Share

Bab 2

Author: Danira Widia
Dia telah kembali! Janice telah kembali ke masa lalu!

Tanpa memedulikan ekspresi terkejut dari orang-orang di sekelilingnya, Janice mencubit dirinya sendiri dengan keras. Rasa sakit itu langsung menjalar ke seluruh tubuhnya dan air matanya menggenang di matanya.

"Apa yang kamu tangisi! Memangnya keluarga kami yang buat salah sama kamu?" Terdengar suara yang penuh wibawa dari kursi utama.

Janice tersadar dan segera mendongak. Dia berhadapan dengan tatapan kesal dari Tuan Anwar yang sedang duduk di sana. Janice segera menundukkan kepala dan bersikap rendah diri seperti biasanya. Meski demikian, tubuhnya gemetaran karena menahan kegembiraan yang meluap.

Terdengar bisikan yang mencemooh dari orang-orang di sekelilingnya.

"Masih muda begini sudah nggak tahu malu. Berani-beraninya dia racuni Jason dan menidurinya. Sekarang sudah jadi skandal heboh di kota ini. Dia itu jelas-jelas mau maksa Jason bertanggung jawab, tapi malah nggak berani ngaku. Entah gimana didikannya selama ini."

"Bukan orang dari keluarga kita, jelas saja. Keluarga Karim nggak mungkin mendidik orang yang nggak punya rasa malu seperti itu. Di internet saja sudah ada buku hariannya yang berisi pengakuan cintanya sama Jason. Isinya memalukan sekali. Keluarga ini sudah membiayainya kuliah, tapi dia malah belajar ngerayu orang."

"Dari awal sudah kubilang, jangan bawa orang sembarangan ke rumah. Ini sama saja dengan membiarkan serigala masuk ke rumah sendiri. Entah belajar dari siapa sikapnya itu atau mungkin ... itu memang sifat turun-temurun."

Beberapa orang memandang ke arah ibu Janice yang berdiri di sudut ruangan.

Ivy.

Wajah Ivy pucat pasi. Dia menatap Janice sejenak, lalu menundukkan kepalanya. Bibirnya hampir terluka karena digigit terlalu keras, tetapi dia tidak berani membantah sepatah kata pun. Semua ini karena status Janice yang terlalu rumit.

Janice adalah anak dari pernikahan kedua ibunya. Ibunya menikah dengan kakak kedua Jason. Menurut silsilah keluarga, Janice seharusnya memanggil Jason sebagai "Paman".

Namun, dia tidak pernah melakukannya. Karena dia tidak punya hak.

Di kehidupan sebelumnya, Janice juga berada di tengah-tengah tuduhan orang-orang ini. Dengan ketakutan, dia meminta maaf dengan tulus dan secara tidak langsung mengakui bahwa dia telah meracuni Jason dan menidurinya.

Setelah dia hamil, Jason terpaksa menikahinya. Bukan hanya Jason yang membencinya, tetapi seluruh kota juga merasa jijik padanya. Mereka semua menganggap Janice sebagai wanita yang rela melakukan apa pun demi menikahi keluarga kaya.

Namun di kehidupan ini, Janice bertekad untuk mengubah nasib tragisnya!

Janice menatap sekelilingnya sambil memperhatikan anggota Keluarga Karim yang duduk tegap dengan ekspresi dingin. Kali ini, tidak ada lagi rasa takut seperti di kehidupan sebelumnya.

Baru saja dia hendak berbicara, langkah kaki yang tegas terdengar dari belakangnya. Selain Anwar yang sedang duduk di kursi utama, semua orang berdiri dengan penuh hormat. Sosok tinggi itu melewati Janice dan berjalan ke depan.

Pelayan mengambil jas yang dilipat dari lengan pria itu, lalu menunduk dan berkata, "Pak Jason."

"Hm," jawab Jason dengan datar. Kemudian, dia mengangguk ke arah Anwar yang duduk di kursi utama, lalu duduk dengan tenang.

Dari awal hingga akhir, dia tidak pernah melirik ke arah Janice sekali pun, seolah-olah kehadirannya sama sekali tidak berarti. Namun, Janice terus memandangnya dengan tatapan yang tajam.

Sampai akhirnya Jason menyadari tatapan itu dan menunduk, lalu menatap balik ke arah Janice. Dalam sekejap, tubuh Janice bergetar ketakutan. Kenangan dari kehidupan sebelumnya kembali menghantamnya.

Mulutnya terasa getir dan tangannya yang menggenggam erat seolah-olah sedang memegang tangan kecil Vega. Dia tidak akan pernah melupakan wajah itu.

Lekuk wajahnya yang tegas dipadukan dengan sorot matanya yang tampak sulit ditebak. Di ibu jari kirinya, Jason mengenakan cincin merah dari batu giok yang berkilauan bagaikan darah. Sama seperti dirinya, Jason tampak dingin dari luar tetapi memiliki kepribadian yang sangat berbahaya.

Melihat tatapan Janice, Jason terdiam sejenak sembari memutar-mutar cincin di ibu jarinya. Namun, ketika sebuah tangan yang lembut bersandar di bahunya, Jason kembali menunjukkan sikapnya yang dingin seperti biasa.

Orang itu adalah Vania. Matanya memerah dan bengkak karena menangis. Wajahnya tampak lembut dan pilu. Akhirnya, semua orang telah berkumpul.

Anwar mengangkat cangkir tehnya, lalu menyingkirkan daun teh di permukaan sambil menatap Janice dengan tatapan mengintimidasi.

"Sudah, mau ribut apa lagi? Apa keluarga kita belum cukup malu?"

"Janice, kamu dan ibumu sudah bertahun-tahun tinggal di Keluarga Karim. Keluarga kami sudah perlakukan kalian dengan baik. Jadi kalau kamu melakukan kesalahan, sudah seharusnya kalian mengakuinya."

Kalimat itulah yang menjadi ancaman terselubung bagi mereka berdua. Anwar memang tidak menyukai Ivy sejak dulu. Ancaman itu membuat Ivy yang memang sudah penakut dan mudah cemas, menjadi semakin tak berdaya.

Ivy langsung maju dan menarik lengan Janice sambil menangis dan membujuknya, "Janice, cepat minta maaf sama Kakek. Setelah minta maaf, semuanya akan baik-baik saja. Jangan besar-besarkan masalah lagi!"

Minta maaf? Hehe .... Ivy tidak tahu bahwa Anwar sama sekali tidak berniat mau melepaskannya. Dia terus menunggu Janice meminta maaf, lalu menjadi kambing hitam bagi Keluarga Karim untuk dicecar netizen.

Janice tidak lagi menundukkan kepala. Kali ini, dia meluruskan punggungnya dengan tegap, lalu menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan dan akhirnya tatapannya jatuh pada Jason. Ketika mata mereka bertemu, tatapan Jason tetap tampak dingin. Seolah-olah dia sudah mengetahui apa yang akan terjadi pada Janice.

Namun kali ini, Janice tidak akan membiarkannya berjalan seperti yang mereka harapkan. Di bawah tatapan Jason, Janice menopang lututnya yang sudah mati rasa dan berdiri dengan sebuah senyuman tipis di wajahnya.

"Kenapa aku harus minta maaf?"

"Apa katamu?" Wajah Anwar langsung berubah menjadi muram karena marah. Teh di tangannya tumpah sebagian.

Janice berkata dengan jelas dan menekankan setiap kata, "Pertama, bukan aku yang menaruh obat, jadi kenapa aku harus minta maaf? Kedua, orang di foto itu nggak kelihatan jelas. Cuma karena seorang paparazi bilang itu aku, lalu kalian langsung percaya?"

"Apa kalian lihat sendiri aku menidurinya? Atau ... Paman memang melihatku dalam keadaan sadar? Kalau dia memang sadar, mana mungkin dia bertindak nggak senonoh padaku? Kalau dia nggak sadar, siapa yang bisa membuktikan itu aku? Bukankah begitu?"

Selama Janice tidak mau mengakuinya, tuduhan itu tidak sah! Atau kecuali Jason sendiri yang mengakui hal tersebut ... wanita di dalam foto itu bisa saja orang lain. Namun, Jason yang begitu mencintai Vania, mana mungkin akan mengakuinya?

Dia pasti berharap wanita tadi malam bukanlah Janice!

Namun ....

Tatapan Jason tiba-tiba menjadi lebih dalam. Tangan yang mengenakan cincin giok perlahan mengepal erat. Dia tidak menjawab pernyataan Janice, melainkan mengajukan sebuah pertanyaan yang membuat semua orang terkejut.

"Tadi kamu manggil aku apa?"

"Paman." Janice menatapnya dengan dingin sambil meredam semua emosi dalam hatinya. Di kehidupan ini, semua kesalahannya cukup sampai kejadian tadi malam.

"Bagus sekali." Jason berkata dengan suara rendah dan tatapannya semakin dalam. Wajahnya tidak menunjukkan emosi apa pun.

Dengan posisi duduk yang elegan, tangannya yang panjang dan kuat menggantung santai di sandaran kursi, menegaskan posisinya sebagai penguasa. Dia menatap Janice dengan tajam, seolah-olah ingin menembus ke dalam pikirannya dan mencoba memahami setiap niatnya.

Janice mengatupkan bibirnya seketika. Meskipun telah mengalami kehidupan kedua, aura yang dipancarkan Jason tetap membuatnya ketakutan. Dia terpaksa mengalihkan wajahnya.

Anwar meletakkan cangkir tehnya dengan keras sambil bertanya, "Kalau begitu, kamu bilang sendiri siapa itu?"

Janice melepaskan tangannya yang terkepal erat, lalu menunjuk seseorang. "Dia ...," kata Janice.

Orang yang ditunjuknya adalah Vania.

Tangisan yang hampir mengalir dari mata Vania tiba-tiba terhenti di sudut matanya. Dia tertegun sejenak karena ditunjuk. Janice menyunggingkan senyuman tipis.

Di kehidupan ini, Janice akan merestui kisah cinta kedua orang ini yang membuat semua orang iri. Janice juga penasaran, bagaimana reaksi Jason nantinya setelah mengetahui sosok asli wanita yang dicintainya ini.
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Sumiyati Sumiyati
labjut dong
goodnovel comment avatar
Sri Wijaya
lanjuut dong cerita nya
goodnovel comment avatar
Lina Susilawati
suka cerita nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 3

    Vania adalah putri keluarga kaya yang telah terpuruk. Tiga tahun lalu, Jason mengumumkan hubungannya dengan Vania kepada publik. Bahkan, dia mengadakan acara pertunangan tanpa menghiraukan pertentangan dari Anwar.Seketika, Vania menjadi wanita yang paling membuat orang iri di seluruh kota. Orang luar menganggapnya berpenampilan cantik, berhati baik, dan memiliki kepribadian yang anggun. Hanya Janice yang mengetahui sosok asli Vania yang sebenarnya.Jika tidak menjadi desainer, Vania mungkin bisa jadi aktris!Dengan kecerdikan dan kelicikannya, Vania tentu memahami maksud dari tuduhan Janice. Pernikahannya dengan Jason sudah tertunda selama tiga tahun dan dia sudah tak sabar untuk menjadi bagian dari Keluarga Karim.Sesuai dugaan ....Vania segera melangkah maju, lalu bersujud dengan tulus di tempat Janice berlutut sebelumnya."Ini salahku! Postur tubuhku hampir mirip sama Janice dan wajah kami juga agak mirip. Karena itulah, orang luar jadi salah paham."Namun, seseorang di samping me

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 4

    Di bawah tatapan dingin Jason, Janice mencoba menenangkan diri dan menggigit bibirnya erat-erat. Namun, kenangan delapan tahun penderitaan dari kehidupan sebelumnya membuat ujung jari-jarinya bergetar dan dia tak bisa menahan diri untuk memalingkan wajahnya.Jason tak lagi melihat ke arahnya. Dia berkata dengan nada mengejek, "Mau hamil diam-diam?"Janice mengerutkan alisnya, lalu melirik sekilas ke arah Ivy. Obat itu dibeli oleh Ivy, tapi apakah Ivy belum juga mengurungkan niatnya untuk membuat Janice menikah dengan Jason?Namun, saat Janice melihat Ivy gemetar ketakutan di bawah tatapan dingin Jason, dia sadar bahwa ibunya tak mungkin berani berbuat apa pun di hadapan Jason. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?Janice mendongak dan melihat tatapan semua orang mengarah padanya. Di antara semua tatapan itu, ada satu yang paling mencolok, yaitu Vania. Senyuman di sudut bibir Vania terlihat seperti sedang mengejeknya, mengingatkan Janice pada mimpi buruk dari masa lalu.Benar saja, detik b

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 5

    Ruang aula begitu luas, tetapi suasana di sekitar Jason terasa mencekam. Udara seolah-olah membeku dan menekan semua orang hingga sulit bernapas. Dia tetap diam, tapi semua orang tahu dia sedang marah.Jason mengeluarkan kotak rokok, lalu mengambil sebatang dan menyalakannya. Asap putih yang dihembuskannya menyelimuti wajahnya dan dia menatap Janice melalui kabut tipis itu dengan pandangan yang sulit diartikan."Pergi," katanya dengan dingin.Anwar yang juga tampak tidak senang, melambaikan tangannya dengan isyarat yang sama.Ivy segera membantu Janice berdiri.Namun, Janice menarik tangannya dan berdiri tegap di tengah aula. Dengan suara yang lantang, dia berkata, "Kalau keberadaanku di sini membuat semua orang nggak nyaman, aku akan segera pindah. Terima kasih atas perawatan Anda selama bertahun-tahun, Pak Anwar."Janice ingin pergi dengan bermartabat dan tanpa keraguan sedikit pun. Dia tidak lagi takut dan berhati-hati seperti di kehidupan sebelumnya. Setelah menyampaikan kata-katan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 6

    Tadi malam? Janice memang mengatakan banyak hal. Dia tidak tahan melihat penderitaan Jason, sehingga dia terpaksa menuruti keinginan pria itu. Saat suasana semakin memanas, dia menahan penyiksaan dari Jason sambil mengungkapkan isi hatinya dengan serius.Saat itu, dia berpikir bahwa mungkin besok Jason akan melupakan semuanya. Namun, dia akan selalu mengingat momen ini. Setidaknya, dia pernah berada sangat dekat dengan Jason."Jason, aku menyukaimu. Aku sudah lama menyukaimu, sejak aku masuk ke Keluarga Karim dan kamu membantuku mengatasi kesulitan. Aku tahu kamu nggak akan peduli padaku, tapi aku ... sungguh ....""Mencintaimu."Janice pertama kali masuk ke Keluarga Karim ketika dia berusia 16 tahun. Ivy mendandaninya seperti boneka yang siap untuk dipersembahkan. Pada saat itu, Ivy tidak memahami gaya berpakaian minimalis para wanita sosialita. Dia hanya ingin putrinya terlihat secantik mungkin ketika memasuki Keluarga Karim.Namun, hal itu malah membuatnya menjadi bahan ejekan bagi

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 7

    Janice muntah di atas setelan baru Jason, sehingga membuat Jason mengerutkan alisnya. Setelah muntah hingga hanya tersisa cairan asam, tubuh Janice yang lemas bersandar pada mobil.Norman segera mendekat dan berkata, "Pak Jason, biar kubantu Bu Janice."Namun, Jason melepas jasnya dan berkata dengan tegas, "Nggak usah." Dia memandang Janice dengan tatapan penuh rasa jijik, tetapi tetap menggendongnya masuk ke rumah.Janice langsung dibawa ke kamar mandi. Begitu didudukkan di atas meja wastafel, Jason mulai melucuti pakaian Janice yang kotor karena muntahan itu tanpa ragu-ragu."Jangan!" teriak Janice dengan panik dan mencoba untuk melawan. Namun, tubuhnya yang lemah tidak mampu menghalangi Jason.Wajah Jason tetap tampak datar saat melepaskan pakaian Janice. Cahaya lampu kamar mandi memperlihatkan bekas-bekas dari kejadian semalam yang masih tersisa di tubuhnya sehingga membuat Janice benar-benar merasa malu. Dia mencoba melindungi dirinya sendiri, tetapi Jason segera menangkap tangann

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 8

    Janice baru saja tiba di depan asrama ketika seseorang menepuk bahunya dari belakang. Saat berbalik, seorang teman sekelas menunjuk ke arah gedung pengajar dengan napas tersengal-sengal."Janice, Pak Handoko suruh kamu ke kantor kepala jurusan sekarang juga.""Oke," jawab Janice, lalu berbalik dan berjalan menuju ke gedung pengajar. Di sepanjang jalan, banyak orang memandangnya dengan tatapan penuh sindiran sambil berbisik-bisik. Tatapan mereka penuh dengan kebencian.Sepertinya ini akan menjadi pertemuan yang tidak menyenangkan.....Di kantor kepala jurusan.Begitu Janice masuk, dia melihat di dalam ruangan itu bukan hanya ada Handoko. Jason dan Vania juga turut hadir.Saat bertukar pandang dengan Jason, sorot mata Jason terlihat bagaikan ular kobra yang mematikan, seakan-akan bisa membunuhnya dalam sekejap. Napas Janice tertahan sejenak, lalu dia mengepalkan tangannya dengan erat untuk menenangkan diri.Namun, tatapan Jason terus melekat padanya, seolah-olah tidak mau membiarkan dia

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 9

    Janice meninggalkan kantor itu tanpa menoleh sama sekali. Setelah kekacauan yang terjadi di Keluarga Karim, Janice tahu bahwa dia harus selalu waspada terhadap Vania. Begitu mendengar Vania menelepon Jason sambil menangis dan mengatakan bahwa ada yang memfitnahnya, Janice langsung tahu bahwa Vania dan Malia telah mulai bertindak.Malia tahu terlalu banyak tentang Janice, termasuk tentang buku hariannya. Setelah menghabiskan malam bersama Jason, tak lama kemudian muncul postingan di internet yang menuduhnya memberi obat perangsang pada Jason.Janice tahu, semua itu pasti adalah ulah Malia. Oleh karena itu, Janice sudah lebih dulu mengganti buku hariannya secara diam-diam.Saat Janice masih sedang merenung, tiba-tiba muncul sebuah bayangan yang mendekat dari belakangnya. Orang itu adalah Malia.Sepanjang perjalanan, Malia tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya hanya diam-diam mengamati Janice. Namun, Janice tetap tenang. Dia tidak menunjukkan reaksi baru saja mengalami pengkhia

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 10

    Di saat Janice hendak keluar, Jason menolehkan wajahnya melihat pasangan di belakang pohon. "Ada masalah?" tanyanya. Nada bicaranya yang dingin terkesan tidak sabar.Begitu melihat orang itu adalah Jason, pasangan itu langsung menundukkan kepala dengan hormat. "Maaf, Pak Jason. Kami pergi dulu." Pasangan itu langsung bergegas pergi dari tempat itu.Mendengar langkah kaki mereka yang menjauh, Janice baru menghela napas lega. Dia berusaha untuk mendorong Jason, tetapi pergelangan tangannya malah dicengkeram erat."Beres-beres barangmu, aku suruh Norman untuk menunggumu di parkiran. Dia akan antarkan kamu ke apartemen," ucap Jason dengan nada memerintah tanpa menanyakan pendapat Janice sama sekali.Tubuh Janice menjadi kaku dan matanya mengerjap untuk berusaha meredam gejolak dalam hatinya. Bagi Jason, Janice bukanlah seorang manusia. Dia hanya sebuah boneka yang patuh dan bisa dipermainkan serta dicampakkan setiap saat. Janice menggertakkan giginya untuk berusaha melepaskan diri."Nggak

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 316

    Melihat Marco yang semakin mendekat, Janice berusaha keras untuk meronta. Namun, tubuhnya tetap tak dapat digerakkan. Bahkan ketika dia mencoba menjatuhkan dirinya dari kursi, tubuhnya tetap tak bergeser sedikit pun.Tanpa tergesa-gesa, Marco berhenti di depannya, lalu berjongkok. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh wajah serta punggung Janice dengan penuh kesadaran."Benar-benar kulit yang sempurna. Nggak heran hargamu jauh lebih mahal daripada yang lain. Tenang saja, aku akan berhati-hati."Kulit?Janice terkejut dan matanya membelalak. Dengan susah payah, dia membuka mulut dan tergagap, "Ku ... kulit apa? Ha ... harga apa?"Setelah mengatakan itu, rasanya dia telah menghabiskan seluruh tenaganya. Tubuhnya langsung terkulai di lantai, tak mampu bergerak lagi.Mendengar pertanyaannya, Marco sepertinya teringat sesuatu yang membuatnya semakin bersemangat. Tangannya bergerak dengan gelisah, sulit menahan kegembiraannya. Tiba-tiba, dia membungkuk lebih dekat ke Janice, dengan senyum yan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 315

    Perasaan di dalam tubuh Janice seperti roller coaster. Dia tahu perumpamaan itu tidak masuk akal, tetapi pikirannya terus berpikir seperti itu. Sensasi itu terasa nyaman sekaligus aneh.Marco menatap Janice dengan saksama, lalu berkata, "Apakah rasanya menyenangkan? Nyaman, bukan? Kamu jauh lebih sesuai dengan kriteriaku dibandingkan yang ada di foto."Foto?Kriteria?Apa maksudnya?Janice tidak punya waktu untuk berpikir lebih jauh. Dia hanya melihat Marco membuka tas yang sudah diletakkan sebelumnya di ruangan itu dengan puas.Ketika Janice melihat isi tas tersebut, rasa takut menyelimutinya. Dia berusaha keras untuk melawan, tetapi tubuhnya tetap sulit dikendalikan. Sementara itu, Marco mendekatinya dengan senyum lebar dan membawa barang-barang dari dalam tasnya.....Di ruang jamuanAcara penyambutan Jason diatur oleh saudara sepupu Anwar yang juga merupakan penanggung jawab tambang saat ini. Menurut urutan keluarga, Jason harus memanggil mereka sebagai paman kelima dan keenam.Beg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 314

    Tempat jamuan makan dipindahkan ke sebuah restoran yang lebih mewah, dengan tingkat privasi yang jauh lebih baik. Begitu memasuki ruangan, suasana mewah tersebut langsung terasa.Di dalam ruang privat, sebuah meja panjang dihias dengan sangat elegan dan berkelas.Amanda masuk terlebih dulu untuk menyapa beberapa tamu asing dengan mencium pipi, lalu duduk dengan sopan dan ramah.Janice mengikutinya dengan tenang dari belakang. Namun, baru berjalan beberapa langkah, seorang pria tinggi tiba-tiba muncul dan mengadang jalannya."Hai, Nona," sapa pria itu.Mendengar suara itu, Janice mengangkat pandangannya dan terkejut melihat salah satu desainer favoritnya.Marco.Namanya sangat tradisional dan umum di Idali. Namun, desain-desainnya terkenal karena inovasi dan daya tariknya yang kuat. Kabarnya, semua karya Marco terinspirasi oleh "dewi inspirasi"-nya, yang menunjukkan bahwa dia adalah seseorang yang setia dalam masalah perasaan.Janice merasa terhormat disapa oleh Marco. Saat dia bersiap

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 313

    Anwar mengangkat pandangannya, dan tatapannya sudah mengatakan segalanya. Pelayan itu tertegun sejenak, lalu segera menunduk dan menyanggupi perintahnya.....Sore hariJanice mengganti pakaiannya dengan sesuatu yang lebih sederhana dan sopan, riasannya juga sangat tipis, membuat penampilannya tampak rendah hati dan bersih.Bagaimanapun, dia hanya karyawan Amanda. Janice tidak ingin mencuri perhatian. Saat hendak berangkat, notifikasi di ponselnya menunjukkan sebuah topik yang sedang trending.[ Jason dan Vania menghabiskan sore yang penuh cinta.]Hanya dari judulnya, Janice sudah tahu isi beritanya. Dia memilih untuk mengabaikan notifikasi itu, lalu mengenakan sepatu hak tinggi dengan tenang dan keluar dari kamar.Baru saja masuk ke dalam lift, dia bertemu dengan Amanda. Amanda mengenakan jumpsuit elegan dengan potongan V-neck yang dihiasi kalung Mutiara. Penampilannya tampak Anggun, tetapi tetap profesional.Dia melirik Janice dan berkata, "Kamu nggak usah berpakaian terlalu sederhan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 312

    Norman kembali ke sisi Jason dan berbicara pelan, "Pak Jason, Bu Janice sudah pergi sendiri."Jason terdiam beberapa detik sebelum berkata, "Suruh seseorang mengawasinya.""Baik. Selain itu ...." Norman mendekat dan berbisik beberapa patah kata di telinganya. Jason hanya mengangguk tanpa ekspresi.Dia kemudian berjalan ke arah Vania, mengulurkan tangan untuk mengambilkan tasnya dari bagasi kabin dan menyampirkan jaketnya di Pundak Vania dengan santai."Kota Gunang lebih dingin dibandingkan Kota Pakisa," katanya."Hmm." Vania tersenyum malu-malu, dengan tatapan penuh semangat melihat Jason. Para tamu di sekitar mereka memandangnya dengan iri.....Setelah mengambil barang bawaannya, Janice menemukan Amanda. Amanda terlihat sendirian. "Vania nggak pergi sama kita?""Hmm."Janice sudah menduganya. Ketika dia sedang berpikir, sebuah keributan terjadi tidak jauh darinya.Jason keluar dari bandara sambil menggandeng Vania, menciptakan pemandangan yang heboh. Vania mengangkat pandangannya dan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 311

    Ini hanyalah salah satu langkah dalam rencananya untuk mendapatkan kendali penuh atas tambang. Karena itu, dia membiarkan Janice mencari Caitlin, kemudian membiarkan Caitlin menyiksanya. Sementara itu, dia memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan keuntungan tanpa usaha.Saat ini, hati Janice terasa seperti ditusuk oleh ribuan jarum dan tenggorokannya terasa sesak.Setelah Norman pergi, Janice kembali ke tempat duduknya dengan tenang. Baru saja duduk, pramugari datang membawakan makanan, tetapi dia benar-benar tidak bisa makan."Aku nggak lapar, tolong bawakan aku segelas anggur," katanya.Pramugari itu tampak terkejut sejenak, lalu melirik ke arah Jason di sampingnya. Jason mengangkat pandangannya dengan tatapan dingin dan berkata, "Minum alkohol dengan perut kosong?"Janice tidak melihat ke arahnya, matanya tetap tertuju ke luar jendela. "Aku nggak akan mati karenanya."Jason melambaikan tangan ke pramugari, tidak membiarkan dia membawa anggur untuk Janice. Dengan sabar, dia menunju

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 310

    Janice mengikuti arah pandang Jason dan menyadari bahwa sweternya tersangkut di tali pinggang Jason.Jika Jason bergerak sedikit saja, baju Janice akan terangkat.Dengan panik, Janice menarik sweternya. Namun, dia malah tidak sengaja menyentuh tempat yang tidak seharusnya disentuh. Seketika, tangannya dicengkeram oleh Jason.Jason mengatupkan bibirnya. Di tengah kegelapan, terlihat tatapannya yang suram seperti binatang buas yang sedang menahan diri. Dia berucap dengan tegas, "Jangan bergerak."Saat merasakan perubahan pada tubuh Jason, mata Janice sontak terbelalak. Dahinya juga mulai berkeringat. Dia menarik sweternya dengan terburu-buru."Bajuku ..."Klik! Tali pinggang itu terbuka."Pak ...." Norman datang dengan membawakan berkas. Saat melihat pemandangan ini, dia segera menutup mulut dan berbalik. "Aku nggak lihat apa-apa. Aku akan kembali nanti."Norman buru-buru pergi. Janice ingin sekali mencari tempat untuk bersembunyi. Dia harus segera melepaskan sweternya dari ikat pinggang

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 309

    Janice mengangguk, lalu kembali ke kursinya. Ketika melewati pria di sebelahnya, pria itu sengaja menyenggolnya dengan kaki.Janice tidak tahan lagi. "Pak, kalau kamu terus begini, aku juga nggak akan segan-segan. Kalau aku marah, mungkin pesawat ini harus putar balik."Pria itu bukan hanya tidak marah, melainkan tertawa. "Cantik, apa pernah ada yang bilang kamu terlihat semakin menggoda kalau marah?""Menggoda kepalamu ...." Janice mengangkat sepatu hak tingginya untuk menginjak kaki pria itu yang terulur. Namun, pramugari tiba-tiba datang."Bu Janice?""Ya?" Janice menurunkan kakinya."Rekan kerjamu ingin menemuimu." Pramugari menunjuk ke depan.Janice mengira Amanda yang mencarinya, jadi dia membawa tasnya dan mengikuti pramugari. Ternyata pramugari malah membawanya ke kabin first class.Norman melambaikan tangan. "Bu Janice, di sini."Janice termangu sesaat. Tiba-tiba, dia memahami sesuatu dan berbalik. "Nggak usah."Tiba-tiba, tangannya diraih oleh seseorang. "Kamu mau terus digan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 308

    "Ka ... kamu ...." Vania menggertakkan gigi. Dia tidak menyangka dirinya akan diperas oleh Malia, orang yang seharusnya tidak berbahaya untuknya.Malia tertawa ringan. "Vania, jangan main-main. Aku sudah nggak punya apa-apa lagi. Kalau aku mati, aku pasti akan menarik seseorang untuk ikut denganku."Vania mengepalkan tinjunya. Dia tidak takut pada anjing yang tidak patuh, melainkan takut pada anjing liar yang tiba-tiba menyerang. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Aku transfer sebentar lagi.""Terima kasih." Malia tertawa dan mengakhiri panggilan.Vania menatap ponselnya. Dia bisa menilai bahwa nafsu Malia hanya akan semakin besar. Semua ini salah Janice! Jika bukan karena Janice, Malia tidak akan berani bertindak seperti ini padanya!Saat ini, masuk pesan dari Azka.[ Sayang, malam ini ada waktu nggak? ]Vania ingin membalas dia tidak ada waktu, tetapi sebuah rencana tiba-tiba muncul dalam benaknya.[ Ada, tapi ... aku butuh bantuanmu untuk melakukan sesuatu. ][ Sejak kapa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status