แชร์

Bab 4

ผู้เขียน: Danira Widia
Di bawah tatapan dingin Jason, Janice mencoba menenangkan diri dan menggigit bibirnya erat-erat. Namun, kenangan delapan tahun penderitaan dari kehidupan sebelumnya membuat ujung jari-jarinya bergetar dan dia tak bisa menahan diri untuk memalingkan wajahnya.

Jason tak lagi melihat ke arahnya. Dia berkata dengan nada mengejek, "Mau hamil diam-diam?"

Janice mengerutkan alisnya, lalu melirik sekilas ke arah Ivy. Obat itu dibeli oleh Ivy, tapi apakah Ivy belum juga mengurungkan niatnya untuk membuat Janice menikah dengan Jason?

Namun, saat Janice melihat Ivy gemetar ketakutan di bawah tatapan dingin Jason, dia sadar bahwa ibunya tak mungkin berani berbuat apa pun di hadapan Jason. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?

Janice mendongak dan melihat tatapan semua orang mengarah padanya. Di antara semua tatapan itu, ada satu yang paling mencolok, yaitu Vania. Senyuman di sudut bibir Vania terlihat seperti sedang mengejeknya, mengingatkan Janice pada mimpi buruk dari masa lalu.

Benar saja, detik berikutnya, Vania berpaling sambil memegang tangan Janice dengan penampilan yang tampak penuh empati, lalu berkata, "Janice, maafkan aku. Aku nggak bisa bantu kamu bohongi Jason dan Pak Anwar, jadi aku terpaksa mengungkapkan semuanya."

"Aku nggak nyangka kamu memanfaatkan situasi ini untuk meredakan gosip, lalu diam-diam mencoba untuk hamil," lanjutnya.

"Kalau saja aku nggak dengar rencanamu waktu mau menghiburmu, kamu mungkin sudah berhasil. Kalau kamu benar-benar hamil, lalu bagaimana denganku dan Jason?"

Setelah berkata demikian, air mata Vania mengalir deras dan suaranya terisak. Semua orang yang mendengar ucapan itu langsung naik pitam dan merasa tidak adil bagi Vania.

"Masih belum jelas apa rencananya? Jelas dia mau rebut posisi Vania! Kalau dia benar-benar hamil, dia pasti akan gunakan anak itu untuk maksa Jason menikahinya. Pada akhirnya, Keluarga Karim bakal malu!" kata seseorang dengan penuh emosi.

Orang lainnya mengepalkan tangan dengan marah. "Aku belum pernah lihat cara sehina itu! Untungnya Vania nggak ketipu sama rencananya. Kalau nggak, pasangan serasi ini bakal dipisahkan sama trik keji ini!"

"Jason, Janice nggak bisa dibiarkan tinggal di sini lebih lama lagi. Kalau nggak, siapa tahu masalah apa lagi yang akan muncul di masa depan!"

Setiap ucapan itu menusuk hati Janice dengan tajam, seperti yang terjadi di kehidupan sebelumnya. Semua orang melindungi Vania, membuat Janice tampak tak berharga. Janice sudah terlalu sering mendengar tuduhan seperti itu dan sekarang dia juga sudah kebal terhadapnya.

Janice mendongak, tatapannya langsung bertemu mata Vania. Di balik pandangan yang lemah lembut dan penuh air mata itu, tersembunyi kilatan penuh perhitungan.

Janice terpana sejenak melihat Vania menghapus air matanya dengan perlahan. Saat tangannya bergerak untuk menyeka air mata, dia diam-diam menatap Janice dan memperlihatkan senyuman tipis. Senyum yang tampak seperti provokasi atau bahkan ejekan.

Obatnya telah diganti oleh Vania!

Tak lama kemudian, Vania membuka mulut. Suaranya tetap lembut seperti biasanya, bahkan terdengar penuh permohonan.

"Jason, kumohon maafkanlah Janice. Dia pasti nggak sengaja! Anggap saja semua ini perbuatanku. Kalau itu bisa membantu Keluarga Karim, aku rela mengorbankan reputasiku dan menyerahkan harga diriku."

Jika Janice tidak melihat ekspresi penuh kemenangan di wajah Vania, dia mungkin akan percaya bahwa wanita itu benar-benar tulus. Suara lembutnya bisa membuat siapa saja percaya bahwa dia adalah orang baik dan selalu memikirkan kepentingan bersama.

Pada saat itu, Janice menyadari bahwa dia terlalu meremehkan Vania. Meskipun telah menjalani kehidupan kedua dan mengubah jalan hidupnya, Janice tidak memiliki kekuatan istimewa untuk mengalahkan lawannya sepenuhnya.

Vania yang sangat menikmati kegugupan Janice. Tentu saja Vania tidak akan sebodoh itu mengakui wanita dalam foto yang menimbulkan kehebohan itu adalah dirinya sendiri.

Sebagai seorang pengusaha yang bertangan besi, Jason dan ayahnya pasti sudah mempertimbangkan semua keuntungan dan kerugian dari kejadian ini sejak semalam. Mereka tentu tahu siapa sebenarnya wanita dalam foto tersebut.

Jika Vania mengakui itu dirinya, Jason akan melihatnya sebagai wanita yang penuh tipu muslihat dan Anwar akan menganggapnya memiliki niat buruk. Namun dengan bersikap bijaksana seperti ini, dia bukan hanya akan mendapatkan kepercayaan Jason, tetapi juga membuat penilaian Anwar berubah terhadapnya.

Yang paling penting, tidak ada lagi yang akan percaya pada Janice. Meskipun Jason telah tidur dengannya, lalu memangnya kenapa? Bagi mereka, Janice tetap dianggap rendahan.

Meskipun merasa gugup, Janice yang sekarang bukan lagi Janice yang seperti dulu. Setelah memahami maksud Vania, dia justru merasa lebih tenang.

Vania tertegun sejenak menatap Janice dengan tajam, seolah-olah ingin menemukan celah dalam ekspresinya. Namun, Janice tidak memedulikannya. Dia melewati Vania dan berjalan menuju kursi utama.

Mata Jason bertemu dengan tatapan Janice yang tampak dingin dan seolah-olah merendahkannya. Jason memainkan cincinnya dengan santai. Namun, sikapnya yang enggan itu penuh dengan aura mengintimidasi, seolah-olah Janice hanyalah mainan di tangannya.

Itulah yang membuat Jason tampak begitu menakutkan. Sama seperti di kehidupan sebelumnya ketika Jason berbicara padanya dengan nada dingin dan dipenuhi kebencian, dia sudah yakin bahwa Janice adalah wanita yang licik dan penuh tipu daya.

Penjelasan apa pun tidak akan mengubah pandangannya. Jadi, Janice merasa tidak perlu lagi untuk menjelaskan.

Janice tersenyum getir. "Aku sudah bilang, wanita di foto itu bukan aku. Kalau Vania juga nggk mengaku, mungkin kita harus tanyakan langsung pada Paman Jason."

"Tapi aneh sekali Vania, kamu dan Jason adalah sepasang tunangan. Kalau terjadi sesuatu di antara kalian, seharusnya itu hal yang wajar. Tadi saja Paman Jason saja nggak mengelak, jadi kenapa kamu buru-buru menyangkalnya? Apa ada yang kamu sembunyikan? Seolah-olah kamu nggak cinta sama dia."

Kalau mau memutarbalikkan keadaan, Janice juga bisa melakukannya. Ini adalah sesuatu yang Janice pelajari di kehidupan sebelumnya dari Vania.

Ekspresi Vania seketika berubah kaku dan berbalik dengan cepat. Bahkan sebelum sempat mengendalikan raut wajahnya, Vania tergagap sambil menggelengkan kepal, "Nggak! Aku cinta sama Jason! Aku cuma nggak mau berbohong."

"Kalau kamu nggak mau bohong, lalu kenapa kamu menuduhku? Lagi pula ...." Janice menatap Jason dan menekankan setiap kata, "Lagi pula, apakah satu-satunya pria di dunia ini cuma Paman? Apa aku nggak bisa hamil anak dari pria lain?"

Jason, di kehidupan ini, aku lebih rela memiliki hubungan dengan pria asing daripada terlibat denganmu!

Mendengar hal itu, jari-jari Jason mencengkeram lebih kuat. Matanya yang dingin penuh dengan maksud tersirat yang tidak bisa ditafsirkan. Dengan suara rendah dan penuh ancaman, Jason berkata, "Apa kamu bilang?"

Janice mengulang dengan suara yang lebih keras, "Aku bilang, apa dunia ini cuma ada Paman seorang? Mau hamil anak siapa pun, yang jelas itu bukan anakmu! Apa aku salah?"

Jason memicingkan matanya. Auranya yang mengintimidasi hampir membuat Janice kehilangan keseimbangan. Namun, dia cepat-cepat memalingkan wajahnya dan menatap orang-orang di sekelilingnya.

"Masih ada yang mau bicara? Kalau nggak, aku sudah capek, mau istirahat dulu." Janice berbalik dan bersiap untuk pergi.

"Berhenti!" Suara Jason semakin berat dan mengancam. "Siapa orang itu?"

Semua orang terkejut. Tidak ada yang menyangka Jason akan mengajukan pertanyaan seperti itu.

Janice menundukkan pandangan untuk menyembunyikan semua emosinya. Pada titik ini, Janice sadar Jason pasti sudah tahu siapa pria yang dia bicarakan. Namun, Jason ingin melihat sampai mana Janice bisa memutarbalikkan situasi.

Janice mengambil ponselnya dan melirik sekilas, lalu menatap Jason dengan tenang, "Paman, kamu nggak usah khawatir. Semuanya akan segera berakhir."

Jason mengerutkan alis. Dia yang awalnya mengira telah mengendalikan situasi, kini tampak kebingungan dan gelisah. Pada saat itu, kepala pelayan datang bersama satpam.

"Ada yang cari Bu Janice," katanya.

Melihat banyak sekali orang di sekitar sana, satpam berkata dengan hormat, "Pesanan Bu Janice sudah tiba. Karena daerah perumahan ini nggak mengizinkan orang luar untuk masuk, jadi aku yang bawakan barangnya ke sini."

Janice menerima kantong plastik itu, lalu berkata dengan perlahan, "Terima kasih."

Begitu satpam itu pergi, Janice berjalan ke depan meja teh dan mengeluarkan isi plastik itu. Ternyata obat kontrasepsi. Tadi dia merasa tidak tenang menyerahkan tugas ini kepada Ivy, jadi dia diam-diam memesan obat lagi untuk berjaga-jaga.

Tak disangka, obat ini benar-benar berguna sekarang. Janice membuka kotak obat dan mengeluarkan papan pil dari dalamnya, memperlihatkannya satu per satu kepada mereka. Dia bahkan sengaja berhenti beberapa detik di depan Jason.

"Paman, sudah jelas sekarang? Ini benar-benar pil kontrasepsi, bukan? Paman nggak usah khawatir, aku nggak akan pernah mengandung anak yang nggak seharusnya kumiliki. Kamu cuma nunggu ini, bukan?"

Dengan senyuman getir, Janice mengeluarkan sepuluh pil. Lalu, tanpa ragu, dia menelan satu pil.

"Satu cukup? Kalau nggak, akan kutambah lagi!"

"Dua! Tiga! Empat ...."

Semua orang sontak terdiam, beberapa bahkan terkejut melihat Janice. Mereka tidak tahu harus berkata apa.

Saat Janice hendak menelan pil kelima, tiba-tiba Zachary yang selalu patuh pada Anwar, melangkah maju dan menepis pil itu dari tangannya.

"Jason, kamu mau apa? Janice sudah bilang orang itu bukan dia, kenapa kalian terus menyudutkannya? Apa kalian nggak malu kalau sampai kabar ini tersebar di luar sana?" teriak Zachary dengan marah.

Ivy segera menarik Janice ke pelukannya dan berkata dengan suara terisak, "Cukup! Cukup sudah! Janice belum menikah. Kalau terus minum obat ini, dia bisa bahaya!"

Saat ini, Janice sudah merasakan sakit perut yang dahsyat hingga keringat dingin bercucuran di dahinya. Meski demikian, dia tetap menahan diri dan membuka telapak tangannya di hadapan Jason untuk memperlihatkan pil yang tersisa.

"Paman, sudah cukup?"
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (7)
goodnovel comment avatar
selialia701
good. next
goodnovel comment avatar
Mamaahh Alip
bagus sekali ceritanya
goodnovel comment avatar
Sumiyati Sumiyati
mau bava terus
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 5

    Ruang aula begitu luas, tetapi suasana di sekitar Jason terasa mencekam. Udara seolah-olah membeku dan menekan semua orang hingga sulit bernapas. Dia tetap diam, tapi semua orang tahu dia sedang marah.Jason mengeluarkan kotak rokok, lalu mengambil sebatang dan menyalakannya. Asap putih yang dihembuskannya menyelimuti wajahnya dan dia menatap Janice melalui kabut tipis itu dengan pandangan yang sulit diartikan."Pergi," katanya dengan dingin.Anwar yang juga tampak tidak senang, melambaikan tangannya dengan isyarat yang sama.Ivy segera membantu Janice berdiri.Namun, Janice menarik tangannya dan berdiri tegap di tengah aula. Dengan suara yang lantang, dia berkata, "Kalau keberadaanku di sini membuat semua orang nggak nyaman, aku akan segera pindah. Terima kasih atas perawatan Anda selama bertahun-tahun, Pak Anwar."Janice ingin pergi dengan bermartabat dan tanpa keraguan sedikit pun. Dia tidak lagi takut dan berhati-hati seperti di kehidupan sebelumnya. Setelah menyampaikan kata-katan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 6

    Tadi malam? Janice memang mengatakan banyak hal. Dia tidak tahan melihat penderitaan Jason, sehingga dia terpaksa menuruti keinginan pria itu. Saat suasana semakin memanas, dia menahan penyiksaan dari Jason sambil mengungkapkan isi hatinya dengan serius.Saat itu, dia berpikir bahwa mungkin besok Jason akan melupakan semuanya. Namun, dia akan selalu mengingat momen ini. Setidaknya, dia pernah berada sangat dekat dengan Jason."Jason, aku menyukaimu. Aku sudah lama menyukaimu, sejak aku masuk ke Keluarga Karim dan kamu membantuku mengatasi kesulitan. Aku tahu kamu nggak akan peduli padaku, tapi aku ... sungguh ....""Mencintaimu."Janice pertama kali masuk ke Keluarga Karim ketika dia berusia 16 tahun. Ivy mendandaninya seperti boneka yang siap untuk dipersembahkan. Pada saat itu, Ivy tidak memahami gaya berpakaian minimalis para wanita sosialita. Dia hanya ingin putrinya terlihat secantik mungkin ketika memasuki Keluarga Karim.Namun, hal itu malah membuatnya menjadi bahan ejekan bagi

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 7

    Janice muntah di atas setelan baru Jason, sehingga membuat Jason mengerutkan alisnya. Setelah muntah hingga hanya tersisa cairan asam, tubuh Janice yang lemas bersandar pada mobil.Norman segera mendekat dan berkata, "Pak Jason, biar kubantu Bu Janice."Namun, Jason melepas jasnya dan berkata dengan tegas, "Nggak usah." Dia memandang Janice dengan tatapan penuh rasa jijik, tetapi tetap menggendongnya masuk ke rumah.Janice langsung dibawa ke kamar mandi. Begitu didudukkan di atas meja wastafel, Jason mulai melucuti pakaian Janice yang kotor karena muntahan itu tanpa ragu-ragu."Jangan!" teriak Janice dengan panik dan mencoba untuk melawan. Namun, tubuhnya yang lemah tidak mampu menghalangi Jason.Wajah Jason tetap tampak datar saat melepaskan pakaian Janice. Cahaya lampu kamar mandi memperlihatkan bekas-bekas dari kejadian semalam yang masih tersisa di tubuhnya sehingga membuat Janice benar-benar merasa malu. Dia mencoba melindungi dirinya sendiri, tetapi Jason segera menangkap tangann

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 8

    Janice baru saja tiba di depan asrama ketika seseorang menepuk bahunya dari belakang. Saat berbalik, seorang teman sekelas menunjuk ke arah gedung pengajar dengan napas tersengal-sengal."Janice, Pak Handoko suruh kamu ke kantor kepala jurusan sekarang juga.""Oke," jawab Janice, lalu berbalik dan berjalan menuju ke gedung pengajar. Di sepanjang jalan, banyak orang memandangnya dengan tatapan penuh sindiran sambil berbisik-bisik. Tatapan mereka penuh dengan kebencian.Sepertinya ini akan menjadi pertemuan yang tidak menyenangkan.....Di kantor kepala jurusan.Begitu Janice masuk, dia melihat di dalam ruangan itu bukan hanya ada Handoko. Jason dan Vania juga turut hadir.Saat bertukar pandang dengan Jason, sorot mata Jason terlihat bagaikan ular kobra yang mematikan, seakan-akan bisa membunuhnya dalam sekejap. Napas Janice tertahan sejenak, lalu dia mengepalkan tangannya dengan erat untuk menenangkan diri.Namun, tatapan Jason terus melekat padanya, seolah-olah tidak mau membiarkan dia

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 9

    Janice meninggalkan kantor itu tanpa menoleh sama sekali. Setelah kekacauan yang terjadi di Keluarga Karim, Janice tahu bahwa dia harus selalu waspada terhadap Vania. Begitu mendengar Vania menelepon Jason sambil menangis dan mengatakan bahwa ada yang memfitnahnya, Janice langsung tahu bahwa Vania dan Malia telah mulai bertindak.Malia tahu terlalu banyak tentang Janice, termasuk tentang buku hariannya. Setelah menghabiskan malam bersama Jason, tak lama kemudian muncul postingan di internet yang menuduhnya memberi obat perangsang pada Jason.Janice tahu, semua itu pasti adalah ulah Malia. Oleh karena itu, Janice sudah lebih dulu mengganti buku hariannya secara diam-diam.Saat Janice masih sedang merenung, tiba-tiba muncul sebuah bayangan yang mendekat dari belakangnya. Orang itu adalah Malia.Sepanjang perjalanan, Malia tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya hanya diam-diam mengamati Janice. Namun, Janice tetap tenang. Dia tidak menunjukkan reaksi baru saja mengalami pengkhia

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 10

    Di saat Janice hendak keluar, Jason menolehkan wajahnya melihat pasangan di belakang pohon. "Ada masalah?" tanyanya. Nada bicaranya yang dingin terkesan tidak sabar.Begitu melihat orang itu adalah Jason, pasangan itu langsung menundukkan kepala dengan hormat. "Maaf, Pak Jason. Kami pergi dulu." Pasangan itu langsung bergegas pergi dari tempat itu.Mendengar langkah kaki mereka yang menjauh, Janice baru menghela napas lega. Dia berusaha untuk mendorong Jason, tetapi pergelangan tangannya malah dicengkeram erat."Beres-beres barangmu, aku suruh Norman untuk menunggumu di parkiran. Dia akan antarkan kamu ke apartemen," ucap Jason dengan nada memerintah tanpa menanyakan pendapat Janice sama sekali.Tubuh Janice menjadi kaku dan matanya mengerjap untuk berusaha meredam gejolak dalam hatinya. Bagi Jason, Janice bukanlah seorang manusia. Dia hanya sebuah boneka yang patuh dan bisa dipermainkan serta dicampakkan setiap saat. Janice menggertakkan giginya untuk berusaha melepaskan diri."Nggak

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 11

    Merasakan tatapan itu, Janice menoleh ke arahnya. Orang itu adalah Jason. Dia mengenakan jas hitam yang rapi, jari-jarinya yang panjang bersandar di pelipisnya, dan cincin merah di jarinya berkilauan di bawah sinar matahari.Di sampingnya berdiri Vania yang terlihat sedang mengatakan sesuatu. Mereka berdiri sangat dekat dan wajah Jason terlihat lebih lembut dari biasanya. Janice menarik kembali pandangannya, lalu melepas tangannya sambil berpura-pura tenang."Terima kasih," ucap Janice."Sama-sama." Pria itu menoleh ke arah pandangannya. "Itu Pak Jason, 'kan? Dia sayang sekali sama tunangannya ya, sampai antar jemput dia sendiri."Ya, semua orang bisa melihat dengan jelas betapa Jason mencintai Vania. Di kehidupan sebelumnya, hanya Janice sendiri yang masih mencintai dan menunggunya seperti orang bodoh. Baru saja Janice hendak mengangguk, Ivy malah langsung menariknya."Karena sudah kebetulan ketemu, ayo cepat sapa pamanmu.""Nggak," tolak Janice sambil menepis tangannya dan hendak per

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 12

    Janice ditarik Calvin ke belakang. Saat pandangannya mulai kabur, Janice mengepalkan tangannya dengan erat. Janice baru tersadar ketika merasa kesakitan. Dia harus menyelamatkan diri sendiri!Janice meraih gagang pintu untuk menstabilkan tubuhnya. Dia terus mencari barang yang bisa menyelamatkannya. Pajangan kristal di bagian tengah mobil memberi Janice kesempatan.Namun, tangan Janice tidak mampu meraih pajangan kristal itu. Dia berusaha keras untuk melawan Calvin sambil meraih pajangan kristal.Setelah berhasil mencabut pajangan itu dari alas antiselip, Janice menghantam kepala Calvin. Alhasil, Calvin yang kesakitan melepaskan Janice.Janice memanfaatkan kesempatan ini untuk membuka pintu mobil dan buru-buru keluar. Angin malam di musim gugur berembus. Janice merasa kedinginan.Janice berjuang sekuat tenaga untuk kabur, tetapi Calvin mencekik lehernya. Janice berusaha melawan. Hanya saja, Calvin menjambak rambut Janice dan menghempasnya ke pintu mobil.Janice merasa pusing, lalu tumb

บทล่าสุด

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 689

    Kristin mengangguk, memanggul tas perlengkapan bayi di punggung, dan menggendong anaknya pergi ke toilet.Janice menoleh ke arah tiga wanita lainnya dan menjelaskan, "Investasi bukan hal sepele, menurutku harus dipertimbangkan matang-matang. Lagi pula, ibuku juga kurang paham. Gimana kalau besok ibuku ajak Bibi Fenny buat jelasin semuanya?""Boleh juga."Janice dan Ivy langsung menghela napas lega.Selesai mengganti popok, Kristin keluar dari toilet. Dia beberapa kali mencoba membahas topik soal investasi, tetapi selalu berhasil dialihkan oleh Janice.Akhirnya, pertemuan itu bubar dengan suasana tak menyenangkan.Dalam perjalanan pulang, Ivy menggertakkan gigi. "Aku anggap dia teman baik, makanya cerita soal aku untung dari investasi. Apa maksud dia tadi?""Ibu, orang bisa berubah. Tadi Ibu juga lihat sendiri keadaannya. Kalau suaminya sayang dia, mana mungkin biarin dia bolak-balik ke dokter belasan tahun cuma buat punya anak laki-laki?""Hais ...." Ivy hanya bisa menghela napas panja

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 688

    Program hamil? Tangan Janice yang sedang memegang cangkir teh langsung kaku. Dari sudut matanya, dia melihat Rachel juga melirik ke arahnya."Ya, baru nikah soalnya. Suamiku suka banget sama anak kecil, katanya mau anak perempuan dulu. Bahkan, kita sudah siapin namanya," kata Rachel dengan tenang."Jason ini buru-buru banget ya, nama saja sudah disiapin. Namanya siapa?" tanya Elaine dengan penasaran."Vega," jawab Rachel perlahan.Duk! Cangkir teh di tangan Janice jatuh ke atas meja."Namanya siapa?" Suara Janice gemetar."Vega, itu nama yang Jason pilih sendiri." Rachel menekankan kata-katanya.Amarah dalam diri Janice langsung berkobar. Itu nama anak perempuannya! Apa hak Jason menggunakan nama itu?Elaine menatap Janice yang kehilangan kendali, lalu tertawa. "Eh, kenapa, Janice? Kita lagi bahas ibumu dan Rachel soal punya anak, tapi ekspresimu kayak kamu yang mau punya anak saja."Janice tersadar, semua orang menatapnya dengan ekspresi aneh. Dia mengepalkan tangannya, lalu mengambil

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 687

    Janice tampak sangat terkejut. Dia masih ingat waktu kecil, Kristin sering menggendongnya sambil mengatakan dia suka anak perempuan.Tak disangka, demi punya anak laki-laki, dia sampai berobat bertahun-tahun.Janice menoleh ke Ivy, lalu bertanya, "Bu, apa hubungannya denganmu?"Sebelum Ivy sempat menjelaskan, Kristin dan tiga temannya sudah menghampiri bersama."Ivy, lama nggak ketemu, kamu kelihatan makin muda saja ya."Siapa yang tidak suka dipuji? Ivy pun tersenyum, lalu menyentuh wajahnya. Kebetulan sekali, memperlihatkan cincin permata hadiah peringatan pernikahan dari Zachary."Ah, nggak juga. Aku cuma lebih santai saja belakangan ini.""Ya ampun, cincinnya cantik banget! Hadiah dari suamimu ya? Kalian sudah nikah lama, tapi masih seromantis ini.""Iya, iya." Ivy mengangguk. Yang sebenarnya dia banggakan bukanlah cincinnya, melainkan cinta suaminya padanya.Sementara itu, Janice menyadari wajah Kristin tampak kurang senang. Dia menarik lengan Ivy. "Bu, Bibi Kristin lagi gendong b

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 686

    Setelah sesi mencicipi makanan selesai, Zion masuk dan melaporkan bahwa ada rapat dengan perwakilan dari kantor pusat.Akhir-akhir ini Landon memang terus berada di Kota Pakisa, sementara pekerjaan di kantor pusat Kota Heco sudah menumpuk.Melihat betapa sibuknya Landon, Janice langsung berkata, "Kamu urus saja urusanmu, aku dan Ibu bisa pulang sendiri kok."Landon melihat jamnya. "Kalau ada apa-apa, telepon aku."Setelah melihatnya pergi, Ivy pun merasa puas sampai terus tersenyum. "Pak Landon sesibuk itu, tapi masih mau temani kamu pilih restoran dan cicip makanan. Calon menantuku ini memang luar biasa.""Ibu, kami belum nikah, jangan panggil dia menantu terus, nanti ada yang salah paham."Ivy memang agak polos, makanya ucapannya sering kali menimbulkan masalah. Namun, kali ini menyangkut pernikahan Janice, jadi Ivy langsung menutup mulut dan lebih berhati-hati.Janice tersenyum, menggandeng lengan ibunya. "Ayo, aku antar Ibu pulang.""Nggak usah, aku sudah janjian sama teman lama bu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 685

    Ivy segera menyela, "Jangan membahasnya lagi, hanya dengan mendengarnya saja pun aku sudah merasa jijik. Kamu memang suka makan itu saat masih SMA, tapi suatu hari perutmu sakit karena makan kebanyakan dan besoknya muncul beberapa jerawat besar.""Kamu sampai percaya kata-kata di internet bahwa jahe bisa menghilangkan jerawat besar, jadi tengah malam diam-diam pergi ke dapur dan akhirnya bertemu dengan ...."Setelah mengatakan itu, Ivy menggigit bibirnya dan segera mengganti kata-katanya. "Jahenya terlalu pedas sampai jerawatmu jadi mereka dan besoknya bengkak. Sangat lucu sekali."Mendengar cerita itu, Landon langsung menutup mulutnya karena menahan tawa.Sementara itu, Janice terus meminum air karena merasa malu. Pada saat itu, dia baru saja menempelkan jahe di wajahnya, tetapi malah bertemu dengan Jason yang baru pulang dari acara makan malam. Dia yang diam-diam menyukai Jason tentu saja tidak ingin terlihat memalukan di depan orang yang disukainya, sehingga dia berusaha lari sambil

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 684

    Suara yang familier itu langsung membuat Janice merasa terkejut. Saat melihat mengikuti jari-jari putih itu, dia melihat pria itu ternyata adalah Jason yang sudah tidak terlihat selam sebulan lebih.Jason terlihat lebih kurus dan wajahnya makin tajam serta berbahaya. Bahkan tatapannya terlihat sangat hampa dan terus bergerak. Hanya dengan melihat sekilas, sudah membuat orang merasa sangat dingin.Setelah tertegun sejenak, Janice menyadari dia sudah menatap Jason terlalu lama. Dia segera tersadar kembali dan memalingkan tubuhnya. "Nggak perlu."Saat Janice berjalan melewatinya, Jason langsung menggenggam pergelangan tangan Janice dengan erat. Dia menatap wajah Janice yang rahangnya tegang dan kedua matanya memancarkan emosi yang mendalam. Pada detik berikutnya, dia langsung menutup pintu dan memaksa Janice untuk kembali masuk ke dalam toilet.Janice langsung mundur beberapa langkah sampai menabrak meja rias dan kepalanya menyentuh cermin yang dingin. Saat Jason mendekatinya dan mengamat

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 683

    Ivy jelas tidak peduli dengan hal itu karena itu memang uang pribadinya dan tidak ada hubungannya dengan Keluarga Karim. Jika nanti ada keuntungan, dia akan menyerahkannya pada Zachary. Namun, jika rugi, dia juga tidak akan mengganggu Zachary dengan masalah kecil seperti itu.Namun, Janice tetap merasa khawatir karena Fenny sudah tidak kembali ke Kota Pakisa selama bertahun-tahun dan selama ini hanya mengirim ucapan selamat pada hari perayaan. Mengapa Fenny bisa tiba-tiba memperkenalkan proyek besar pada Ivy? Yang lebih pentingnya lagi, dia tidak mendengar ada proyek besar apa pun pada saat itu dan bahkan di kehidupan sebelumnya.Saat Janice hendak bertanya lebih lanjut lagi, Landon meneleponnya. "Janice, siang ini kita ada janji untuk melihat restoran. Aku sudah sampai di kompleks perumahanmu, kamu bisa turun sekarang.""Baiklah, tapi ibuku ada di sini. Bagaimana kalau kita pergi bersama?" tanya Janice sambil melihat tatapan Ivy yang penuh dengan harapan.Hubungan Janice dengan Ivy sa

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 682

    Setelah menerima lamaran dari Landon, Janice awalnya berpikir untuk mengadakan makan bersama orang tua dari kedua belah pihak saja. Namun, Landon tetap ingin memberikannya upacara pertunangan yang layak, dia pun tidak bisa membantah Landon. Dia terpaksa setuju karena berpikir itu hanya upacara kecil, Keluarga Luthan tidak akan mengundang tokoh besar dari kalangan mereka.Sebenarnya, Janice khawatir statusnya akan membuat Landon kesulitan. Setelah mengetahui alasannya, Landon pun setuju. Setelah semuanya dipastikan dan melewati hari tenang selama dua hari, dia akhirnya memberi tahu Ivy tentang acara pertunangan ini.Keesokan harinya, Ivy langsung datang menemui Janice pagi-pagi sekali. Begitu masuk, dia menatap kiri dan kanan dari wajah Ivy dan berkata dengan kesal, "Kenapa kulitmu agak kering?"Janice meraba pipinya dan berkata, "Mungkin karena pergantian cuaca."Ivy langsung menyodorkan sebuah kartu salon kecantikan ke tangan Janice. "Aku sudah mengisi saldonya untukmu, ingat untuk me

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 681

    Setelah mengatakan itu, Zion langsung pergi.Seperti gadis lainnya, Janice hanya menundukkan kepala dan melihat cincin itu. "Berlian ini terlalu besar, aku nggak berani memakainya keluar.""Besar ya? Aku sebenarnya ingin membeli yang 20 karat, tapi aku tahu kamu nggak suka yang terlalu mencolok. Jadi, aku memilih yang lebih kecil," jelas Landon.Janice terdiam saat mendengar berlian yang begitu besar seperti telur merpati masih dibilang kecil.....Di pulau.Norman masuk ke dalam kamar sambil membawa sarapan. "Pak Jason, saatnya makan."Mendengar itu, Jason yang duduk di ujung tempat tidur bergerak. Saat perlahan-lahan mengangkat kepalanya, keringat sudah mengalir melewati otot-otot tubuhnya yang tegang dan tatapannya terlihat hampa. Dia berkata dengan suara yang serak, "Letakkan saja."Norman meletakkan sarapannya dan segera menyerahkan handuk, lalu melanjutkan, "Fiona langsung dibawa pergi orang asing begitu pesawatnya mendarat, bahkan keluarganya pun nggak tahu dia ada di mana. Kala

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status