Share

Bab 4

Penulis: Danira Widia
Di bawah tatapan dingin Jason, Janice mencoba menenangkan diri dan menggigit bibirnya erat-erat. Namun, kenangan delapan tahun penderitaan dari kehidupan sebelumnya membuat ujung jari-jarinya bergetar dan dia tak bisa menahan diri untuk memalingkan wajahnya.

Jason tak lagi melihat ke arahnya. Dia berkata dengan nada mengejek, "Mau hamil diam-diam?"

Janice mengerutkan alisnya, lalu melirik sekilas ke arah Ivy. Obat itu dibeli oleh Ivy, tapi apakah Ivy belum juga mengurungkan niatnya untuk membuat Janice menikah dengan Jason?

Namun, saat Janice melihat Ivy gemetar ketakutan di bawah tatapan dingin Jason, dia sadar bahwa ibunya tak mungkin berani berbuat apa pun di hadapan Jason. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?

Janice mendongak dan melihat tatapan semua orang mengarah padanya. Di antara semua tatapan itu, ada satu yang paling mencolok, yaitu Vania. Senyuman di sudut bibir Vania terlihat seperti sedang mengejeknya, mengingatkan Janice pada mimpi buruk dari masa lalu.

Benar saja, detik berikutnya, Vania berpaling sambil memegang tangan Janice dengan penampilan yang tampak penuh empati, lalu berkata, "Janice, maafkan aku. Aku nggak bisa bantu kamu bohongi Jason dan Pak Anwar, jadi aku terpaksa mengungkapkan semuanya."

"Aku nggak nyangka kamu memanfaatkan situasi ini untuk meredakan gosip, lalu diam-diam mencoba untuk hamil," lanjutnya.

"Kalau saja aku nggak dengar rencanamu waktu mau menghiburmu, kamu mungkin sudah berhasil. Kalau kamu benar-benar hamil, lalu bagaimana denganku dan Jason?"

Setelah berkata demikian, air mata Vania mengalir deras dan suaranya terisak. Semua orang yang mendengar ucapan itu langsung naik pitam dan merasa tidak adil bagi Vania.

"Masih belum jelas apa rencananya? Jelas dia mau rebut posisi Vania! Kalau dia benar-benar hamil, dia pasti akan gunakan anak itu untuk maksa Jason menikahinya. Pada akhirnya, Keluarga Karim bakal malu!" kata seseorang dengan penuh emosi.

Orang lainnya mengepalkan tangan dengan marah. "Aku belum pernah lihat cara sehina itu! Untungnya Vania nggak ketipu sama rencananya. Kalau nggak, pasangan serasi ini bakal dipisahkan sama trik keji ini!"

"Jason, Janice nggak bisa dibiarkan tinggal di sini lebih lama lagi. Kalau nggak, siapa tahu masalah apa lagi yang akan muncul di masa depan!"

Setiap ucapan itu menusuk hati Janice dengan tajam, seperti yang terjadi di kehidupan sebelumnya. Semua orang melindungi Vania, membuat Janice tampak tak berharga. Janice sudah terlalu sering mendengar tuduhan seperti itu dan sekarang dia juga sudah kebal terhadapnya.

Janice mendongak, tatapannya langsung bertemu mata Vania. Di balik pandangan yang lemah lembut dan penuh air mata itu, tersembunyi kilatan penuh perhitungan.

Janice terpana sejenak melihat Vania menghapus air matanya dengan perlahan. Saat tangannya bergerak untuk menyeka air mata, dia diam-diam menatap Janice dan memperlihatkan senyuman tipis. Senyum yang tampak seperti provokasi atau bahkan ejekan.

Obatnya telah diganti oleh Vania!

Tak lama kemudian, Vania membuka mulut. Suaranya tetap lembut seperti biasanya, bahkan terdengar penuh permohonan.

"Jason, kumohon maafkanlah Janice. Dia pasti nggak sengaja! Anggap saja semua ini perbuatanku. Kalau itu bisa membantu Keluarga Karim, aku rela mengorbankan reputasiku dan menyerahkan harga diriku."

Jika Janice tidak melihat ekspresi penuh kemenangan di wajah Vania, dia mungkin akan percaya bahwa wanita itu benar-benar tulus. Suara lembutnya bisa membuat siapa saja percaya bahwa dia adalah orang baik dan selalu memikirkan kepentingan bersama.

Pada saat itu, Janice menyadari bahwa dia terlalu meremehkan Vania. Meskipun telah menjalani kehidupan kedua dan mengubah jalan hidupnya, Janice tidak memiliki kekuatan istimewa untuk mengalahkan lawannya sepenuhnya.

Vania yang sangat menikmati kegugupan Janice. Tentu saja Vania tidak akan sebodoh itu mengakui wanita dalam foto yang menimbulkan kehebohan itu adalah dirinya sendiri.

Sebagai seorang pengusaha yang bertangan besi, Jason dan ayahnya pasti sudah mempertimbangkan semua keuntungan dan kerugian dari kejadian ini sejak semalam. Mereka tentu tahu siapa sebenarnya wanita dalam foto tersebut.

Jika Vania mengakui itu dirinya, Jason akan melihatnya sebagai wanita yang penuh tipu muslihat dan Anwar akan menganggapnya memiliki niat buruk. Namun dengan bersikap bijaksana seperti ini, dia bukan hanya akan mendapatkan kepercayaan Jason, tetapi juga membuat penilaian Anwar berubah terhadapnya.

Yang paling penting, tidak ada lagi yang akan percaya pada Janice. Meskipun Jason telah tidur dengannya, lalu memangnya kenapa? Bagi mereka, Janice tetap dianggap rendahan.

Meskipun merasa gugup, Janice yang sekarang bukan lagi Janice yang seperti dulu. Setelah memahami maksud Vania, dia justru merasa lebih tenang.

Vania tertegun sejenak menatap Janice dengan tajam, seolah-olah ingin menemukan celah dalam ekspresinya. Namun, Janice tidak memedulikannya. Dia melewati Vania dan berjalan menuju kursi utama.

Mata Jason bertemu dengan tatapan Janice yang tampak dingin dan seolah-olah merendahkannya. Jason memainkan cincinnya dengan santai. Namun, sikapnya yang enggan itu penuh dengan aura mengintimidasi, seolah-olah Janice hanyalah mainan di tangannya.

Itulah yang membuat Jason tampak begitu menakutkan. Sama seperti di kehidupan sebelumnya ketika Jason berbicara padanya dengan nada dingin dan dipenuhi kebencian, dia sudah yakin bahwa Janice adalah wanita yang licik dan penuh tipu daya.

Penjelasan apa pun tidak akan mengubah pandangannya. Jadi, Janice merasa tidak perlu lagi untuk menjelaskan.

Janice tersenyum getir. "Aku sudah bilang, wanita di foto itu bukan aku. Kalau Vania juga nggk mengaku, mungkin kita harus tanyakan langsung pada Paman Jason."

"Tapi aneh sekali Vania, kamu dan Jason adalah sepasang tunangan. Kalau terjadi sesuatu di antara kalian, seharusnya itu hal yang wajar. Tadi saja Paman Jason saja nggak mengelak, jadi kenapa kamu buru-buru menyangkalnya? Apa ada yang kamu sembunyikan? Seolah-olah kamu nggak cinta sama dia."

Kalau mau memutarbalikkan keadaan, Janice juga bisa melakukannya. Ini adalah sesuatu yang Janice pelajari di kehidupan sebelumnya dari Vania.

Ekspresi Vania seketika berubah kaku dan berbalik dengan cepat. Bahkan sebelum sempat mengendalikan raut wajahnya, Vania tergagap sambil menggelengkan kepal, "Nggak! Aku cinta sama Jason! Aku cuma nggak mau berbohong."

"Kalau kamu nggak mau bohong, lalu kenapa kamu menuduhku? Lagi pula ...." Janice menatap Jason dan menekankan setiap kata, "Lagi pula, apakah satu-satunya pria di dunia ini cuma Paman? Apa aku nggak bisa hamil anak dari pria lain?"

Jason, di kehidupan ini, aku lebih rela memiliki hubungan dengan pria asing daripada terlibat denganmu!

Mendengar hal itu, jari-jari Jason mencengkeram lebih kuat. Matanya yang dingin penuh dengan maksud tersirat yang tidak bisa ditafsirkan. Dengan suara rendah dan penuh ancaman, Jason berkata, "Apa kamu bilang?"

Janice mengulang dengan suara yang lebih keras, "Aku bilang, apa dunia ini cuma ada Paman seorang? Mau hamil anak siapa pun, yang jelas itu bukan anakmu! Apa aku salah?"

Jason memicingkan matanya. Auranya yang mengintimidasi hampir membuat Janice kehilangan keseimbangan. Namun, dia cepat-cepat memalingkan wajahnya dan menatap orang-orang di sekelilingnya.

"Masih ada yang mau bicara? Kalau nggak, aku sudah capek, mau istirahat dulu." Janice berbalik dan bersiap untuk pergi.

"Berhenti!" Suara Jason semakin berat dan mengancam. "Siapa orang itu?"

Semua orang terkejut. Tidak ada yang menyangka Jason akan mengajukan pertanyaan seperti itu.

Janice menundukkan pandangan untuk menyembunyikan semua emosinya. Pada titik ini, Janice sadar Jason pasti sudah tahu siapa pria yang dia bicarakan. Namun, Jason ingin melihat sampai mana Janice bisa memutarbalikkan situasi.

Janice mengambil ponselnya dan melirik sekilas, lalu menatap Jason dengan tenang, "Paman, kamu nggak usah khawatir. Semuanya akan segera berakhir."

Jason mengerutkan alis. Dia yang awalnya mengira telah mengendalikan situasi, kini tampak kebingungan dan gelisah. Pada saat itu, kepala pelayan datang bersama satpam.

"Ada yang cari Bu Janice," katanya.

Melihat banyak sekali orang di sekitar sana, satpam berkata dengan hormat, "Pesanan Bu Janice sudah tiba. Karena daerah perumahan ini nggak mengizinkan orang luar untuk masuk, jadi aku yang bawakan barangnya ke sini."

Janice menerima kantong plastik itu, lalu berkata dengan perlahan, "Terima kasih."

Begitu satpam itu pergi, Janice berjalan ke depan meja teh dan mengeluarkan isi plastik itu. Ternyata obat kontrasepsi. Tadi dia merasa tidak tenang menyerahkan tugas ini kepada Ivy, jadi dia diam-diam memesan obat lagi untuk berjaga-jaga.

Tak disangka, obat ini benar-benar berguna sekarang. Janice membuka kotak obat dan mengeluarkan papan pil dari dalamnya, memperlihatkannya satu per satu kepada mereka. Dia bahkan sengaja berhenti beberapa detik di depan Jason.

"Paman, sudah jelas sekarang? Ini benar-benar pil kontrasepsi, bukan? Paman nggak usah khawatir, aku nggak akan pernah mengandung anak yang nggak seharusnya kumiliki. Kamu cuma nunggu ini, bukan?"

Dengan senyuman getir, Janice mengeluarkan sepuluh pil. Lalu, tanpa ragu, dia menelan satu pil.

"Satu cukup? Kalau nggak, akan kutambah lagi!"

"Dua! Tiga! Empat ...."

Semua orang sontak terdiam, beberapa bahkan terkejut melihat Janice. Mereka tidak tahu harus berkata apa.

Saat Janice hendak menelan pil kelima, tiba-tiba Zachary yang selalu patuh pada Anwar, melangkah maju dan menepis pil itu dari tangannya.

"Jason, kamu mau apa? Janice sudah bilang orang itu bukan dia, kenapa kalian terus menyudutkannya? Apa kalian nggak malu kalau sampai kabar ini tersebar di luar sana?" teriak Zachary dengan marah.

Ivy segera menarik Janice ke pelukannya dan berkata dengan suara terisak, "Cukup! Cukup sudah! Janice belum menikah. Kalau terus minum obat ini, dia bisa bahaya!"

Saat ini, Janice sudah merasakan sakit perut yang dahsyat hingga keringat dingin bercucuran di dahinya. Meski demikian, dia tetap menahan diri dan membuka telapak tangannya di hadapan Jason untuk memperlihatkan pil yang tersisa.

"Paman, sudah cukup?"
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Sumiyati Sumiyati
mau bava terus
goodnovel comment avatar
Retno Anggiri Milagros Excellent
Janice kamu harus kuat ya.. biar SE isi dunia tahu siapa yang baik
goodnovel comment avatar
Elisa Lim
bgs bgt ceritanya tiap bab slalu bikin penasaran.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 5

    Ruang aula begitu luas, tetapi suasana di sekitar Jason terasa mencekam. Udara seolah-olah membeku dan menekan semua orang hingga sulit bernapas. Dia tetap diam, tapi semua orang tahu dia sedang marah.Jason mengeluarkan kotak rokok, lalu mengambil sebatang dan menyalakannya. Asap putih yang dihembuskannya menyelimuti wajahnya dan dia menatap Janice melalui kabut tipis itu dengan pandangan yang sulit diartikan."Pergi," katanya dengan dingin.Anwar yang juga tampak tidak senang, melambaikan tangannya dengan isyarat yang sama.Ivy segera membantu Janice berdiri.Namun, Janice menarik tangannya dan berdiri tegap di tengah aula. Dengan suara yang lantang, dia berkata, "Kalau keberadaanku di sini membuat semua orang nggak nyaman, aku akan segera pindah. Terima kasih atas perawatan Anda selama bertahun-tahun, Pak Anwar."Janice ingin pergi dengan bermartabat dan tanpa keraguan sedikit pun. Dia tidak lagi takut dan berhati-hati seperti di kehidupan sebelumnya. Setelah menyampaikan kata-katan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 6

    Tadi malam? Janice memang mengatakan banyak hal. Dia tidak tahan melihat penderitaan Jason, sehingga dia terpaksa menuruti keinginan pria itu. Saat suasana semakin memanas, dia menahan penyiksaan dari Jason sambil mengungkapkan isi hatinya dengan serius.Saat itu, dia berpikir bahwa mungkin besok Jason akan melupakan semuanya. Namun, dia akan selalu mengingat momen ini. Setidaknya, dia pernah berada sangat dekat dengan Jason."Jason, aku menyukaimu. Aku sudah lama menyukaimu, sejak aku masuk ke Keluarga Karim dan kamu membantuku mengatasi kesulitan. Aku tahu kamu nggak akan peduli padaku, tapi aku ... sungguh ....""Mencintaimu."Janice pertama kali masuk ke Keluarga Karim ketika dia berusia 16 tahun. Ivy mendandaninya seperti boneka yang siap untuk dipersembahkan. Pada saat itu, Ivy tidak memahami gaya berpakaian minimalis para wanita sosialita. Dia hanya ingin putrinya terlihat secantik mungkin ketika memasuki Keluarga Karim.Namun, hal itu malah membuatnya menjadi bahan ejekan bagi

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 7

    Janice muntah di atas setelan baru Jason, sehingga membuat Jason mengerutkan alisnya. Setelah muntah hingga hanya tersisa cairan asam, tubuh Janice yang lemas bersandar pada mobil.Norman segera mendekat dan berkata, "Pak Jason, biar kubantu Bu Janice."Namun, Jason melepas jasnya dan berkata dengan tegas, "Nggak usah." Dia memandang Janice dengan tatapan penuh rasa jijik, tetapi tetap menggendongnya masuk ke rumah.Janice langsung dibawa ke kamar mandi. Begitu didudukkan di atas meja wastafel, Jason mulai melucuti pakaian Janice yang kotor karena muntahan itu tanpa ragu-ragu."Jangan!" teriak Janice dengan panik dan mencoba untuk melawan. Namun, tubuhnya yang lemah tidak mampu menghalangi Jason.Wajah Jason tetap tampak datar saat melepaskan pakaian Janice. Cahaya lampu kamar mandi memperlihatkan bekas-bekas dari kejadian semalam yang masih tersisa di tubuhnya sehingga membuat Janice benar-benar merasa malu. Dia mencoba melindungi dirinya sendiri, tetapi Jason segera menangkap tangann

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 8

    Janice baru saja tiba di depan asrama ketika seseorang menepuk bahunya dari belakang. Saat berbalik, seorang teman sekelas menunjuk ke arah gedung pengajar dengan napas tersengal-sengal."Janice, Pak Handoko suruh kamu ke kantor kepala jurusan sekarang juga.""Oke," jawab Janice, lalu berbalik dan berjalan menuju ke gedung pengajar. Di sepanjang jalan, banyak orang memandangnya dengan tatapan penuh sindiran sambil berbisik-bisik. Tatapan mereka penuh dengan kebencian.Sepertinya ini akan menjadi pertemuan yang tidak menyenangkan.....Di kantor kepala jurusan.Begitu Janice masuk, dia melihat di dalam ruangan itu bukan hanya ada Handoko. Jason dan Vania juga turut hadir.Saat bertukar pandang dengan Jason, sorot mata Jason terlihat bagaikan ular kobra yang mematikan, seakan-akan bisa membunuhnya dalam sekejap. Napas Janice tertahan sejenak, lalu dia mengepalkan tangannya dengan erat untuk menenangkan diri.Namun, tatapan Jason terus melekat padanya, seolah-olah tidak mau membiarkan dia

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 9

    Janice meninggalkan kantor itu tanpa menoleh sama sekali. Setelah kekacauan yang terjadi di Keluarga Karim, Janice tahu bahwa dia harus selalu waspada terhadap Vania. Begitu mendengar Vania menelepon Jason sambil menangis dan mengatakan bahwa ada yang memfitnahnya, Janice langsung tahu bahwa Vania dan Malia telah mulai bertindak.Malia tahu terlalu banyak tentang Janice, termasuk tentang buku hariannya. Setelah menghabiskan malam bersama Jason, tak lama kemudian muncul postingan di internet yang menuduhnya memberi obat perangsang pada Jason.Janice tahu, semua itu pasti adalah ulah Malia. Oleh karena itu, Janice sudah lebih dulu mengganti buku hariannya secara diam-diam.Saat Janice masih sedang merenung, tiba-tiba muncul sebuah bayangan yang mendekat dari belakangnya. Orang itu adalah Malia.Sepanjang perjalanan, Malia tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya hanya diam-diam mengamati Janice. Namun, Janice tetap tenang. Dia tidak menunjukkan reaksi baru saja mengalami pengkhia

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 10

    Di saat Janice hendak keluar, Jason menolehkan wajahnya melihat pasangan di belakang pohon. "Ada masalah?" tanyanya. Nada bicaranya yang dingin terkesan tidak sabar.Begitu melihat orang itu adalah Jason, pasangan itu langsung menundukkan kepala dengan hormat. "Maaf, Pak Jason. Kami pergi dulu." Pasangan itu langsung bergegas pergi dari tempat itu.Mendengar langkah kaki mereka yang menjauh, Janice baru menghela napas lega. Dia berusaha untuk mendorong Jason, tetapi pergelangan tangannya malah dicengkeram erat."Beres-beres barangmu, aku suruh Norman untuk menunggumu di parkiran. Dia akan antarkan kamu ke apartemen," ucap Jason dengan nada memerintah tanpa menanyakan pendapat Janice sama sekali.Tubuh Janice menjadi kaku dan matanya mengerjap untuk berusaha meredam gejolak dalam hatinya. Bagi Jason, Janice bukanlah seorang manusia. Dia hanya sebuah boneka yang patuh dan bisa dipermainkan serta dicampakkan setiap saat. Janice menggertakkan giginya untuk berusaha melepaskan diri."Nggak

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 11

    Merasakan tatapan itu, Janice menoleh ke arahnya. Orang itu adalah Jason. Dia mengenakan jas hitam yang rapi, jari-jarinya yang panjang bersandar di pelipisnya, dan cincin merah di jarinya berkilauan di bawah sinar matahari.Di sampingnya berdiri Vania yang terlihat sedang mengatakan sesuatu. Mereka berdiri sangat dekat dan wajah Jason terlihat lebih lembut dari biasanya. Janice menarik kembali pandangannya, lalu melepas tangannya sambil berpura-pura tenang."Terima kasih," ucap Janice."Sama-sama." Pria itu menoleh ke arah pandangannya. "Itu Pak Jason, 'kan? Dia sayang sekali sama tunangannya ya, sampai antar jemput dia sendiri."Ya, semua orang bisa melihat dengan jelas betapa Jason mencintai Vania. Di kehidupan sebelumnya, hanya Janice sendiri yang masih mencintai dan menunggunya seperti orang bodoh. Baru saja Janice hendak mengangguk, Ivy malah langsung menariknya."Karena sudah kebetulan ketemu, ayo cepat sapa pamanmu.""Nggak," tolak Janice sambil menepis tangannya dan hendak per

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 12

    Janice ditarik Calvin ke belakang. Saat pandangannya mulai kabur, Janice mengepalkan tangannya dengan erat. Janice baru tersadar ketika merasa kesakitan. Dia harus menyelamatkan diri sendiri!Janice meraih gagang pintu untuk menstabilkan tubuhnya. Dia terus mencari barang yang bisa menyelamatkannya. Pajangan kristal di bagian tengah mobil memberi Janice kesempatan.Namun, tangan Janice tidak mampu meraih pajangan kristal itu. Dia berusaha keras untuk melawan Calvin sambil meraih pajangan kristal.Setelah berhasil mencabut pajangan itu dari alas antiselip, Janice menghantam kepala Calvin. Alhasil, Calvin yang kesakitan melepaskan Janice.Janice memanfaatkan kesempatan ini untuk membuka pintu mobil dan buru-buru keluar. Angin malam di musim gugur berembus. Janice merasa kedinginan.Janice berjuang sekuat tenaga untuk kabur, tetapi Calvin mencekik lehernya. Janice berusaha melawan. Hanya saja, Calvin menjambak rambut Janice dan menghempasnya ke pintu mobil.Janice merasa pusing, lalu tumb

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 316

    Melihat Marco yang semakin mendekat, Janice berusaha keras untuk meronta. Namun, tubuhnya tetap tak dapat digerakkan. Bahkan ketika dia mencoba menjatuhkan dirinya dari kursi, tubuhnya tetap tak bergeser sedikit pun.Tanpa tergesa-gesa, Marco berhenti di depannya, lalu berjongkok. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh wajah serta punggung Janice dengan penuh kesadaran."Benar-benar kulit yang sempurna. Nggak heran hargamu jauh lebih mahal daripada yang lain. Tenang saja, aku akan berhati-hati."Kulit?Janice terkejut dan matanya membelalak. Dengan susah payah, dia membuka mulut dan tergagap, "Ku ... kulit apa? Ha ... harga apa?"Setelah mengatakan itu, rasanya dia telah menghabiskan seluruh tenaganya. Tubuhnya langsung terkulai di lantai, tak mampu bergerak lagi.Mendengar pertanyaannya, Marco sepertinya teringat sesuatu yang membuatnya semakin bersemangat. Tangannya bergerak dengan gelisah, sulit menahan kegembiraannya. Tiba-tiba, dia membungkuk lebih dekat ke Janice, dengan senyum yan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 315

    Perasaan di dalam tubuh Janice seperti roller coaster. Dia tahu perumpamaan itu tidak masuk akal, tetapi pikirannya terus berpikir seperti itu. Sensasi itu terasa nyaman sekaligus aneh.Marco menatap Janice dengan saksama, lalu berkata, "Apakah rasanya menyenangkan? Nyaman, bukan? Kamu jauh lebih sesuai dengan kriteriaku dibandingkan yang ada di foto."Foto?Kriteria?Apa maksudnya?Janice tidak punya waktu untuk berpikir lebih jauh. Dia hanya melihat Marco membuka tas yang sudah diletakkan sebelumnya di ruangan itu dengan puas.Ketika Janice melihat isi tas tersebut, rasa takut menyelimutinya. Dia berusaha keras untuk melawan, tetapi tubuhnya tetap sulit dikendalikan. Sementara itu, Marco mendekatinya dengan senyum lebar dan membawa barang-barang dari dalam tasnya.....Di ruang jamuanAcara penyambutan Jason diatur oleh saudara sepupu Anwar yang juga merupakan penanggung jawab tambang saat ini. Menurut urutan keluarga, Jason harus memanggil mereka sebagai paman kelima dan keenam.Beg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 314

    Tempat jamuan makan dipindahkan ke sebuah restoran yang lebih mewah, dengan tingkat privasi yang jauh lebih baik. Begitu memasuki ruangan, suasana mewah tersebut langsung terasa.Di dalam ruang privat, sebuah meja panjang dihias dengan sangat elegan dan berkelas.Amanda masuk terlebih dulu untuk menyapa beberapa tamu asing dengan mencium pipi, lalu duduk dengan sopan dan ramah.Janice mengikutinya dengan tenang dari belakang. Namun, baru berjalan beberapa langkah, seorang pria tinggi tiba-tiba muncul dan mengadang jalannya."Hai, Nona," sapa pria itu.Mendengar suara itu, Janice mengangkat pandangannya dan terkejut melihat salah satu desainer favoritnya.Marco.Namanya sangat tradisional dan umum di Idali. Namun, desain-desainnya terkenal karena inovasi dan daya tariknya yang kuat. Kabarnya, semua karya Marco terinspirasi oleh "dewi inspirasi"-nya, yang menunjukkan bahwa dia adalah seseorang yang setia dalam masalah perasaan.Janice merasa terhormat disapa oleh Marco. Saat dia bersiap

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 313

    Anwar mengangkat pandangannya, dan tatapannya sudah mengatakan segalanya. Pelayan itu tertegun sejenak, lalu segera menunduk dan menyanggupi perintahnya.....Sore hariJanice mengganti pakaiannya dengan sesuatu yang lebih sederhana dan sopan, riasannya juga sangat tipis, membuat penampilannya tampak rendah hati dan bersih.Bagaimanapun, dia hanya karyawan Amanda. Janice tidak ingin mencuri perhatian. Saat hendak berangkat, notifikasi di ponselnya menunjukkan sebuah topik yang sedang trending.[ Jason dan Vania menghabiskan sore yang penuh cinta.]Hanya dari judulnya, Janice sudah tahu isi beritanya. Dia memilih untuk mengabaikan notifikasi itu, lalu mengenakan sepatu hak tinggi dengan tenang dan keluar dari kamar.Baru saja masuk ke dalam lift, dia bertemu dengan Amanda. Amanda mengenakan jumpsuit elegan dengan potongan V-neck yang dihiasi kalung Mutiara. Penampilannya tampak Anggun, tetapi tetap profesional.Dia melirik Janice dan berkata, "Kamu nggak usah berpakaian terlalu sederhan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 312

    Norman kembali ke sisi Jason dan berbicara pelan, "Pak Jason, Bu Janice sudah pergi sendiri."Jason terdiam beberapa detik sebelum berkata, "Suruh seseorang mengawasinya.""Baik. Selain itu ...." Norman mendekat dan berbisik beberapa patah kata di telinganya. Jason hanya mengangguk tanpa ekspresi.Dia kemudian berjalan ke arah Vania, mengulurkan tangan untuk mengambilkan tasnya dari bagasi kabin dan menyampirkan jaketnya di Pundak Vania dengan santai."Kota Gunang lebih dingin dibandingkan Kota Pakisa," katanya."Hmm." Vania tersenyum malu-malu, dengan tatapan penuh semangat melihat Jason. Para tamu di sekitar mereka memandangnya dengan iri.....Setelah mengambil barang bawaannya, Janice menemukan Amanda. Amanda terlihat sendirian. "Vania nggak pergi sama kita?""Hmm."Janice sudah menduganya. Ketika dia sedang berpikir, sebuah keributan terjadi tidak jauh darinya.Jason keluar dari bandara sambil menggandeng Vania, menciptakan pemandangan yang heboh. Vania mengangkat pandangannya dan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 311

    Ini hanyalah salah satu langkah dalam rencananya untuk mendapatkan kendali penuh atas tambang. Karena itu, dia membiarkan Janice mencari Caitlin, kemudian membiarkan Caitlin menyiksanya. Sementara itu, dia memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan keuntungan tanpa usaha.Saat ini, hati Janice terasa seperti ditusuk oleh ribuan jarum dan tenggorokannya terasa sesak.Setelah Norman pergi, Janice kembali ke tempat duduknya dengan tenang. Baru saja duduk, pramugari datang membawakan makanan, tetapi dia benar-benar tidak bisa makan."Aku nggak lapar, tolong bawakan aku segelas anggur," katanya.Pramugari itu tampak terkejut sejenak, lalu melirik ke arah Jason di sampingnya. Jason mengangkat pandangannya dengan tatapan dingin dan berkata, "Minum alkohol dengan perut kosong?"Janice tidak melihat ke arahnya, matanya tetap tertuju ke luar jendela. "Aku nggak akan mati karenanya."Jason melambaikan tangan ke pramugari, tidak membiarkan dia membawa anggur untuk Janice. Dengan sabar, dia menunju

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 310

    Janice mengikuti arah pandang Jason dan menyadari bahwa sweternya tersangkut di tali pinggang Jason.Jika Jason bergerak sedikit saja, baju Janice akan terangkat.Dengan panik, Janice menarik sweternya. Namun, dia malah tidak sengaja menyentuh tempat yang tidak seharusnya disentuh. Seketika, tangannya dicengkeram oleh Jason.Jason mengatupkan bibirnya. Di tengah kegelapan, terlihat tatapannya yang suram seperti binatang buas yang sedang menahan diri. Dia berucap dengan tegas, "Jangan bergerak."Saat merasakan perubahan pada tubuh Jason, mata Janice sontak terbelalak. Dahinya juga mulai berkeringat. Dia menarik sweternya dengan terburu-buru."Bajuku ..."Klik! Tali pinggang itu terbuka."Pak ...." Norman datang dengan membawakan berkas. Saat melihat pemandangan ini, dia segera menutup mulut dan berbalik. "Aku nggak lihat apa-apa. Aku akan kembali nanti."Norman buru-buru pergi. Janice ingin sekali mencari tempat untuk bersembunyi. Dia harus segera melepaskan sweternya dari ikat pinggang

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 309

    Janice mengangguk, lalu kembali ke kursinya. Ketika melewati pria di sebelahnya, pria itu sengaja menyenggolnya dengan kaki.Janice tidak tahan lagi. "Pak, kalau kamu terus begini, aku juga nggak akan segan-segan. Kalau aku marah, mungkin pesawat ini harus putar balik."Pria itu bukan hanya tidak marah, melainkan tertawa. "Cantik, apa pernah ada yang bilang kamu terlihat semakin menggoda kalau marah?""Menggoda kepalamu ...." Janice mengangkat sepatu hak tingginya untuk menginjak kaki pria itu yang terulur. Namun, pramugari tiba-tiba datang."Bu Janice?""Ya?" Janice menurunkan kakinya."Rekan kerjamu ingin menemuimu." Pramugari menunjuk ke depan.Janice mengira Amanda yang mencarinya, jadi dia membawa tasnya dan mengikuti pramugari. Ternyata pramugari malah membawanya ke kabin first class.Norman melambaikan tangan. "Bu Janice, di sini."Janice termangu sesaat. Tiba-tiba, dia memahami sesuatu dan berbalik. "Nggak usah."Tiba-tiba, tangannya diraih oleh seseorang. "Kamu mau terus digan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 308

    "Ka ... kamu ...." Vania menggertakkan gigi. Dia tidak menyangka dirinya akan diperas oleh Malia, orang yang seharusnya tidak berbahaya untuknya.Malia tertawa ringan. "Vania, jangan main-main. Aku sudah nggak punya apa-apa lagi. Kalau aku mati, aku pasti akan menarik seseorang untuk ikut denganku."Vania mengepalkan tinjunya. Dia tidak takut pada anjing yang tidak patuh, melainkan takut pada anjing liar yang tiba-tiba menyerang. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Aku transfer sebentar lagi.""Terima kasih." Malia tertawa dan mengakhiri panggilan.Vania menatap ponselnya. Dia bisa menilai bahwa nafsu Malia hanya akan semakin besar. Semua ini salah Janice! Jika bukan karena Janice, Malia tidak akan berani bertindak seperti ini padanya!Saat ini, masuk pesan dari Azka.[ Sayang, malam ini ada waktu nggak? ]Vania ingin membalas dia tidak ada waktu, tetapi sebuah rencana tiba-tiba muncul dalam benaknya.[ Ada, tapi ... aku butuh bantuanmu untuk melakukan sesuatu. ][ Sejak kapa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status