Share

Pembalasan sang Istri Tertindas
Pembalasan sang Istri Tertindas
Penulis: Danira Widia

Bab 1

Penulis: Danira Widia
Sesuai aturan, krematorium tidak mengizinkan keluarga untuk menyaksikan proses kremasi. Namun, Janice Sinclair membayar sejumlah uang agar bisa masuk ke ruang pembakaran. Dengan langkah goyah, dia menopang tubuhnya yang lemah di samping ranjang besi yang dingin.

Udara di dalam ruangan terasa panas, dengan abu yang beterbangan di bawah cahaya matahari. Mungkin itu adalah sisa-sisa tulang yang sudah terbakar.

Tak lama lagi, putri kesayangannya, Vega, juga akan berubah menjadi abu yang sama.

Janice mengenakan gaun hitam panjang. Meski sudah memakai ukuran terkecil, gaun itu tetap tak bisa menyembunyikan tubuhnya yang kurus dan ringkih. Matanya yang sembap dan merah karena terlalu banyak menangis, kini terlihat begitu tenang seolah-olah air mata itu telah mengering.

Dengan perlahan, dia menyentuh tangan kecil Vega yang kaku dan pucat di bawah kain putih itu. Di telapak tangan putrinya, Janice meletakkan dua bintang kertas berwarna merah muda yang dia buat sendiri.

"Vega, tunggu Mama, ya."

Waktunya habis.

Seorang petugas krematorium mendekati Janice, lalu menariknya pelan dan membuka kain putih itu. Di bawah kain, terlihat tubuh kecil Vega. Meski usianya sudah delapan tahun, tubuhnya tampak sangat kurus, dengan tulang-tulangnya yang terlihat jelas dan ada lekukan di bagian perutnya.

Melihat lekukan itu, air mata Janice mengalir lagi memenuhi hatinya dengan perasaan bersalah yang begitu dalam. Ini semua salahnya. Dia tidak bisa melindungi Vega.

Salah satu petugas krematorium berusaha menghibur Janice, "Yang tabah ya, setidaknya ginjal putri Anda berhasil menyelamatkan seorang anak. Anak itu akan menjalani hidup yang bahagia berkat Vega."

Tatapan Janice berubah tajam dengan senyum dingin di sudut bibirnya.

"Ya. Anak itu adalah anak haram suamiku. Sekarang mereka sedang mengadakan pesta ulang tahun besar-besaran untuknya. Tahu nggak? Hari ini juga ulang tahun putriku."

Petugas itu tertegun dan tidak tahu harus berkata apa untuk merespons keputusasaan yang begitu dalam di mata Janice.

Janice menatap tubuh Vega dengan senyuman getir. "Bakar saja, jangan buang-buang waktu. Semoga di kehidupan selanjutnya, Vega bisa menemukan keluarga yang benar-benar mencintainya."

Petugas itu menghela napas dan membawa tubuh Vega menuju krematorium dengan lembut. Mungkin karena rasa iba, dia menutupi proses pembakaran agar Janice tak melihatnya. Namun, Janice tidak merasa takut. Bagi Janice, Vega kini telah bebas.

Putrinya tak lagi harus menanggung kebencian ayahnya setiap hari.

"Mama, kenapa Papa nggak suka sama aku?"

"Mama, kenapa Papa suka sama anak Bibi Vania?"

"Mama, apa Papa nggak suka sama Mama karena aku? Maaf ya, Mama."

Putri sebaik ini malah dicelakai oleh Jason sampai meninggal!

Janice masih ingat dengan jelas. Seharusnya malam sebelum ulang tahun Vega, suaminya berjanji akan membawa putri mereka ke taman hiburan terbesar untuk mewujudkan impiannya, yaitu menghabiskan waktu bersama ayahnya.

Namun, kenyataannya berbeda. Dia justru membawa Vega ke ruang operasi untuk menyumbangkan satu ginjalnya kepada anak laki-laki hasil dari hubungan gelapnya. Setelah itu, Vega dibiarkan terbaring sendirian di ranjang rumah sakit dan mengalami infeksi hingga akhirnya meninggal dunia.

Yang paling memilukan lagi, Janice sebagai ibu adalah orang terakhir yang mengetahui hal ini!

Sampai saat ini, Janice tidak bisa melupakan saat dia menerobos masuk ke kamar rumah sakit dan menemukan tubuh kaku putrinya. Di samping ranjang, jam tangan anak-anak milik Vega yang berlumuran darah masih mencoba menghubungi nomor ayahnya.

Begitu panggilan tersambung, hanya ada satu kalimat yang terdengar dari sana, "Jangan gila seperti ibumu."

Tut ... tut ... tut ....

Mendengar suara itu, Janice memeluk erat tubuh putrinya dan berusaha keras menahan tangisannya. Dia takut jika menangis, dia akan membuat Vega ketakutan.

Sejak Vania membawa anaknya kembali dari luar negeri dan menuduh Janice telah menyakiti mereka, Janice pun didesak oleh suaminya hingga terkesan gila di mata semua orang.

Terutama ketika Jason mendengar pengakuan sedih Vania tentang bagaimana dia melahirkan seorang bayi prematur yang ginjalnya bermasalah di luar negeri, tatapan Jason terhadap Janice dan Vega berubah dingin.

Pria yang tampak begitu anggun dan terhormat itu ternyata bisa sekejam ini. Tanpa mendengarkan penjelasan apa pun, dia hanya mengutuk, "Janice, kamu sudah menghancurkan Vania dan putraku. Aku akan membuatmu menanggung akibatnya dua kali lipat."

Jason telah melakukannya dan semuanya telah berakhir. Ketika tersadar dari lamunannya, Janice kini sedang memegang sebuah guci abu berwarna merah muda di tangannya.

Vega sangat menyukai warna merah muda. Janice memeluk guci itu dengan erat sambil berkata, "Vega, ayo kita pulang."

Angin berembus mengibarkan gaunnya dan sinar matahari yang terik menyinari tubuhnya. Namun tetap saja, suasananya begitu sunyi dan penuh kesedihan.

....

Janice kembali ke rumah pernikahannya dengan Jason. Dia merapikan barang-barang milik Vega, lalu duduk memeluk guci abu itu hingga senja tiba.

Terdengar suara mobil berhenti di luar. Tak lama kemudian, sebuah sosok masuk dengan langkah yang tenang dan penuh wibawa. Pria itu adalah Jason.

Delapan tahun telah berlalu, tetapi Jason masih sama seperti saat pertama kali mereka bertemu. Menawan, penuh wibawa, tetapi berbahaya dan dingin. Seperti biasanya, dia tidak pernah melihat Janice seolah-olah menganggap Janice hanyalah bayangan yang tak kasat mata.

Jason tidak menatap Janice sedikit pun saat melewatinya untuk naik ke lantai atas. Beberapa menit kemudian, dia turun dengan mengenakan setelan jas yang telah dia simpan selama bertahun-tahun. Setelan yang dirancang khusus oleh Vania saat mereka bertunangan.

Tetap saja, Jason tidak melirik Janice.

Selama delapan tahun ini, Jason selalu mengabaikannya. Setiap kali merasa ingin melampiaskan amarah, dia akan menekan Janice ke ranjang, lalu memuaskan dirinya dan pergi tanpa menoleh sedikit pun.

Selain itu, Jason bahkan melarang Vega memanggilnya "Papa".

Mungkin karena Janice begitu tenang hari ini, Jason sempat berhenti sejenak meskipun dia tetap tidak berbalik. "Malam ini aku nggak pulang. Bilang sama Vega jangan telepon aku sembarangan," katanya dengan nada dingin.

"Hm," jawab Janice datar sambil mengelus guci abu di pelukannya yang seolah-olah masih terasa hangat seperti tubuh Vega. Jika saja Jason mau melihatnya sejenak, mungkin dia akan menyadari keberadaan guci abu itu.

Jason sibuk merapikan kancing mansetnya, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Pikirkan apa yang kamu inginkan dari perceraian ini. Dua hari lagi kita selesaikan semuanya. Aku nggak mau anak itu."

"Hm."

Janice tetap tenang. Syukurlah, Vega sekarang telah menjadi miliknya sepenuhnya. Tidak akan ada lagi yang merebutnya.

Tangan Jason sempat terhenti, tetapi dia tetap tidak memberikan perhatian pada Janice.

"Karena Vega sudah menyelamatkan nyawa Axel, aku akan menanggung biaya medis dan kebutuhan nutrisinya sepenuhnya. Tapi, aku nggak mau lihat kalian lagi. Anggap saja ini penebusan terakhir kalian."

"Hm."

Janice berpikir dalam hati, tidak lama lagi mereka memang tidak akan pernah bertemu lagi. Entah mengapa, Jason tiba-tiba merasa gelisah. Ketika dia hendak berbalik, panggilan dari Vania masuk.

Begitu telepon diangkat, terdengar suara anak kecil yang penuh kegembiraan memenuhi keheningan ruangan.

"Papa! Cepat datang! Aku dan Mama lagi tunggu Papa!"

"Papa sebentar lagi sampai," jawab Jason dengan suara yang lebih ceria. Tanpa disadari, langkahnya juga menjadi lebih cepat.

Dia sama sekali tidak menyadari bahwa wanita yang sedang memeluk guci abu di belakangnya, tubuhnya perlahan-lahan menjadi kaku, seolah-olah kehilangan seluruh kekuatannya.

Cahaya bulan mulai redup. Janice mengambil kue ulang tahun yang sebelumnya dia pesan untuk Vega dari dalam kulkas, lalu menyalakan lilin ulang tahun.

"Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun ...."

Sambil menyanyikan lagu itu dengan lembut, Janice menyiramkan bensin ke sekeliling rumah tanpa melewatkan satu sudut pun. Sebab, dia memang tidak berencana untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

Jika saja dulu dia bisa lebih tegas menolak pernikahannya dengan Jason, mungkin semuanya tidak akan terjadi. Setelah semuanya selesai, Janice kembali duduk di meja makan dan memeluk guci abu Vega erat-erat.

"Vega, selamat ulang tahun. Tunggu Mama, ya."

Janice melemparkan lilin ulang tahun ke tirai ....

....

Di pesta, Jason tiba dengan Vania dan putranya dengan penuh semangat. Mereka bertiga disambut dengan pujian dari semua orang yang hadir, mengagumi betapa bahagianya keluarga itu. Tak sedikit pula orang yang memanfaatkan kesempatan ini untuk mencela Janice.

Namun, seorang teman Jason yang berprofesi sebagai dokter mengerutkan alisnya dan berjalan ke arah Jason. "Pak Jason, maaf, tapi aku harus mengucapkan belasungkawa."

"Apa maksudmu?" tanya Jason dengan tanpa ekspresi sambil meneguk minumannya.

"Putrimu ... meninggal karena infeksi pasca operasi. Hari ini, Bu Janice membawanya ke krematorium."

Jason memandang dokter itu dengan dingin. "Janice kasih kamu berapa banyak uang?"

"Aku sudah kirimkan sertifikat kematiannya padamu dan kamu bilang sudah menerimanya, 'kan?"

Kata-kata itu membuat Vania yang merasa bersalah, menggenggam erat tangan putranya. Saat itu, telepon Jason berdering.

"Pak Jason, vila Anda terbakar."

Gelas di tangan Jason langsung terjatuh dan pecah, lalu dia berbalik dan pergi tanpa berkata apa pun.

Entah bagaimana, Jason tiba di vila dalam waktu singkat. Dia hanya tahu bahwa dia telah menekan pedal gas secepat mungkin. Saat dia tiba, rumah itu sudah dilahap api dengan hebat, seolah-olah ada sesuatu yang menusuk langsung ke hatinya.

Tirai yang terbakar jatuh ke tanah, memperlihatkan Janice yang duduk di depan kue ulang tahun dengan guci abu Vega di pelukannya. Seperti pertama kali mereka bertemu, Janice tersenyum padanya.

"Selamat tinggal. Aku benci kamu. Kalau saja semuanya bisa diulang kembali ...."

Sebelum Janice menyelesaikan ucapannya, rumah itu telah runtuh. Mungkin hanya halusinasi menjelang ajalnya, tetapi Janice merasa seperti melihat Jason berlutut.

Sudahlah. Vega sudah datang menjemputnya.

"Mama, Mama."

....

Siang itu, sinar matahari yang terik merajam bumi. Suasana di ruang tamu Keluarga Karim seolah-olah sedang dipanggang di atas api.

Suara pecahan cangkir teh yang menghantam lantai bergema. Pecahannya melukai kulit Janice, menimbulkan rasa sakit yang tiba-tiba menyadarkannya. Dia berlutut di tengah ruangan sambil menatap orang-orang di sekelilingnya dengan kebingungan.

Apa ini?
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Reyhan Ardani
sangat bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Ester R
aku baca part ini sampe nangis .
goodnovel comment avatar
Christien J-ne
ada versi inggrisnya tapi aku lupa apa judulnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 2

    Dia telah kembali! Janice telah kembali ke masa lalu!Tanpa memedulikan ekspresi terkejut dari orang-orang di sekelilingnya, Janice mencubit dirinya sendiri dengan keras. Rasa sakit itu langsung menjalar ke seluruh tubuhnya dan air matanya menggenang di matanya."Apa yang kamu tangisi! Memangnya keluarga kami yang buat salah sama kamu?" Terdengar suara yang penuh wibawa dari kursi utama.Janice tersadar dan segera mendongak. Dia berhadapan dengan tatapan kesal dari Tuan Anwar yang sedang duduk di sana. Janice segera menundukkan kepala dan bersikap rendah diri seperti biasanya. Meski demikian, tubuhnya gemetaran karena menahan kegembiraan yang meluap.Terdengar bisikan yang mencemooh dari orang-orang di sekelilingnya."Masih muda begini sudah nggak tahu malu. Berani-beraninya dia racuni Jason dan menidurinya. Sekarang sudah jadi skandal heboh di kota ini. Dia itu jelas-jelas mau maksa Jason bertanggung jawab, tapi malah nggak berani ngaku. Entah gimana didikannya selama ini.""Bukan ora

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 3

    Vania adalah putri keluarga kaya yang telah terpuruk. Tiga tahun lalu, Jason mengumumkan hubungannya dengan Vania kepada publik. Bahkan, dia mengadakan acara pertunangan tanpa menghiraukan pertentangan dari Anwar.Seketika, Vania menjadi wanita yang paling membuat orang iri di seluruh kota. Orang luar menganggapnya berpenampilan cantik, berhati baik, dan memiliki kepribadian yang anggun. Hanya Janice yang mengetahui sosok asli Vania yang sebenarnya.Jika tidak menjadi desainer, Vania mungkin bisa jadi aktris!Dengan kecerdikan dan kelicikannya, Vania tentu memahami maksud dari tuduhan Janice. Pernikahannya dengan Jason sudah tertunda selama tiga tahun dan dia sudah tak sabar untuk menjadi bagian dari Keluarga Karim.Sesuai dugaan ....Vania segera melangkah maju, lalu bersujud dengan tulus di tempat Janice berlutut sebelumnya."Ini salahku! Postur tubuhku hampir mirip sama Janice dan wajah kami juga agak mirip. Karena itulah, orang luar jadi salah paham."Namun, seseorang di samping me

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 4

    Di bawah tatapan dingin Jason, Janice mencoba menenangkan diri dan menggigit bibirnya erat-erat. Namun, kenangan delapan tahun penderitaan dari kehidupan sebelumnya membuat ujung jari-jarinya bergetar dan dia tak bisa menahan diri untuk memalingkan wajahnya.Jason tak lagi melihat ke arahnya. Dia berkata dengan nada mengejek, "Mau hamil diam-diam?"Janice mengerutkan alisnya, lalu melirik sekilas ke arah Ivy. Obat itu dibeli oleh Ivy, tapi apakah Ivy belum juga mengurungkan niatnya untuk membuat Janice menikah dengan Jason?Namun, saat Janice melihat Ivy gemetar ketakutan di bawah tatapan dingin Jason, dia sadar bahwa ibunya tak mungkin berani berbuat apa pun di hadapan Jason. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?Janice mendongak dan melihat tatapan semua orang mengarah padanya. Di antara semua tatapan itu, ada satu yang paling mencolok, yaitu Vania. Senyuman di sudut bibir Vania terlihat seperti sedang mengejeknya, mengingatkan Janice pada mimpi buruk dari masa lalu.Benar saja, detik b

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 5

    Ruang aula begitu luas, tetapi suasana di sekitar Jason terasa mencekam. Udara seolah-olah membeku dan menekan semua orang hingga sulit bernapas. Dia tetap diam, tapi semua orang tahu dia sedang marah.Jason mengeluarkan kotak rokok, lalu mengambil sebatang dan menyalakannya. Asap putih yang dihembuskannya menyelimuti wajahnya dan dia menatap Janice melalui kabut tipis itu dengan pandangan yang sulit diartikan."Pergi," katanya dengan dingin.Anwar yang juga tampak tidak senang, melambaikan tangannya dengan isyarat yang sama.Ivy segera membantu Janice berdiri.Namun, Janice menarik tangannya dan berdiri tegap di tengah aula. Dengan suara yang lantang, dia berkata, "Kalau keberadaanku di sini membuat semua orang nggak nyaman, aku akan segera pindah. Terima kasih atas perawatan Anda selama bertahun-tahun, Pak Anwar."Janice ingin pergi dengan bermartabat dan tanpa keraguan sedikit pun. Dia tidak lagi takut dan berhati-hati seperti di kehidupan sebelumnya. Setelah menyampaikan kata-katan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 6

    Tadi malam? Janice memang mengatakan banyak hal. Dia tidak tahan melihat penderitaan Jason, sehingga dia terpaksa menuruti keinginan pria itu. Saat suasana semakin memanas, dia menahan penyiksaan dari Jason sambil mengungkapkan isi hatinya dengan serius.Saat itu, dia berpikir bahwa mungkin besok Jason akan melupakan semuanya. Namun, dia akan selalu mengingat momen ini. Setidaknya, dia pernah berada sangat dekat dengan Jason."Jason, aku menyukaimu. Aku sudah lama menyukaimu, sejak aku masuk ke Keluarga Karim dan kamu membantuku mengatasi kesulitan. Aku tahu kamu nggak akan peduli padaku, tapi aku ... sungguh ....""Mencintaimu."Janice pertama kali masuk ke Keluarga Karim ketika dia berusia 16 tahun. Ivy mendandaninya seperti boneka yang siap untuk dipersembahkan. Pada saat itu, Ivy tidak memahami gaya berpakaian minimalis para wanita sosialita. Dia hanya ingin putrinya terlihat secantik mungkin ketika memasuki Keluarga Karim.Namun, hal itu malah membuatnya menjadi bahan ejekan bagi

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 7

    Janice muntah di atas setelan baru Jason, sehingga membuat Jason mengerutkan alisnya. Setelah muntah hingga hanya tersisa cairan asam, tubuh Janice yang lemas bersandar pada mobil.Norman segera mendekat dan berkata, "Pak Jason, biar kubantu Bu Janice."Namun, Jason melepas jasnya dan berkata dengan tegas, "Nggak usah." Dia memandang Janice dengan tatapan penuh rasa jijik, tetapi tetap menggendongnya masuk ke rumah.Janice langsung dibawa ke kamar mandi. Begitu didudukkan di atas meja wastafel, Jason mulai melucuti pakaian Janice yang kotor karena muntahan itu tanpa ragu-ragu."Jangan!" teriak Janice dengan panik dan mencoba untuk melawan. Namun, tubuhnya yang lemah tidak mampu menghalangi Jason.Wajah Jason tetap tampak datar saat melepaskan pakaian Janice. Cahaya lampu kamar mandi memperlihatkan bekas-bekas dari kejadian semalam yang masih tersisa di tubuhnya sehingga membuat Janice benar-benar merasa malu. Dia mencoba melindungi dirinya sendiri, tetapi Jason segera menangkap tangann

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 8

    Janice baru saja tiba di depan asrama ketika seseorang menepuk bahunya dari belakang. Saat berbalik, seorang teman sekelas menunjuk ke arah gedung pengajar dengan napas tersengal-sengal."Janice, Pak Handoko suruh kamu ke kantor kepala jurusan sekarang juga.""Oke," jawab Janice, lalu berbalik dan berjalan menuju ke gedung pengajar. Di sepanjang jalan, banyak orang memandangnya dengan tatapan penuh sindiran sambil berbisik-bisik. Tatapan mereka penuh dengan kebencian.Sepertinya ini akan menjadi pertemuan yang tidak menyenangkan.....Di kantor kepala jurusan.Begitu Janice masuk, dia melihat di dalam ruangan itu bukan hanya ada Handoko. Jason dan Vania juga turut hadir.Saat bertukar pandang dengan Jason, sorot mata Jason terlihat bagaikan ular kobra yang mematikan, seakan-akan bisa membunuhnya dalam sekejap. Napas Janice tertahan sejenak, lalu dia mengepalkan tangannya dengan erat untuk menenangkan diri.Namun, tatapan Jason terus melekat padanya, seolah-olah tidak mau membiarkan dia

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 9

    Janice meninggalkan kantor itu tanpa menoleh sama sekali. Setelah kekacauan yang terjadi di Keluarga Karim, Janice tahu bahwa dia harus selalu waspada terhadap Vania. Begitu mendengar Vania menelepon Jason sambil menangis dan mengatakan bahwa ada yang memfitnahnya, Janice langsung tahu bahwa Vania dan Malia telah mulai bertindak.Malia tahu terlalu banyak tentang Janice, termasuk tentang buku hariannya. Setelah menghabiskan malam bersama Jason, tak lama kemudian muncul postingan di internet yang menuduhnya memberi obat perangsang pada Jason.Janice tahu, semua itu pasti adalah ulah Malia. Oleh karena itu, Janice sudah lebih dulu mengganti buku hariannya secara diam-diam.Saat Janice masih sedang merenung, tiba-tiba muncul sebuah bayangan yang mendekat dari belakangnya. Orang itu adalah Malia.Sepanjang perjalanan, Malia tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya hanya diam-diam mengamati Janice. Namun, Janice tetap tenang. Dia tidak menunjukkan reaksi baru saja mengalami pengkhia

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 516

    Mendengar suara itu, Thiago segera melepaskan tangan Janice, lalu merapikan jasnya sebelum bangkit dengan senyuman ramah. "Bu Rachel, sudah lama nggak bertemu.""Thiago?" Rachel terlihat agak terkejut.Kemudian, dia sedikit memiringkan tubuhnya untuk memperkenalkan kepada orang di belakangnya, "Saat aku menjalani perawatan di luar negeri, Thiago juga dirawat di rumah sakit karena cedera. Kami menjadi teman. Tak disangka, kami bertemu lagi."Saat itulah, Janice baru menyadari bahwa Rachel tidak datang sendirian. Jason dan Elaine juga ada di sana.Dia perlahan mengangkat pandangannya, tepat bertemu dengan tatapan Jason, seperti menatap ke dalam jurang yang dalam dan tak berujung.Wajah Jason tetap tanpa ekspresi, tetapi aura dinginnya membuat orang merasa seolah-olah jatuh ke dalam gua es.Thiago dan Penny juga melihat Jason. Mereka buru-buru mengangguk memberi salam. "Pak Jason.""Hm." Jason hanya merespons dengan suara dingin, tanpa menunjukkan emosi.Janice mengangguk ringan sebagai b

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 515

    Meskipun tidak sebanding dengan Keluarga Karim, Keluarga Tandiono cukup terkenal di bidang pelayaran. Hanya saja, Keluarga Tandiono telah lama menetap di luar negeri dan tidak memiliki hubungan bisnis dengan Elaine.Jika Elaine begitu meremehkannya, lalu kenapa dia memperkenalkan keluarga seperti ini padanya?Penny mendongak saat mendengar suara Janice, menatapnya dari atas hingga bawah dengan teliti. Bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali, seolah-olah sedang menilai barang dagangan.Beberapa saat kemudian, dia berdecak pelan. "Wajahnya lumayan, tapi terlalu kurus. Thiago adalah satu-satunya penerus keluarga kami di generasi keempat. Kamu bisa melahirkan anak laki-laki nggak?"Mendengar itu, Janice melirik Thiago. Tatapan pria itu tetap aneh. Bukan seperti pria yang sedang menilai wanita, tetapi jelas dia sedang mengamati dirinya dari ujung kepala hingga kaki. Ada perasaan tidak nyaman yang mendalam, membuatnya sulit ditebak.Jika Penny tidak menyukainya, Janice punya alasan untuk Ela

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 514

    Begitu Norman selesai bicara, Jason membuka pintu dan keluar.Ketiga orang itu berpandangan.Arya merasa lucu. "Kamu diusir?"Jason mengernyit. "Dia mau tidur."Arya menahan tawa. Siapa yang akan percaya alasan buruk seperti itu?Jason meliriknya. "Awasi dia, jangan biarkan dia berbuat macam-macam."Mendengar itu, Arya langsung paham bahwa Jason sudah mengetahui sebagian besar situasinya. Namun, soal Ivy, dia pasti belum tahu.Arya ragu sejenak sebelum bertanya, "Gimana kalau orang lain yang macam-macam?"Tatapan Jason sontak menjadi dingin. "Grup Karim dan Grup Hartono akan segera bekerja sama. Nggak boleh terjadi kesalahan."Arya terdiam, hanya mengangguk tanpa berkata lagi. Kadang, dia mengagumi ketenangan Jason. Kadang, dia juga merasa prihatin dengan sikap dinginnya.Mungkin Janice benar. Jason memang ditakdirkan menjadi raja yang berkuasa, sedangkan cinta hanyalah hiasan yang tidak penting.Pada saat itu, Arya merasa bersyukur karena Janice bisa melepaskan diri lebih cepat. Jadi,

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 513

    Janice mencium aroma manis itu. Tiba-tiba, tatapannya menjadi serius dan perasaan yang sulit diungkapkan muncul di hatinya.Di depan, pria dingin dan angkuh itu berdiri di bawah cahaya lampu dengan tatapan membara yang tertuju padanya.Janice mengalihkan pandangannya, ekspresinya tetap sedingin tadi. "Aku nggak suka. Kalian bawa pulang saja."Norman melirik Jason dengan ragu. Jason maju, mengambil termos makanan dari tangan Norman, lalu duduk di tepi tempat tidur.Dengan jari yang panjang, dia mengaduk isi termos dengan sendok kecil, lalu menyodorkannya ke mulut Janice."Makan.""Nggak mau.""Aku bisa menyuapimu, tapi tanpa sendok." Jason mengucapkan kalimat tak tahu malu itu dengan wajah datar."Kamu ....""Aku nggak tahu malu," sela Jason.Janice menggertakkan giginya, merebut sendok itu, dan menunduk untuk makan. Meskipun tidak ingin mengakuinya, koki Keluarga Karim memang setara dengan koki bintang lima. Ronde ini sederhana, tapi sangat autentik.Manisnya pas di lidahnya, dengan ar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 512

    Punggung tangan Janice tersentuh sesuatu yang panas. Dia refleks menariknya, tetapi genggaman pria itu justru semakin erat. Cengkeramannya seolah-olah ingin menghancurkannya.Janice mengernyit, berusaha melepaskan diri. Ketika dia ingin bicara, matanya tertuju pada perban di tangan Jason.Dia tertegun sejenak, lalu mengangkat kepalanya dan langsung bertemu dengan tatapan hitam pekat pria itu. Cahaya lampu yang hangat jatuh di sudut mata Jason, tetapi tak sedikit pun melembutkan ekspresinya.Janice menatapnya lekat-lekat, "Jason, ada urusan lain? Kalau Keluarga Karim merasa aku harus menerima sisa sembilan cambukan itu, aku bisa kembali sekarang, asalkan aku bisa terlepas dari keluarga ini.""Kamu harus bicara seperti itu padaku?" Jason menatapnya, suara dinginnya mengandung emosi yang sulit ditebak.Janice tertawa sinis. "Memangnya kita sedekat itu?" Dia menghindari tatapan Jason dengan dingin, ingin menjauh darinya.Melihat Janice yang begitu dingin dan menghindarinya, emosi Jason yan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 511

    Arya menekan dadanya, lalu mencebik. "Aku rasa Elaine punya niat jahat terhadap Janice dan ibunya. Lebih baik tetap berhati-hati."Dia seolah-olah mengatakannya, tetapi juga seolah-olah tidak. Dengan begitu, dia tidak melanggar janjinya kepada Janice."Hm." Jason menunduk, menatap rokok di tangannya, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu tetapi menahan diri.Arya sontak mengerti apa yang ada di pikirannya. Dia mendekat dan tersenyum tipis. "Kamu nggak mau ke rumah sakit melihatnya?""Nggak.""Hah, pantas saja kamu menderita!" Arya mengangkat kotak obatnya dan pergi.Di dalam ruangan, cahaya merah dari rokok perlahan meredup dan Jason pun terdiam.Beberapa saat kemudian, Rachel masuk sambil membawa teh yang baru diseduh. "Dokter Arya sudah pergi?”"Hm." Jason meletakkan rokoknya dan menerima teh dari tangannya.Rachel melirik punggung Jason, hatinya terasa agak sesak. Dia mengepalkan tangannya untuk menenangkan diri. "Jason, kenapa kamu menggantikan Janice menerima sembilan cambukan itu?

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 510

    Tidak, ini tidak benar.Di kehidupan sebelumnya, Vania dan Elaine bahkan tidak saling mengenal. Janice dan Ivy juga tidak pernah bertemu dengan Elaine. Jadi, bagaimana mungkin kematian mereka berkaitan dengan Elaine?Sekarang, Vania yang wajahnya hancur dan kakinya patah telah kehilangan kewarasannya. Keluarga Tanaka telah mengurungnya di rumah sakit jiwa.Beberapa hari lalu, ada seorang netizen yang menjenguknya dan mengatakan bahwa Vania tersiksa hingga menjadi gila. Mungkin ini adalah hukuman terbaik baginya.Jadi, dengan kepribadian Elaine yang selalu berada di atas, mana mungkin dia mau berurusan dengan seorang pasien gangguan jiwa?Janice mengusap kepalanya yang terasa sakit. Dia masih tidak bisa menghubungkan semua kejadian ini. Tiba-tiba, dia teringat pada sesuatu, kerja sama bernilai puluhan triliun.Baik di kehidupan sebelumnya maupun sekarang, satu-satunya orang yang memiliki hubungan dengan Elaine adalah Jason. Bagaimana jika penyebab kematian Zachary dan Ivy sebenarnya han

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 509

    Janice menatap wajah Zachary. Tanpa sadar, pikirannya melayang ke pria misterius yang menikahi Elaine di kehidupan sebelumnya.Terlalu mirip. Namun, saat itu Zachary dan Ivy sudah meninggal. Janice sendiri yang mengurus segala keperluan untuk pemakaman. Karena kematian mereka, dia jatuh sakit selama setengah bulan.Janice tidak bisa tidur dengan punggung bersandar, jadi Zachary khawatir dia kedinginan. Dia lantas meminta asistennya untuk membelikan jaket bulu angsa yang ringan dan hangat."Cepat pakai. Kalau ibumu melihatmu seperti ini, dia pasti akan menangis diam-diam lagi." Setiap kalimat Zachary selalu berujung pada Ivy.Janice merasa terharu sekaligus berat untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya. Dia menggigit bibirnya, lalu bertanya, "Paman, apa yang dikatakan Bu Elaine tadi benar? Kamu rela diabaikan keluarga karena ibuku?"Tangan Zachary yang sedang membantu merapikan lengan bajunya sedikit terhenti. Dia tersenyum santai. "Apa yang kamu pikirkan? Aku memang

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 508

    Seperti yang dikatakan Arya, Elaine bisa mengalahkan para pria dan naik ke posisi ini bukan tanpa alasan.Jadi, saat Janice membawa bukti untuk menghadapinya, itu sama saja seperti menyerahkan diri ke mulut harimau. Faktanya, dia datang bukan untuk menyerang, tetapi untuk memancing.Semakin buruk keadaannya terlihat, semakin besar kemungkinan Elaine percaya bahwa Janice sudah kehabisan akal.Dari cara Elaine berbicara kepada Zachary, Janice bisa melihat bahwa wanita itu memiliki harga diri yang tinggi. Dia tidak sudi bersaing dengan Ivy, apalagi merendahkan diri untuk berdamai dengan Zachary.Elaine ingin orang lain datang padanya, memohon belas kasihan. Dia menikmati perasaan berdiri di atas, mempermainkan hidup seseorang.Hanya saja, Ivy adalah istri Zachary. Tidak peduli sehebat apa Elaine, memprovokasi Ivy dengan cara seperti ini sama saja dengan menantang seluruh Keluarga Karim.Elaine mungkin tidak berani, kecuali dia memiliki dukungan. Benar saja, jawabannya pun terungkap. Tak d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status