Share

Bab 4

Penulis: Danira Widia
Di bawah tatapan dingin Jason, Janice mencoba menenangkan diri dan menggigit bibirnya erat-erat. Namun, kenangan delapan tahun penderitaan dari kehidupan sebelumnya membuat ujung jari-jarinya bergetar dan dia tak bisa menahan diri untuk memalingkan wajahnya.

Jason tak lagi melihat ke arahnya. Dia berkata dengan nada mengejek, "Mau hamil diam-diam?"

Janice mengerutkan alisnya, lalu melirik sekilas ke arah Ivy. Obat itu dibeli oleh Ivy, tapi apakah Ivy belum juga mengurungkan niatnya untuk membuat Janice menikah dengan Jason?

Namun, saat Janice melihat Ivy gemetar ketakutan di bawah tatapan dingin Jason, dia sadar bahwa ibunya tak mungkin berani berbuat apa pun di hadapan Jason. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?

Janice mendongak dan melihat tatapan semua orang mengarah padanya. Di antara semua tatapan itu, ada satu yang paling mencolok, yaitu Vania. Senyuman di sudut bibir Vania terlihat seperti sedang mengejeknya, mengingatkan Janice pada mimpi buruk dari masa lalu.

Benar saja, detik berikutnya, Vania berpaling sambil memegang tangan Janice dengan penampilan yang tampak penuh empati, lalu berkata, "Janice, maafkan aku. Aku nggak bisa bantu kamu bohongi Jason dan Pak Anwar, jadi aku terpaksa mengungkapkan semuanya."

"Aku nggak nyangka kamu memanfaatkan situasi ini untuk meredakan gosip, lalu diam-diam mencoba untuk hamil," lanjutnya.

"Kalau saja aku nggak dengar rencanamu waktu mau menghiburmu, kamu mungkin sudah berhasil. Kalau kamu benar-benar hamil, lalu bagaimana denganku dan Jason?"

Setelah berkata demikian, air mata Vania mengalir deras dan suaranya terisak. Semua orang yang mendengar ucapan itu langsung naik pitam dan merasa tidak adil bagi Vania.

"Masih belum jelas apa rencananya? Jelas dia mau rebut posisi Vania! Kalau dia benar-benar hamil, dia pasti akan gunakan anak itu untuk maksa Jason menikahinya. Pada akhirnya, Keluarga Karim bakal malu!" kata seseorang dengan penuh emosi.

Orang lainnya mengepalkan tangan dengan marah. "Aku belum pernah lihat cara sehina itu! Untungnya Vania nggak ketipu sama rencananya. Kalau nggak, pasangan serasi ini bakal dipisahkan sama trik keji ini!"

"Jason, Janice nggak bisa dibiarkan tinggal di sini lebih lama lagi. Kalau nggak, siapa tahu masalah apa lagi yang akan muncul di masa depan!"

Setiap ucapan itu menusuk hati Janice dengan tajam, seperti yang terjadi di kehidupan sebelumnya. Semua orang melindungi Vania, membuat Janice tampak tak berharga. Janice sudah terlalu sering mendengar tuduhan seperti itu dan sekarang dia juga sudah kebal terhadapnya.

Janice mendongak, tatapannya langsung bertemu mata Vania. Di balik pandangan yang lemah lembut dan penuh air mata itu, tersembunyi kilatan penuh perhitungan.

Janice terpana sejenak melihat Vania menghapus air matanya dengan perlahan. Saat tangannya bergerak untuk menyeka air mata, dia diam-diam menatap Janice dan memperlihatkan senyuman tipis. Senyum yang tampak seperti provokasi atau bahkan ejekan.

Obatnya telah diganti oleh Vania!

Tak lama kemudian, Vania membuka mulut. Suaranya tetap lembut seperti biasanya, bahkan terdengar penuh permohonan.

"Jason, kumohon maafkanlah Janice. Dia pasti nggak sengaja! Anggap saja semua ini perbuatanku. Kalau itu bisa membantu Keluarga Karim, aku rela mengorbankan reputasiku dan menyerahkan harga diriku."

Jika Janice tidak melihat ekspresi penuh kemenangan di wajah Vania, dia mungkin akan percaya bahwa wanita itu benar-benar tulus. Suara lembutnya bisa membuat siapa saja percaya bahwa dia adalah orang baik dan selalu memikirkan kepentingan bersama.

Pada saat itu, Janice menyadari bahwa dia terlalu meremehkan Vania. Meskipun telah menjalani kehidupan kedua dan mengubah jalan hidupnya, Janice tidak memiliki kekuatan istimewa untuk mengalahkan lawannya sepenuhnya.

Vania yang sangat menikmati kegugupan Janice. Tentu saja Vania tidak akan sebodoh itu mengakui wanita dalam foto yang menimbulkan kehebohan itu adalah dirinya sendiri.

Sebagai seorang pengusaha yang bertangan besi, Jason dan ayahnya pasti sudah mempertimbangkan semua keuntungan dan kerugian dari kejadian ini sejak semalam. Mereka tentu tahu siapa sebenarnya wanita dalam foto tersebut.

Jika Vania mengakui itu dirinya, Jason akan melihatnya sebagai wanita yang penuh tipu muslihat dan Anwar akan menganggapnya memiliki niat buruk. Namun dengan bersikap bijaksana seperti ini, dia bukan hanya akan mendapatkan kepercayaan Jason, tetapi juga membuat penilaian Anwar berubah terhadapnya.

Yang paling penting, tidak ada lagi yang akan percaya pada Janice. Meskipun Jason telah tidur dengannya, lalu memangnya kenapa? Bagi mereka, Janice tetap dianggap rendahan.

Meskipun merasa gugup, Janice yang sekarang bukan lagi Janice yang seperti dulu. Setelah memahami maksud Vania, dia justru merasa lebih tenang.

Vania tertegun sejenak menatap Janice dengan tajam, seolah-olah ingin menemukan celah dalam ekspresinya. Namun, Janice tidak memedulikannya. Dia melewati Vania dan berjalan menuju kursi utama.

Mata Jason bertemu dengan tatapan Janice yang tampak dingin dan seolah-olah merendahkannya. Jason memainkan cincinnya dengan santai. Namun, sikapnya yang enggan itu penuh dengan aura mengintimidasi, seolah-olah Janice hanyalah mainan di tangannya.

Itulah yang membuat Jason tampak begitu menakutkan. Sama seperti di kehidupan sebelumnya ketika Jason berbicara padanya dengan nada dingin dan dipenuhi kebencian, dia sudah yakin bahwa Janice adalah wanita yang licik dan penuh tipu daya.

Penjelasan apa pun tidak akan mengubah pandangannya. Jadi, Janice merasa tidak perlu lagi untuk menjelaskan.

Janice tersenyum getir. "Aku sudah bilang, wanita di foto itu bukan aku. Kalau Vania juga nggk mengaku, mungkin kita harus tanyakan langsung pada Paman Jason."

"Tapi aneh sekali Vania, kamu dan Jason adalah sepasang tunangan. Kalau terjadi sesuatu di antara kalian, seharusnya itu hal yang wajar. Tadi saja Paman Jason saja nggak mengelak, jadi kenapa kamu buru-buru menyangkalnya? Apa ada yang kamu sembunyikan? Seolah-olah kamu nggak cinta sama dia."

Kalau mau memutarbalikkan keadaan, Janice juga bisa melakukannya. Ini adalah sesuatu yang Janice pelajari di kehidupan sebelumnya dari Vania.

Ekspresi Vania seketika berubah kaku dan berbalik dengan cepat. Bahkan sebelum sempat mengendalikan raut wajahnya, Vania tergagap sambil menggelengkan kepal, "Nggak! Aku cinta sama Jason! Aku cuma nggak mau berbohong."

"Kalau kamu nggak mau bohong, lalu kenapa kamu menuduhku? Lagi pula ...." Janice menatap Jason dan menekankan setiap kata, "Lagi pula, apakah satu-satunya pria di dunia ini cuma Paman? Apa aku nggak bisa hamil anak dari pria lain?"

Jason, di kehidupan ini, aku lebih rela memiliki hubungan dengan pria asing daripada terlibat denganmu!

Mendengar hal itu, jari-jari Jason mencengkeram lebih kuat. Matanya yang dingin penuh dengan maksud tersirat yang tidak bisa ditafsirkan. Dengan suara rendah dan penuh ancaman, Jason berkata, "Apa kamu bilang?"

Janice mengulang dengan suara yang lebih keras, "Aku bilang, apa dunia ini cuma ada Paman seorang? Mau hamil anak siapa pun, yang jelas itu bukan anakmu! Apa aku salah?"

Jason memicingkan matanya. Auranya yang mengintimidasi hampir membuat Janice kehilangan keseimbangan. Namun, dia cepat-cepat memalingkan wajahnya dan menatap orang-orang di sekelilingnya.

"Masih ada yang mau bicara? Kalau nggak, aku sudah capek, mau istirahat dulu." Janice berbalik dan bersiap untuk pergi.

"Berhenti!" Suara Jason semakin berat dan mengancam. "Siapa orang itu?"

Semua orang terkejut. Tidak ada yang menyangka Jason akan mengajukan pertanyaan seperti itu.

Janice menundukkan pandangan untuk menyembunyikan semua emosinya. Pada titik ini, Janice sadar Jason pasti sudah tahu siapa pria yang dia bicarakan. Namun, Jason ingin melihat sampai mana Janice bisa memutarbalikkan situasi.

Janice mengambil ponselnya dan melirik sekilas, lalu menatap Jason dengan tenang, "Paman, kamu nggak usah khawatir. Semuanya akan segera berakhir."

Jason mengerutkan alis. Dia yang awalnya mengira telah mengendalikan situasi, kini tampak kebingungan dan gelisah. Pada saat itu, kepala pelayan datang bersama satpam.

"Ada yang cari Bu Janice," katanya.

Melihat banyak sekali orang di sekitar sana, satpam berkata dengan hormat, "Pesanan Bu Janice sudah tiba. Karena daerah perumahan ini nggak mengizinkan orang luar untuk masuk, jadi aku yang bawakan barangnya ke sini."

Janice menerima kantong plastik itu, lalu berkata dengan perlahan, "Terima kasih."

Begitu satpam itu pergi, Janice berjalan ke depan meja teh dan mengeluarkan isi plastik itu. Ternyata obat kontrasepsi. Tadi dia merasa tidak tenang menyerahkan tugas ini kepada Ivy, jadi dia diam-diam memesan obat lagi untuk berjaga-jaga.

Tak disangka, obat ini benar-benar berguna sekarang. Janice membuka kotak obat dan mengeluarkan papan pil dari dalamnya, memperlihatkannya satu per satu kepada mereka. Dia bahkan sengaja berhenti beberapa detik di depan Jason.

"Paman, sudah jelas sekarang? Ini benar-benar pil kontrasepsi, bukan? Paman nggak usah khawatir, aku nggak akan pernah mengandung anak yang nggak seharusnya kumiliki. Kamu cuma nunggu ini, bukan?"

Dengan senyuman getir, Janice mengeluarkan sepuluh pil. Lalu, tanpa ragu, dia menelan satu pil.

"Satu cukup? Kalau nggak, akan kutambah lagi!"

"Dua! Tiga! Empat ...."

Semua orang sontak terdiam, beberapa bahkan terkejut melihat Janice. Mereka tidak tahu harus berkata apa.

Saat Janice hendak menelan pil kelima, tiba-tiba Zachary yang selalu patuh pada Anwar, melangkah maju dan menepis pil itu dari tangannya.

"Jason, kamu mau apa? Janice sudah bilang orang itu bukan dia, kenapa kalian terus menyudutkannya? Apa kalian nggak malu kalau sampai kabar ini tersebar di luar sana?" teriak Zachary dengan marah.

Ivy segera menarik Janice ke pelukannya dan berkata dengan suara terisak, "Cukup! Cukup sudah! Janice belum menikah. Kalau terus minum obat ini, dia bisa bahaya!"

Saat ini, Janice sudah merasakan sakit perut yang dahsyat hingga keringat dingin bercucuran di dahinya. Meski demikian, dia tetap menahan diri dan membuka telapak tangannya di hadapan Jason untuk memperlihatkan pil yang tersisa.

"Paman, sudah cukup?"
Komen (7)
goodnovel comment avatar
selialia701
good. next
goodnovel comment avatar
Mamaahh Alip
bagus sekali ceritanya
goodnovel comment avatar
Sumiyati Sumiyati
mau bava terus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 5

    Ruang aula begitu luas, tetapi suasana di sekitar Jason terasa mencekam. Udara seolah-olah membeku dan menekan semua orang hingga sulit bernapas. Dia tetap diam, tapi semua orang tahu dia sedang marah.Jason mengeluarkan kotak rokok, lalu mengambil sebatang dan menyalakannya. Asap putih yang dihembuskannya menyelimuti wajahnya dan dia menatap Janice melalui kabut tipis itu dengan pandangan yang sulit diartikan."Pergi," katanya dengan dingin.Anwar yang juga tampak tidak senang, melambaikan tangannya dengan isyarat yang sama.Ivy segera membantu Janice berdiri.Namun, Janice menarik tangannya dan berdiri tegap di tengah aula. Dengan suara yang lantang, dia berkata, "Kalau keberadaanku di sini membuat semua orang nggak nyaman, aku akan segera pindah. Terima kasih atas perawatan Anda selama bertahun-tahun, Pak Anwar."Janice ingin pergi dengan bermartabat dan tanpa keraguan sedikit pun. Dia tidak lagi takut dan berhati-hati seperti di kehidupan sebelumnya. Setelah menyampaikan kata-katan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 6

    Tadi malam? Janice memang mengatakan banyak hal. Dia tidak tahan melihat penderitaan Jason, sehingga dia terpaksa menuruti keinginan pria itu. Saat suasana semakin memanas, dia menahan penyiksaan dari Jason sambil mengungkapkan isi hatinya dengan serius.Saat itu, dia berpikir bahwa mungkin besok Jason akan melupakan semuanya. Namun, dia akan selalu mengingat momen ini. Setidaknya, dia pernah berada sangat dekat dengan Jason."Jason, aku menyukaimu. Aku sudah lama menyukaimu, sejak aku masuk ke Keluarga Karim dan kamu membantuku mengatasi kesulitan. Aku tahu kamu nggak akan peduli padaku, tapi aku ... sungguh ....""Mencintaimu."Janice pertama kali masuk ke Keluarga Karim ketika dia berusia 16 tahun. Ivy mendandaninya seperti boneka yang siap untuk dipersembahkan. Pada saat itu, Ivy tidak memahami gaya berpakaian minimalis para wanita sosialita. Dia hanya ingin putrinya terlihat secantik mungkin ketika memasuki Keluarga Karim.Namun, hal itu malah membuatnya menjadi bahan ejekan bagi

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 7

    Janice muntah di atas setelan baru Jason, sehingga membuat Jason mengerutkan alisnya. Setelah muntah hingga hanya tersisa cairan asam, tubuh Janice yang lemas bersandar pada mobil.Norman segera mendekat dan berkata, "Pak Jason, biar kubantu Bu Janice."Namun, Jason melepas jasnya dan berkata dengan tegas, "Nggak usah." Dia memandang Janice dengan tatapan penuh rasa jijik, tetapi tetap menggendongnya masuk ke rumah.Janice langsung dibawa ke kamar mandi. Begitu didudukkan di atas meja wastafel, Jason mulai melucuti pakaian Janice yang kotor karena muntahan itu tanpa ragu-ragu."Jangan!" teriak Janice dengan panik dan mencoba untuk melawan. Namun, tubuhnya yang lemah tidak mampu menghalangi Jason.Wajah Jason tetap tampak datar saat melepaskan pakaian Janice. Cahaya lampu kamar mandi memperlihatkan bekas-bekas dari kejadian semalam yang masih tersisa di tubuhnya sehingga membuat Janice benar-benar merasa malu. Dia mencoba melindungi dirinya sendiri, tetapi Jason segera menangkap tangann

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 8

    Janice baru saja tiba di depan asrama ketika seseorang menepuk bahunya dari belakang. Saat berbalik, seorang teman sekelas menunjuk ke arah gedung pengajar dengan napas tersengal-sengal."Janice, Pak Handoko suruh kamu ke kantor kepala jurusan sekarang juga.""Oke," jawab Janice, lalu berbalik dan berjalan menuju ke gedung pengajar. Di sepanjang jalan, banyak orang memandangnya dengan tatapan penuh sindiran sambil berbisik-bisik. Tatapan mereka penuh dengan kebencian.Sepertinya ini akan menjadi pertemuan yang tidak menyenangkan.....Di kantor kepala jurusan.Begitu Janice masuk, dia melihat di dalam ruangan itu bukan hanya ada Handoko. Jason dan Vania juga turut hadir.Saat bertukar pandang dengan Jason, sorot mata Jason terlihat bagaikan ular kobra yang mematikan, seakan-akan bisa membunuhnya dalam sekejap. Napas Janice tertahan sejenak, lalu dia mengepalkan tangannya dengan erat untuk menenangkan diri.Namun, tatapan Jason terus melekat padanya, seolah-olah tidak mau membiarkan dia

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 9

    Janice meninggalkan kantor itu tanpa menoleh sama sekali. Setelah kekacauan yang terjadi di Keluarga Karim, Janice tahu bahwa dia harus selalu waspada terhadap Vania. Begitu mendengar Vania menelepon Jason sambil menangis dan mengatakan bahwa ada yang memfitnahnya, Janice langsung tahu bahwa Vania dan Malia telah mulai bertindak.Malia tahu terlalu banyak tentang Janice, termasuk tentang buku hariannya. Setelah menghabiskan malam bersama Jason, tak lama kemudian muncul postingan di internet yang menuduhnya memberi obat perangsang pada Jason.Janice tahu, semua itu pasti adalah ulah Malia. Oleh karena itu, Janice sudah lebih dulu mengganti buku hariannya secara diam-diam.Saat Janice masih sedang merenung, tiba-tiba muncul sebuah bayangan yang mendekat dari belakangnya. Orang itu adalah Malia.Sepanjang perjalanan, Malia tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya hanya diam-diam mengamati Janice. Namun, Janice tetap tenang. Dia tidak menunjukkan reaksi baru saja mengalami pengkhia

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 10

    Di saat Janice hendak keluar, Jason menolehkan wajahnya melihat pasangan di belakang pohon. "Ada masalah?" tanyanya. Nada bicaranya yang dingin terkesan tidak sabar.Begitu melihat orang itu adalah Jason, pasangan itu langsung menundukkan kepala dengan hormat. "Maaf, Pak Jason. Kami pergi dulu." Pasangan itu langsung bergegas pergi dari tempat itu.Mendengar langkah kaki mereka yang menjauh, Janice baru menghela napas lega. Dia berusaha untuk mendorong Jason, tetapi pergelangan tangannya malah dicengkeram erat."Beres-beres barangmu, aku suruh Norman untuk menunggumu di parkiran. Dia akan antarkan kamu ke apartemen," ucap Jason dengan nada memerintah tanpa menanyakan pendapat Janice sama sekali.Tubuh Janice menjadi kaku dan matanya mengerjap untuk berusaha meredam gejolak dalam hatinya. Bagi Jason, Janice bukanlah seorang manusia. Dia hanya sebuah boneka yang patuh dan bisa dipermainkan serta dicampakkan setiap saat. Janice menggertakkan giginya untuk berusaha melepaskan diri."Nggak

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 11

    Merasakan tatapan itu, Janice menoleh ke arahnya. Orang itu adalah Jason. Dia mengenakan jas hitam yang rapi, jari-jarinya yang panjang bersandar di pelipisnya, dan cincin merah di jarinya berkilauan di bawah sinar matahari.Di sampingnya berdiri Vania yang terlihat sedang mengatakan sesuatu. Mereka berdiri sangat dekat dan wajah Jason terlihat lebih lembut dari biasanya. Janice menarik kembali pandangannya, lalu melepas tangannya sambil berpura-pura tenang."Terima kasih," ucap Janice."Sama-sama." Pria itu menoleh ke arah pandangannya. "Itu Pak Jason, 'kan? Dia sayang sekali sama tunangannya ya, sampai antar jemput dia sendiri."Ya, semua orang bisa melihat dengan jelas betapa Jason mencintai Vania. Di kehidupan sebelumnya, hanya Janice sendiri yang masih mencintai dan menunggunya seperti orang bodoh. Baru saja Janice hendak mengangguk, Ivy malah langsung menariknya."Karena sudah kebetulan ketemu, ayo cepat sapa pamanmu.""Nggak," tolak Janice sambil menepis tangannya dan hendak per

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 12

    Janice ditarik Calvin ke belakang. Saat pandangannya mulai kabur, Janice mengepalkan tangannya dengan erat. Janice baru tersadar ketika merasa kesakitan. Dia harus menyelamatkan diri sendiri!Janice meraih gagang pintu untuk menstabilkan tubuhnya. Dia terus mencari barang yang bisa menyelamatkannya. Pajangan kristal di bagian tengah mobil memberi Janice kesempatan.Namun, tangan Janice tidak mampu meraih pajangan kristal itu. Dia berusaha keras untuk melawan Calvin sambil meraih pajangan kristal.Setelah berhasil mencabut pajangan itu dari alas antiselip, Janice menghantam kepala Calvin. Alhasil, Calvin yang kesakitan melepaskan Janice.Janice memanfaatkan kesempatan ini untuk membuka pintu mobil dan buru-buru keluar. Angin malam di musim gugur berembus. Janice merasa kedinginan.Janice berjuang sekuat tenaga untuk kabur, tetapi Calvin mencekik lehernya. Janice berusaha melawan. Hanya saja, Calvin menjambak rambut Janice dan menghempasnya ke pintu mobil.Janice merasa pusing, lalu tumb

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 516

    Mendengar suara itu, Thiago segera melepaskan tangan Janice, lalu merapikan jasnya sebelum bangkit dengan senyuman ramah. "Bu Rachel, sudah lama nggak bertemu.""Thiago?" Rachel terlihat agak terkejut.Kemudian, dia sedikit memiringkan tubuhnya untuk memperkenalkan kepada orang di belakangnya, "Saat aku menjalani perawatan di luar negeri, Thiago juga dirawat di rumah sakit karena cedera. Kami menjadi teman. Tak disangka, kami bertemu lagi."Saat itulah, Janice baru menyadari bahwa Rachel tidak datang sendirian. Jason dan Elaine juga ada di sana.Dia perlahan mengangkat pandangannya, tepat bertemu dengan tatapan Jason, seperti menatap ke dalam jurang yang dalam dan tak berujung.Wajah Jason tetap tanpa ekspresi, tetapi aura dinginnya membuat orang merasa seolah-olah jatuh ke dalam gua es.Thiago dan Penny juga melihat Jason. Mereka buru-buru mengangguk memberi salam. "Pak Jason.""Hm." Jason hanya merespons dengan suara dingin, tanpa menunjukkan emosi.Janice mengangguk ringan sebagai b

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 515

    Meskipun tidak sebanding dengan Keluarga Karim, Keluarga Tandiono cukup terkenal di bidang pelayaran. Hanya saja, Keluarga Tandiono telah lama menetap di luar negeri dan tidak memiliki hubungan bisnis dengan Elaine.Jika Elaine begitu meremehkannya, lalu kenapa dia memperkenalkan keluarga seperti ini padanya?Penny mendongak saat mendengar suara Janice, menatapnya dari atas hingga bawah dengan teliti. Bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali, seolah-olah sedang menilai barang dagangan.Beberapa saat kemudian, dia berdecak pelan. "Wajahnya lumayan, tapi terlalu kurus. Thiago adalah satu-satunya penerus keluarga kami di generasi keempat. Kamu bisa melahirkan anak laki-laki nggak?"Mendengar itu, Janice melirik Thiago. Tatapan pria itu tetap aneh. Bukan seperti pria yang sedang menilai wanita, tetapi jelas dia sedang mengamati dirinya dari ujung kepala hingga kaki. Ada perasaan tidak nyaman yang mendalam, membuatnya sulit ditebak.Jika Penny tidak menyukainya, Janice punya alasan untuk Ela

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 514

    Begitu Norman selesai bicara, Jason membuka pintu dan keluar.Ketiga orang itu berpandangan.Arya merasa lucu. "Kamu diusir?"Jason mengernyit. "Dia mau tidur."Arya menahan tawa. Siapa yang akan percaya alasan buruk seperti itu?Jason meliriknya. "Awasi dia, jangan biarkan dia berbuat macam-macam."Mendengar itu, Arya langsung paham bahwa Jason sudah mengetahui sebagian besar situasinya. Namun, soal Ivy, dia pasti belum tahu.Arya ragu sejenak sebelum bertanya, "Gimana kalau orang lain yang macam-macam?"Tatapan Jason sontak menjadi dingin. "Grup Karim dan Grup Hartono akan segera bekerja sama. Nggak boleh terjadi kesalahan."Arya terdiam, hanya mengangguk tanpa berkata lagi. Kadang, dia mengagumi ketenangan Jason. Kadang, dia juga merasa prihatin dengan sikap dinginnya.Mungkin Janice benar. Jason memang ditakdirkan menjadi raja yang berkuasa, sedangkan cinta hanyalah hiasan yang tidak penting.Pada saat itu, Arya merasa bersyukur karena Janice bisa melepaskan diri lebih cepat. Jadi,

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 513

    Janice mencium aroma manis itu. Tiba-tiba, tatapannya menjadi serius dan perasaan yang sulit diungkapkan muncul di hatinya.Di depan, pria dingin dan angkuh itu berdiri di bawah cahaya lampu dengan tatapan membara yang tertuju padanya.Janice mengalihkan pandangannya, ekspresinya tetap sedingin tadi. "Aku nggak suka. Kalian bawa pulang saja."Norman melirik Jason dengan ragu. Jason maju, mengambil termos makanan dari tangan Norman, lalu duduk di tepi tempat tidur.Dengan jari yang panjang, dia mengaduk isi termos dengan sendok kecil, lalu menyodorkannya ke mulut Janice."Makan.""Nggak mau.""Aku bisa menyuapimu, tapi tanpa sendok." Jason mengucapkan kalimat tak tahu malu itu dengan wajah datar."Kamu ....""Aku nggak tahu malu," sela Jason.Janice menggertakkan giginya, merebut sendok itu, dan menunduk untuk makan. Meskipun tidak ingin mengakuinya, koki Keluarga Karim memang setara dengan koki bintang lima. Ronde ini sederhana, tapi sangat autentik.Manisnya pas di lidahnya, dengan ar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 512

    Punggung tangan Janice tersentuh sesuatu yang panas. Dia refleks menariknya, tetapi genggaman pria itu justru semakin erat. Cengkeramannya seolah-olah ingin menghancurkannya.Janice mengernyit, berusaha melepaskan diri. Ketika dia ingin bicara, matanya tertuju pada perban di tangan Jason.Dia tertegun sejenak, lalu mengangkat kepalanya dan langsung bertemu dengan tatapan hitam pekat pria itu. Cahaya lampu yang hangat jatuh di sudut mata Jason, tetapi tak sedikit pun melembutkan ekspresinya.Janice menatapnya lekat-lekat, "Jason, ada urusan lain? Kalau Keluarga Karim merasa aku harus menerima sisa sembilan cambukan itu, aku bisa kembali sekarang, asalkan aku bisa terlepas dari keluarga ini.""Kamu harus bicara seperti itu padaku?" Jason menatapnya, suara dinginnya mengandung emosi yang sulit ditebak.Janice tertawa sinis. "Memangnya kita sedekat itu?" Dia menghindari tatapan Jason dengan dingin, ingin menjauh darinya.Melihat Janice yang begitu dingin dan menghindarinya, emosi Jason yan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 511

    Arya menekan dadanya, lalu mencebik. "Aku rasa Elaine punya niat jahat terhadap Janice dan ibunya. Lebih baik tetap berhati-hati."Dia seolah-olah mengatakannya, tetapi juga seolah-olah tidak. Dengan begitu, dia tidak melanggar janjinya kepada Janice."Hm." Jason menunduk, menatap rokok di tangannya, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu tetapi menahan diri.Arya sontak mengerti apa yang ada di pikirannya. Dia mendekat dan tersenyum tipis. "Kamu nggak mau ke rumah sakit melihatnya?""Nggak.""Hah, pantas saja kamu menderita!" Arya mengangkat kotak obatnya dan pergi.Di dalam ruangan, cahaya merah dari rokok perlahan meredup dan Jason pun terdiam.Beberapa saat kemudian, Rachel masuk sambil membawa teh yang baru diseduh. "Dokter Arya sudah pergi?”"Hm." Jason meletakkan rokoknya dan menerima teh dari tangannya.Rachel melirik punggung Jason, hatinya terasa agak sesak. Dia mengepalkan tangannya untuk menenangkan diri. "Jason, kenapa kamu menggantikan Janice menerima sembilan cambukan itu?

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 510

    Tidak, ini tidak benar.Di kehidupan sebelumnya, Vania dan Elaine bahkan tidak saling mengenal. Janice dan Ivy juga tidak pernah bertemu dengan Elaine. Jadi, bagaimana mungkin kematian mereka berkaitan dengan Elaine?Sekarang, Vania yang wajahnya hancur dan kakinya patah telah kehilangan kewarasannya. Keluarga Tanaka telah mengurungnya di rumah sakit jiwa.Beberapa hari lalu, ada seorang netizen yang menjenguknya dan mengatakan bahwa Vania tersiksa hingga menjadi gila. Mungkin ini adalah hukuman terbaik baginya.Jadi, dengan kepribadian Elaine yang selalu berada di atas, mana mungkin dia mau berurusan dengan seorang pasien gangguan jiwa?Janice mengusap kepalanya yang terasa sakit. Dia masih tidak bisa menghubungkan semua kejadian ini. Tiba-tiba, dia teringat pada sesuatu, kerja sama bernilai puluhan triliun.Baik di kehidupan sebelumnya maupun sekarang, satu-satunya orang yang memiliki hubungan dengan Elaine adalah Jason. Bagaimana jika penyebab kematian Zachary dan Ivy sebenarnya han

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 509

    Janice menatap wajah Zachary. Tanpa sadar, pikirannya melayang ke pria misterius yang menikahi Elaine di kehidupan sebelumnya.Terlalu mirip. Namun, saat itu Zachary dan Ivy sudah meninggal. Janice sendiri yang mengurus segala keperluan untuk pemakaman. Karena kematian mereka, dia jatuh sakit selama setengah bulan.Janice tidak bisa tidur dengan punggung bersandar, jadi Zachary khawatir dia kedinginan. Dia lantas meminta asistennya untuk membelikan jaket bulu angsa yang ringan dan hangat."Cepat pakai. Kalau ibumu melihatmu seperti ini, dia pasti akan menangis diam-diam lagi." Setiap kalimat Zachary selalu berujung pada Ivy.Janice merasa terharu sekaligus berat untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya. Dia menggigit bibirnya, lalu bertanya, "Paman, apa yang dikatakan Bu Elaine tadi benar? Kamu rela diabaikan keluarga karena ibuku?"Tangan Zachary yang sedang membantu merapikan lengan bajunya sedikit terhenti. Dia tersenyum santai. "Apa yang kamu pikirkan? Aku memang

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 508

    Seperti yang dikatakan Arya, Elaine bisa mengalahkan para pria dan naik ke posisi ini bukan tanpa alasan.Jadi, saat Janice membawa bukti untuk menghadapinya, itu sama saja seperti menyerahkan diri ke mulut harimau. Faktanya, dia datang bukan untuk menyerang, tetapi untuk memancing.Semakin buruk keadaannya terlihat, semakin besar kemungkinan Elaine percaya bahwa Janice sudah kehabisan akal.Dari cara Elaine berbicara kepada Zachary, Janice bisa melihat bahwa wanita itu memiliki harga diri yang tinggi. Dia tidak sudi bersaing dengan Ivy, apalagi merendahkan diri untuk berdamai dengan Zachary.Elaine ingin orang lain datang padanya, memohon belas kasihan. Dia menikmati perasaan berdiri di atas, mempermainkan hidup seseorang.Hanya saja, Ivy adalah istri Zachary. Tidak peduli sehebat apa Elaine, memprovokasi Ivy dengan cara seperti ini sama saja dengan menantang seluruh Keluarga Karim.Elaine mungkin tidak berani, kecuali dia memiliki dukungan. Benar saja, jawabannya pun terungkap. Tak d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status