku.” Liam kembali bersuara. Saras melirik sekilas pada Luna, wanita berambut pendek itu terlihat kesal namun tidak membantah ucapan Liam. tidak ingin membuat masalah baru, Saras mengikuti langkah suaminya yang meninggalkan Luna sendiri. Saras tidak tahu pasti kemana Liam akan membawanya pergi. gadis cantik yang kini duduk di samping Liam itu hanya dapat menerka-nerka apa yang akan terjadi setelah ini. begitu banyak hal yang Saras pikirkan, dan salah satunya adalah alasan ayahnya yang menikahkan dirinya dengan seorang pria dingin seperti Liam. “Ki-kita, akan-” “Kau akan mengetahuinya, jika kita sudah sampai.” Potong Liam tanpa berminat menatap wajah istrinya. Saras mengatupkan bibirnya, merasa menyesal telah berani bertanya. namun, rasa penasarannya kian membuncah saat mobil mulai memasuki jalanan yang sama sekali belum diaspal. Disamping jalanan masih ditumbuhi pepohonan yang men

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku    Bab 9 ( Pembawa Sial)

    Bawahan Liam menunduk hormat, lalu mulai menyeret tubuh kaku pria yang sudah dipastikan tidak bernyawa lagi. melihat ekspresi wajah Saras yang kian memucat, Liam menutup mata Saras dengan tangannya. Liam begitu yakin, jika kejadian ini sudah membuat Saras terguncang. “Ingat Saras, kau adalah istri Liam Anjaswara. ini bukanlah hal besar yang harus kau takuti.” Suara Liam terdengar begitu biasa saat mengatakan deretan kalimat yang memiliki arti tersendiri dan mampu membuat siapa saja merinding mendengarnya. setelah tubuh pria itu menghilang, Liam menjepit dagu Saras agar gadis itu menatapnya. “Si-siapa kau sebenarnya?” cicit Saras dengan mimik wajah ketakutan. bayangan Liam melepaskan tembakan dan mengenai tubuh pria itu masih terus berputar dalam otaknya. “Kau hanya cukup diam dan berada disampingku. hanya itu Sarastika, jadi jangan terlalu banyak berpikir dan bertanya. saat semuanya selesai-” “Liam!” Liam memandang wajah wanita yang baru saja memasuki rumah. “Jangan menyentuhny

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku    Bab 10 ( Gaun itu Untukku?)

    Sarastika dapat bernapas lega saat Liam akan kembali membawanya kembali pulang dari tempat mengerikan ini. bagi Saras, rumah bergaya kuno dengan bangunannya menjulang tinggi itu bagaikan tempat eksekusi mati yang sudah dipersiapkan oleh Liam terhadap orang-orang yang tidak ia sukai. Saras memandang ke luar jendela, dimana Liam masih berada di depan pintu rumah tengah berbicara dengan Luna. sudah hampir setengah jam Saras berada di dalam mobil, namun Liam belum juga masuk. Pria itu seperti tengah membujuk kekasihnya yang sedang merajuk cemburu. karena Liam tidak juga masuk ke dalam mobil, Saras berinisiatif untuk turun. namun, belum sempat ia membuka pintu mobil tubuh tegap Liam sudah terlihat berjalan meninggalkan Luna. Saras kembali memperhatikan wajah Luna yang terlihat begitu sedih saat Liam meninggalkan dirinya. “Jalan!” kata Liam pada sang sopir saat ia sudah berada di dalam mobil. Sarastika menghela nafasnya, berada dalam mobil yang sama dengan Liam membuatnya seakan-akan s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku    Bab 11 ( Tidak Perlu Sebuah Alasan)

    Saras mencoba untuk tetap tenang, tidak terpengaruh dengan ucapan hina yang dilontarkan padanya.Ia masih ingat bagaimana guru yang ditugaskan oleh ayahnya menerangkan tentang berbagai sifat dasar manusia yang terkadang egois. walaupun terlahir dari keluarga kaya, ayahnya memberikan sebuah batasan sosial pada Saras. gadis berlesung pipi itu tidak pernah sekalipun pergi sendiri ke luar rumah tanpa pengawasan ayahnya. untuk sekolah sendiri, Saras harus belajar dari rumah. Home schooling adalah pilihan Bagas, entah apa alasannya. namun, Saras selalu menuruti kemauan ayahnya. setelah selesai menikmati makan malam, Liam dan Luna terlihat keluar ruangan meninggalkan Saras sendiri setelah Ibu Liam yang terlebih dahulu pergi. “Nyonya, anda ditunggu Tuan Liam di luar.” Kata pria yang Saras sendiri belum mengetahui namanya, namun Saras yakin pria ini adalah salah satu orang kepercayaan Liam. Ia selalu saja ada di manapun Liam berada, mungkin bisa dikatakan sebagai kaki tangan suaminya. “Aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04

Bab terbaru

  • Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku    Bab 95 ( Ibumu Mengetahui Hubungan Kita, Ricard! )

    Saras berjalan menyusuri koridor rumah sakit, mencari kantin untuk mengisi perut yang kosong. Namun, dia urungkan niatnya dan memutuskan mencari alternatif di luar.ia keluar dari rumah sakit dan menatap jalan raya yang sibuk. Rumah makan kecil di seberang jalan menarik perhatiannya. Saras mengambil napas dalam-dalam dan menyeberang jalan, memperhatikan lampu lalu lintas yang masih merah. walaupun dalam keadaan seperti ini, ia harus memikirkan tentang Liam dan ayah mertuanya, mereka harus tetap menjaga kesehatan dengan tidak melupakan makan. Saat ia menginjakkan kaki di tengah jalan, sebuah mobil melaju cepat dari arah kiri, mengabaikan lampu merah. Saras terkejut dan berhenti sejenak, tidak bisa bergerak.Seorang pria yang berjalan di belakangnya bereaksi cepat. ia menarik Saras ke belakang, menyelamatkannya dari tabrakan maut. Mobil tersebut melaju terus, tanpa meminta maaf.Saras terengah-engah, jantungnya berdebar kencang. "Terima kasih... saya hampir saja..." katanya pada pria i

  • Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku    Bab 94 ( Operasi Ibu)

    Liam dan Saras berdiri di luar ruang ICU, memandang melalui jendela kaca yang besar. Mereka bisa melihat Rosa terbaring lemah di atas tempat tidur, dikelilingi peralatan medis canggih yang berderak-derak. Suasana di luar ruangan terasa tegang dan khawatir. Di dalam ruangan ICU, dokter dan tim medis bekerja cepat dan terkoordinasi. Dokter Amir, seorang dokter spesialis jantung, memimpin tim untuk menyelamatkan Rosa. Dia memerintahkan perawat untuk memeriksa tekanan darah dan denyut jantung Rosa. Perawat yang berpengalaman, segera memeriksa tekanan darah Rosa dengan alat monitor. "Tekanan darahnya 80/60 mmHg, dokter!" katanya dengan cepat. Dokter Amir mengangguk. "Berikan dia transfusi darah dan oksigen sekarang juga! Kita harus meningkatkan tekanan darahnya." Perawat yang bertugas mengatur peralatan medis, segera mengaktifkan mesin transfusi darah. Suara mesin tersebut berderak-derak, menunjukkan proses transfusi sedang berlangsung. Dokter Amir memeriksa monitor jantung Rosa. "Deny

  • Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku    Bab 93 ( Dimana Sebenarnya, Kau Ricard? )

    Klinik yang didatangi oleh Liam dan Saras terletak di jantung kota, dengan penampilan arsitektur bangunan yang modern dan elegan. Liam dan Saras tiba di klinik pada pagi hari, dengan senyum hangat dan harapan baru. Mereka berjalan melalui koridor yang bersih dan tenang, menuju ruang penerimaan pasien.Saras mengenakan gaun sederhana namun elegan, menonjolkan kehamilannya yang masih dini. Liam memegang tangannya, memberikan dukungan dan kasih sayang. "Semuanya akan baik-baik saja," katanya, dengan senyum tenang.Di ruang penerimaan, perawat cantik menyambut mereka dengan ramah. "Selamat pagi, Nyonya Saras. Silakan mengisi formulir pendaftaran."Saras mengisi formulir dengan hati-hati, sementara Liam memperhatikan sekeliling ruangan. Dekorasi yang hangat dan nyaman membuatnya merasa tenang.Setelah mengisi formulir, mereka dipanggil ke ruang USG. Dokter spesialis kehamilan, Dr. Amelia, menyambut mereka dengan senyum. "Selamat pagi, Nyonya Saras. Mari kita lihat perkembangan janin Anda."

  • Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku    Bab 92 ( Mereka Harus Membayarnya, Rasa Sakit Hatiku! )

    Kamar Luna terasa sunyi dan gelap, hanya cahaya remang dari lampu meja menerangi wajahnya yang penuh kesedihan. Ia duduk di atas tempat tidur, memandang kekosongan dengan mata yang terlihat lelah dan penuh air mata.Ingatannya kembali pada saat Richard membawanya ke mall dengan janji belanja apa pun yang diinginkan. Luna terlihat bahagia, memilih gaun dan perhiasan dengan senyum ceria. Tapi, semuanya berubah ketika Richard membawanya ke sebuah klinik terpencil di luar kota.Luna mengingat ekspresi Richard yang berubah, dari senyum menjadi serius dan dingin. "Kita harus melakukan ini, Luna," katanya, suaranya tidak bisa diganggu gugat.Luna merasa cemas, tetapi Richard tidak memberinya pilihan. Ia dipaksa untuk melakukan tindakan aborsi, meninggalkan kesedihan dan trauma yang mendalam.Luna berbaring di meja operasi klinik yang terpencil, dikelilingi oleh dokter-dokter bayaran Richard yang terlihat dingin dan tidak berperasaan. Cahaya lampu operasi memancarkan cahaya terang, membuatnya

  • Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku    Bab 91 ( Pria Bertopeng)

    Liam dan Saras memasuki rumah, mencari ketenangan setelah hari yang melelahkan. Mereka berjalan pelan, menuju ruang tamu. Namun, keheningan itu tidak berlangsung lama. Suara tembakan bergemuruh di halaman rumah, membuat mereka berdua terkejut. Liam langsung melindungi Saras, memeluknya erat. "Jangan khawatir, aku ada disini," katanya. Anak buah Liam bergegas keluar, menghadapi penyerang. Tembak-tembakan berlangsung beberapa menit, membuat suasana semakin tegang. Saras memejamkan mata, berdoa agar keadaan segera mereda. Tiba-tiba, suara tembakan berhenti. Hening. Liam melepaskan pelukannya, menatap Saras. "Aku akan memeriksa keadaan," katanya. Saras mengangguk, masih terlihat ketakutan. Liam berjalan keluar, menuju halaman. Anak buahnya sudah mengamankan area. "Siapa yang menyerang kita?" Liam bertanya. Salah satu anak buahnya, Riko, menjawab, "orang itu mengenakan topeng, Pak. Kami tidak bisa mengenali wajahnya." Liam menggigit gigi. "Cari informasi tentang penyerang ini. Aku in

  • Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku    Bab 90 ( Jejak Vinso )

    Saras berjalan santai di dalam mall, menikmati suasana yang ceria dan penuh warna. Ia berencana membeli perlengkapan bayi untuk persiapan kelahiran anaknya. Sopir Liam, Pak Tono, menunggu di parkiran, siap mengantar Saras kembali ke rumah. sebenarnya Liam kurang setuju, karena ia ingin menemani Saras. tapi, karena pekerjaan kantor yang begitu menumpuk membuat Liam harus mengalah dan memberikan izin pada Saras pergi sendiri.Saras memasuki toko perlengkapan bayi, matahari yang masuk melalui kaca patri membuat suasana toko semakin hangat. Ia mulai memilih-milih perlengkapan bayi, dari baju hingga mainan.Saat memilih baju bayi yang lucu, matanya tidak sengaja melihat siluet tubuh seseorang yang ia kenali sedang berjalan beriringan melewati toko. Saras merasa terkejut ketika melihat Luna dan Ricard berjalan bersama, berdampingan seperti pasangan.Raut wajah Luna terlihat tertekan, berbeda dengan Ricard yang nampak begitu santai. Mereka berdua berjalan pelan, Ricard mengobrol dengan Luna

  • Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku    Bab 89 ( Kecurigaan Liamm)

    Pagi itu, cahaya matahari memancar melalui jendela klinik, menerangi ruangan yang tenang. Luna duduk di depan dokter ginekologi, Dr. Wahyuningsih, dengan wajah yang pucat dan cemas. Ia memegang perutnya merasakan kecemasan yang mendalam."Dok, saya tidak siap untuk memiliki anak," kata Luna, suaranya teredam. "Saya ingin melakukan aborsi."Dokter wanita yang nampak begitu cantik itu menatap Luna dengan mata yang hangat dan penuh empati. "Luna, saya paham kecemasan Anda. Tapi, aborsi bukanlah solusi yang tepat. Bayi itu sudah berusia empat minggu. Apakah Anda yakin ingin melakukan hal ini?"Luna menunduk, tidak berani menatap dokter. "Saya tidak tahu, Dok. Saya hanya tahu saya tidak siap."Dokter itu mengambil napas dalam-dalam. "Luna, saya tidak bisa membantu Anda melakukan aborsi. Saya harus mempertimbangkan kesehatan Anda dan bayi tersebut. Selain itu, ada risiko komplikasi yang serius."Luna merasa kecewa dan putus asa. Ia tidak tahu harus berbuat apa. "Tapi, Dok saya tidak ingin

  • Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku    Bab 87 ( Vinso Menghilang)

    Koridor rumah sakit terasa sunyi dan dingin, lampu-lampu neon memancarkan cahaya putih yang tajam. Saras duduk di bangku panjang, menatap lantai dengan mata yang terbenam dalam pikiran. Ia tidak menyadari kehadiran Ricard yang keluar dari ruangan ICU. Ricard berjalan pelan, langkahnya tidak menimbulkan suara. Matanya yang tajam dan dingin memindai sekitar, sebelum akhirnya menemukan Saras. Ia berhenti sejenak, memandangnya dengan ekspresi datar. Dengan langkah pelan, Ricard menuju ke arah Saras. Ia duduk di sampingnya, tidak berbicara. Suasana menjadi semakin tegang, keheningan yang tidak nyaman memenuhi udara. Saras merasakan detak jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.Ia mencoba menghindari kontak mata, takut Ricard melihat rasa takutnya. Napasnya menjadi terengah-engah, tangannya gemetar. Ricard tidak berbicara, hanya memandang ke depan. Suasana tegang semakin meningkat, membuat Saras merasa terjebak. Waktu terasa berhenti, hanya ada keheningan yang mendebarkan. Saras m

  • Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku    Bab 86 ( Ternyata, Benar ...)

    Saras berjalan menuju lift di lantai dasar rumah sakit, langkahnya pelan dan terukur. Ia masih terpengaruh oleh adegan di parkiran tadi, merasa tak nyaman dan bingung. Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan dan keraguan tentang hubungan Ricard dan Luna.Saat pintu lift terbuka, Saras memasuki ruang yang kecil dan tertutup itu. Ia menekan tombol lantai atas, tempat ruang ICU berada. Lift itu terasa pengap dan sunyi, hanya terdengar suara mesin yang beroperasi.Tiba-tiba, pintu lift yang berada di samping Lift yang digunakan oleh Saras terbuka lagi dan Liam serta ayahnya, Anjaswara, keluar tanpa mengetahui kehadiran Saras. Mereka berdua terburu-buru, tidak memperhatikan sekitar.Saras menahan napas, berharap tidak ada yang melihatnya. Ia tidak ingin berbicara dengan Ricard sekarang, terutama setelah melihat adegan antara Ricard dan Luna. Ia merasa sedikit kebingungan dan berharap agar pria itu tidak berusaha untuk mendekatinya.Sesampainya di ruang ICU, Saras tidak menemukan Liam. Yang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status