Share

Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!
Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!
Author: Indy Shinta

1. Kejutan Ulang Tahun

Author: Indy Shinta
last update Last Updated: 2024-05-21 15:57:08

“Aku menginginkanmu, Mia.”

Bisikan sang suami membuat Mia meloloskan desah dari bibirnya. Wanita itu membuka mulut saat lidah Nathan mendorong masuk ke dalam celah bibirnya, sembari mengalungkan tangannya ke leher pria itu seraya menikmati ciuman mereka.

Sebuah pesan dari suaminya mengantarkan Mia ke kamar ini, yang langsung disambut oleh kejutan manis dari Nathan. Rupanya, pria itu ingin mereka berkencan berdua tanpa sang buah hati dalam momen spesial ini, begitu pikir Mia.

Nathan meletakkan tangannya di atas pundak Mia yang mulus, menyelipkan jarinya ke balik lingerie hitam seksi wanita itu dan menyibaknya dengan lembut. Gaun tipis itu pun meluncur turun dan teronggok di lantai.

Pria itu membelai bagian-bagian tubuh Mia yang telanjang sembari membawanya ke arah yang ia inginkan–sebuah ranjang di tengah kamar hotel ini.

Tanpa menghentikan aksi nakalnya, Nathan kembali berbisik mesra, ”Selamat ulang tahun, Mia Alyra Malik.”

Mia tersenyum memandang Nathan yang kini sudah berada di atasnya. Wajahnya yang simetris dan maskulin amatlah tampan. Bola matanya yang hitam tajam kian mengukuhkan pesonanya. Tangan Mia bergerak menyentuh alis suaminya yang tebal, kemudian turun ke pipi dan mengelus rahang tegas Nathan yang dipenuhi bakal janggut.

“Aku mencintaimu, Mas.” Mia balas berbisik mesra sembari membantu Nathan melepaskan pakaiannya.

Nathan menatap Mia dengan penuh keinginan saat mereka menyatu dalam pelukan sarat gairah, menciptakan ikatan yang lebih dalam di antara mereka. Tubuh mereka bergerak seirama dengan sepenuh hasrat, menyatu di bawah cahaya lembut lampu kamar.

Nathan tampak begitu lapar akan diri Mia, dengan rakus diciuminya sang istri.

“Aku mencintaimu, Mia ….”

Namun, di puncak kobaran hasrat mereka, tiba-tiba pintu kamar hotel diketuk.

Awalnya mereka tidak peduli, tapi pintu kembali diketuk hingga berkali-kali, membuat Mia akhirnya merasa risih dan memutuskan untuk membuka pintu.

“Sebentar, Mas,” ucap wanita itu sembari mendorong Nathan dan turun dari ranjang. Mia membungkus tubuhnya dengan jubah tidur dan berjalan ke arah pintu.

“Siapa sih? Ganggu orang aja,” gerutu Mia dalam hati.

“Selamat malam, Bu.” Seorang pria yang mengenakan seragam karyawan hotel berdiri di depan pintu. “Maaf mengganggu. Saya mengantar bunga dan kado ini. Pesanan dari Pak Nathan Romeo, katanya minta diantar langsung ke sini.”

Ekspresi kesal Mia langsung sirna. Ia segera menerima paket tersebut.

Setelah berterima kasih dan menutup pintu, Mia tersenyum sembari mencium buket bunga mawar merah di tangannya, berpikir bahwa Nathan kembali memberikan kejutan dengan memesan ini untuknya.

Akan tetapi, kening Mia mengernyit saat melihat kartu ucapan yang ada di antara mawar tersebut.

[Selamat ulang tahun, Tante Mia. Hari ulang tahun kita sama. Bolehkah setelah ini aku pinjam papaku sebentar untuk tiup lilin bersamaku? (Dari: Alyra – anak kesayangan Papa Nathan)]

Usai membaca itu, Mia terkesiap.

“Apa maksud–”

“Mia,” panggil Nathan.

Mia tidak memedulikan panggilan suaminya. Terdorong rasa penasaran dan berbagai pertanyaan di pikirannya, ia pun membuka kotak kado itu dengan tangan gemetar. Ketegangan menyelimuti dirinya seperti ular yang membelit, mencekik udara dari paru-parunya.

Saat penutup kotak terangkat, napas Mia terhenti sejenak.

Di dalamnya terdapat sejumlah foto, masing-masing menjadi bukti yang mengejutkan. Ada gambar-gambar Nathan, suami yang dicintainya, tengah memeluk bayi yang baru lahir dengan penuh kasih sayang. Bibir Nathan mengecup lembut dahi bayi itu, wajahnya terlihat begitu bahagia.

Mata Mia menyelidiki setiap detail isi gambar. Tampaknya foto ini diambil di sebuah ruang bersalin, sepertinya di hari kelahiran bayi itu.

Kejutan yang lebih besar pun datang ketika Mia melihat foto yang menampilkan Nathan bersama seorang wanita yang sedang menggendong bayi yang sama. Wanita itu tersenyum dalam dekapan mesra Nathan.

Jantung Mia berdegup kencang, kebingungan menusuk-nusuk pikirannya.

"Mas Nathan ... selingkuh?" Suara paraunya tercekat di tenggorokan.

Tega sekali Nathan melakukan hal semacam ini padanya? Di hadapannya, suaminya tampak begitu perhatian, meratukannya, mencintainya. Tapi di belakangnya, diam-diam Nathan ternyata menduakannya dengan wanita lain.

Bahkan mereka memiliki anak!

“Mia?” Nathan kini sudah ada di belakang sang istri dan menyentuh bahu wanita itu. "Apa yang–”

Mia menepis sentuhan Nathan dan berbalik menghadap pria itu. Tangisnya sudah pecah karena ia tak sanggup menahannya lagi. Kotak kado yang ada di tangannya terjatuh, hingga foto-foto di dalamnya berhamburan keluar.

“Sebenarnya, sudah sejak kapan, Mas?” Suara Mia pecah saat volumenya sudah meninggi.

Nathan membeku. Sepasang matanya terbelalak saat memandangi foto-foto yang berserakan di ujung kakinya.

“Ini tidak seperti yang kamu lihat, Mia." Suara pria itu terdengar pelan, hampir berbisik, berbeda dengan Mia.

Mia mendekat, matanya penuh amarah dan luka yang mendalam.

“Benar ini anakmu, Mas?” Suara Mia bergetar, emosinya meluap-luap. “Dan kamu menamainya Alyra?”

Ada rasa jijik dalam suaranya, terdengar jelas, seakan nama tengahnya yang dipakai untuk anak itu adalah penghinaan besar.

“Mia—” Nathan mencoba mendekati Mia, tangannya terulur ingin menyentuh sang istri, tapi Mia kembali menepisnya.

“Jawab, Mas! Benarkah dia anakmu?” tuntut Mia.

Nathan menatap Mia, diam tanpa mengucapkan apa pun selama beberapa saat.

“Maaf,” ucap Nathan kemudian sembari memandang Mia dengan sorot mata penyesalan, meskipun tanpa menjawab pertanyaan Mia sebenarnya. Tanpa Mia tahu sebenarnya suaminya itu mengucap maaf untuk apa.

Mia terhuyung mundur, seolah dunia di sekitarnya runtuh. Dia tak bisa memercayai pria itu lagi.

Nathan maju beberapa langkah, dengan ragu tangannya mencoba meraih tangan Mia, namun Mia menarik tangannya dengan cepat, tidak sudi disentuh.

“Mia, aku mencintaimu.” Nathan berucap dengan suara pelan. “Keberadaan Alyra tidak mengubah kenyataan bahwa kamu dan Rival adalah prioritas utama dalam hidupku.” Ia mencoba memberikan penjelasan. “Katakan padaku, apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu memaafkanku, Mia?”

Mia menatap Nathan, menolak percaya kata-kata pria itu.

“Kamu membuatku muak, Mas!” Akhirnya wanita itu berucap.

Mia memakai kembali pakaiannya, menyambar tasnya, lalu segera meninggalkan kamar menuju ke lift. Ia tidak melihat Nathan mengejarnya dan Mia tidak tahu apakah ia harus bersyukur atau tidak karena hatinya merasa lebih sakit saat tidak menemukan Nathan di belakangnya.

Tangan Mia sibuk menghapus air matanya yang tak kunjung berhenti, membuat wanita itu tidak menyadari bahwa lift yang ia naiki justru naik ke atas, bukannya turun ke lobi bawah.

Tepat ketika lift berhenti di lantai 25, seorang pria -yang tampaknya juga merupakan tamu hotel ini- sudah menunggu di luar pintu lift yang terbuka perlahan.

“Mia?”

Mata Mia melebar mendengar suara familier yang tidak pernah dia dengar lagi selama tujuh tahun belakangan. Mia mengenali sosok pria tampan di hadapannya ini.

"Max?” Suara Mia serak. Hatinya bergetar ketika bertemu tatap dengan sepasang “hunter eyes” berwarna abu-abu yang dalam.

Ia tidak pernah menyangka akan bertemu kembali dengan mantan kekasihnya di sini, tepat setelah Mia tahu bahwa suaminya sudah selingkuh di belakangnya.

Related chapters

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   2. Pertemuan Kembali Dengan Sang Mantan

    Ah, kondisi Mia sangat kacau. Bisa-bisanya–Tiba-tiba, Max masuk ke dalam lift dan memanggul tubuh Mia begitu saja di salah satu pundaknya yang tegap.“Max, apa-apaan kamu?” pekik Mia.Mengabaikan kebingungan Mia, Max melangkah mantap menuju sebuah kamar yang tadi ia tinggalkan. “Kita perlu bicara banyak, Mia.” Suara Max terdengar dalam, membuat tubuh Mia gemetar. “Ke mana saja kamu menghilang selama tujuh tahun ini? Aku mencari-carimu seperti orang gila!” Tubuh Mia dilemparkan begitu saja ke atas ranjang.Ya, Mia tahu. Ia bersalah pada lelaki ini.Max berkacak pinggang, berdiri di tepi ranjang. Tatapannya mengurung Mia dengan rasa ingin tahu yang tak terelakkan. “Jelaskan apa yang terjadi selama tujuh tahun ini, Mia.” Max bergerak mendekat dan duduk di tepi ranjang. “Kenapa kamu tiba-tiba menghilang, Mia? Meninggalkanku tanpa kabar sama sekali.” Mia beringsut mundur, menjauhi Max dengan tatapan takut-takut, seolah ada rahasia besar yang selama ini dia sembunyikan dari mantan kekas

    Last Updated : 2024-05-21
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   3. Fakta Menyakitkan

    Air mata Mia mengalir deras, tangisannya menggema di ruangan. Tapi Max justru menciumnya dengan makin kasar. Ini bukan Max yang dia kenal, bukan pria yang selama ini ia percayai dan cintai. Mia mendorong dada Max, berusaha melepaskan diri dari cengkeramannya. Namun, kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan pria ini. “Max, STOP!” Mia menggeliat, menendang, dan memukul, tapi Max seolah terbutakan oleh amarah dan keputusasaan.Mia teringat saat-saat indah mereka bersama, senyum hangat Max, tatapan lembutnya. Bayangan itu membuatnya bertekad ingin mengembalikan Max. “Max, lihat aku!” Mia berteriak, matanya mencari-cari mata Max, ditahannya kedua sisi wajah Max yang sejak tadi menciumnya dengan liar.Tatapan mereka bertemu, dan di saat itu, ada sesuatu yang berubah. Mata Max yang tadinya dipenuhi amarah kini memancarkan keraguan. Mia tidak berhenti. “Ini bukan kamu, Max. Kamu bukan orang yang seperti ini,” serunya.Max tertegun. Cengkeramannya melemah. Dalam hatinya, ia merasa ada se

    Last Updated : 2024-05-21
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   4. Pertengkaran

    Vena cepat-cepat mengambil alih Alyra yang kaget dan ketakutan mendengar teriakan Nathan yang menggelegar. Bocah itu menangis. Vena buru-buru menenangkannya sambil berjalan menuju sebuah Toyota Vellfire hitam yang telah menunggu mereka di lobi.Sementara itu Nathan, dengan sorot matanya yang menyala-nyala, segera menuju ke arah Mia yang sedang saling berpegangan tangan dengan Max. “Rupanya kamu masih di sini?” katanya sambil menarik tangan Mia. Dengan sekali sentak, Mia terlepas dari Max. “Kalian bersama semalam?” cecar Nathan pada Mia, lalu pria itu menoleh kepada Max. Bila tatapan Nathan bisa membunuh, mungkin Max sudah menggelepar di lantai sekarang.Max mengenali sosok pria di depannya. Nathan adalah sepupu Mia, sudah seperti kakak kandung bagi Mia. Pria itu memang dikenalnya over protektif terhadap Mia sejak dulu. “Nathan? Apa kabar?” Max mengulurkan tangan, ingin bersalaman. Namun tangannya hanya menggantung di udara, tak menerima sambutan dari Nathan.Max menarik kembali tan

    Last Updated : 2024-05-21
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   5. Tak Bisa Mengusirnya

    “Mas, kita perlu bicara.” Mia buka suara begitu Nathan memasuki kamar pada esok paginya. Semalam, Nathan tak kembali ke kamar mereka. Mia mendengar balita itu terus saja menangis dan dia tahu Nathan pasti ada di kamar itu untuk menenangkan putrinya.Oh, Tuhan. Fakta bahwa Nathan memiliki seorang putri bersama wanita lain telah membuat hati Mia remuk. Ditambah sekarang, mereka juga ada di sini, di rumahnya! Perasaan marah dan kecewa bercampur aduk dalam dadanya.“Bicaralah.” Nathan duduk di tepi kasur, dengan nada lelah dan sorot mata redup seperti masih mengantuk. Namun, seberat apapun kondisinya, dia ingin memberi kesempatan istrinya berbicara.“Vena…," suara Mia sedikit bergetar, "dia tidak seharusnya ada di sini." Nathan menghela napas panjang, mengusap wajahnya dengan tangan. “Aku tahu, Mia. Aku tahu." Pria itu mengangguk-angguk pelan. "Tapi kita tak boleh mengusirnya. Dia harus tetap di sini.” Nathan memandang Mia lurus-lurus.Pernyataan Nathan barusan seperti belati yang menusuk

    Last Updated : 2024-05-21
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   6. Hal yang Tak Bisa Kuberikan

    Mia meringis kesakitan sebab Nathan mencengkeram pergelangan tangannya dengan kekuatan yang terlalu berlebihan. Matanya berkaca-kaca. Ada rasa sakit yang tersorot di dalamnya. Suaminya justru melindungi perempuan yang menghina dirinya. Sementara itu senyum tipis menghiasi wajah Vena, memancarkan aura kemenangan yang membuat darah Mia mendidih."Lepaskan tanganku, Mas!” Tangisan Alyra pun pecah, wajah bocah itu bingung dan ketakutan melihat Mia yang tampak bernafsu ingin menyakiti ibu yang disayanginya. "Sudah, Mia! Kamu bikin Alyra ketakutan." Nathan membentak, nada suaranya yang tegas dan penuh perintah memotong udara seperti pisau tajam. Mata kelamnya menyala, penuh peringatan saat melihat Mia masih berusaha melampiaskan amarahnya. Pria itu berdiri tegak, tubuh gagahnya menjadi benteng yang melindungi Vena dari amukan Mia. Sementara itu, Vena meringkuk di balik punggung Nathan, menggunakan pria itu sebagai tameng, senyum tipis lagi-lagi bermain di bibirnya.Mia, dengan mata yang

    Last Updated : 2024-05-29
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   7. Tersisih di Rumah Sendiri

    Mia terbangun dan memandang sisi ranjang yang kosong di sebelahnya. Kekosongan dalam hatinya kian menjadi, setiap Nathan tidak tidur di kamar mereka terasa seperti pengkhianatan. Pria itu lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Alyra, anak kecil yang rapuh itu. Mia merasa jahat, karena cemburu pada bocah tiga tahun yang tak berdosa. Alyra berhak mendapatkan cinta dari ayahnya, Mia tahu itu. Tapi, rasa cemburu itu tetap menggerogoti hatinya, membuatnya merasa tersingkirkan dan tak berdaya.Nathan adalah suaminya, dan Mia merasa seharusnya masih memiliki hak atas dirinya. Mia menghela napas panjang, merasakan cemburu yang semakin sulit untuk diabaikan. Nathan mulai berat sebelah, dan itu tak bisa disangkal lagi. Sementara itu, Vena semakin sering mencuri ruangnya, seolah ingin mengukuhkan posisinya yang lebih istimewa daripada Mia. Setiap kali Vena ada di dekat Nathan dan Alyra, Mia merasa perannya sebagai istri Nathan semakin dipertanyakan.Mia menolak larut dalam kesedihan. Dia seg

    Last Updated : 2024-06-03
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   8. Gadis Tribun

    Posisinya di tribun VIP memberikan Mia pandangan yang sempurna ke lapangan. Di sana, Max bermain dengan ketangkasan yang memikat. Max menguasai bola dengan keahlian yang membuat suporter terpana. Gelandang bernomor punggung 23 itu memimpin serangan tim dengan visi yang tajam, mengirimkan umpan-umpan yang akurat."Omaygat. Karin, pacarmu keren," ujar Michella dengan nada menggoda.“Baru tahu? Kasihan.” Karin memutar bola mata sambil tertawa riang.“Hmm ya, pacarmu terlihat hebat di lapangan, kurasa staminanya di ranjang sudah tidak perlu diragukan lagi, bukan?” balas Michella.“Ciumannya saja luar biasa, asal kau tahu,” sahut Karin, tersenyum bangga.Mia mengabaikan obrolan nakal antara Michella dan Karin di sebelahnya. Dia tak bisa mengalihkan pandangannya dari Max. Dia selalu tahu bahwa Max berbakat. Setiap kali Max menguasai bola, Mia seakan menahan napas, menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Sementara di sebelahnya, Karin dan Michella terus saja bergosip.Max menggirin

    Last Updated : 2024-06-04
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   9. Titisan Sang Bintang

    “Kamu memang harus lebih menerimaku, Mia," ucap Vena. Ia menyerobot Mia di dapur dan mengambil alih persiapan bekal makan Rival. "Bukankah asyik kalau kita bisa akur dan saling membantu begini? Bersama-sama mengurus anak-anak dan suami kita.”Mia mendengus pelan. "Suami kita?" balasnya, seakan-akan jijik dengan pilihan kata yang dipakai Vena. "Jangan membual."Ia mengambil alih kotak makan siang dari tangan Vena. "Iyuh..., menjijikkan." Dia mencuci kotak bekal itu sambil meringis.Mia menyabun dan membilasnya hingga tiga kali, bahkan mensterilkannya dengan air panas.Vena mengepalkan tangan. “Kau–” Dia menahan geram melihat cara Mia memperlakukan benda itu, seolah-olah baru saja bersentuhan dengan sesuatu yang najis. Mia sengaja membawa Rival berangkat lebih awal, menghindari momen sarapan bersama Nathan, Alyra, dan juga Vena. Melihat kebersamaan mereka membuat Mia mual.Mia beralasan, “Jam latihan sepakbola Rival dimajukan lebih pagi. Kami berangkat sekarang, Mas.” Setibanya di la

    Last Updated : 2024-06-05

Latest chapter

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   EPILOG

    Di lobi gedung rumah sakit elit di jantung kota Jakarta, sebuah sedan Rolls Royce hitam berhenti dengan anggun, memancarkan aura kemewahan yang nyata di antara deretan mobil mewah lainnya yang sedang memasuki halaman rumah sakit tersebut.Pintu mobil sedan mewah itu terbuka, menampilkan seorang pria tampan berwajah oriental yang melangkah keluar dengan aura kecerdasan dan percaya diri. Berbalut sepatu kulit hitam mengkilap, kaki pria itu menapak lantai lobi dengan ketegasan seorang pemimpin sejati. Setelan jas hitam yang dikenakannya begitu pas membingkai tubuhnya yang tinggi dan atletis, menambah kesan elegan dan berwibawa yang kini melekat erat pada diri pria berusia 40 tahun itu.“Silakan, Tuan Valen,” sapa asistennya sambil membukakan pintu mobil, memberikan anggukan hormat pada CEO “Bintang Hospital Group” yang baru saja tiba.Aura Dokter Joshua Valen kini begitu berbeda, mencerminkan transformasi yang telah ia lalui dalam beberapa tahun ini. Sejak ditinggalkan oleh Mia, Valen me

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   153. Damai Bersamamu (Tamat)

    Max dan Mia memulai babak baru dalam kehidupan mereka di Lake District, Inggris, sebuah tempat yang menawarkan ketenangan dan keindahan alam yang kontras dengan kehidupan kota yang sibuk. Keputusan mereka untuk menetap di kawasan ini adalah bagian dari keinginan mereka untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaan dalam kehidupan baru mereka bersama.Rumah mereka, sebuah cottage yang terletak di tepi danau, dikelilingi oleh hutan hijau dan pegunungan yang menjulang, memberikan latar belakang yang sempurna untuk melanjutkan kehidupan mereka. Setiap pagi, mereka disambut oleh pemandangan matahari terbit yang memukau dan suara lembut angin yang berdesir di antara pepohonan. Ini adalah tempat di mana Mia dan Max dapat menghindar dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari dan benar-benar fokus pada kebersamaan mereka.Max, sebagai pemain sepak bola profesional, berhasil menjalani karier yang cemerlang di Inggris bersama Lakeside City, klub sepak bola yang kini terdaftar dalam EPL (English Premi

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   152. Bukan Akhir Kisah Cintaku

    Di sebuah rumah sakit, Valen duduk di ruang tunggu keluarga pasien, menantikan Mia yang sedang menjalani operasi darurat dan harus dikuret karena mengalami keguguran. Valen masih mengenakan kemejanya yang bersimbah darah—darah Mia. Asistennya mencoba membujuknya untuk mengganti pakaian. Namun, Valen menggelengkan kepala, menolak tawaran itu. Gelengan itu membuat asistennya mundur, memberikan ruang bagi Valen yang masih terlihat kalut dan terpukul oleh peristiwa tragis yang menimpa Mia.Di depannya, Max yang juga sedang tegang menantikan Mia, ia mengamati semua gerak-gerik Dokter Joshua yang semakin jelas di matanya. “Kamu jatuh cinta pada Mia kan, Dok?”Tanpa ragu, Valen mengangguk. “Aku jatuh cinta padanya sejak pertama kali kami bertemu, di ruang IGD itu. Kupikir saat itu aku hanya merasa iba kepadanya, tapi ternyata tidak… itu bukan hanya rasa iba ataupun sekadar simpati. Aku selalu ingin bersamanya sejak saat itu. Ingin melindunginya, ingin memastikan bahwa dia selalu baik-baik

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   151. Di Ujung Kehidupan

    Gavin menginjak gas mobilnya lebih dalam, melesat keluar dari basement dengan kecepatan yang mencerminkan kepanikan dalam dirinya. Jantungnya berpacu, diliputi oleh ketakutan dan penyesalan yang menghantui setiap pikiran.“Maafkan aku, Valen. Maafkan aku…!” suaranya nyaris tak terdengar, tercekik oleh emosi yang bergolak. Bibirnya gemetar, dan air mata mulai membanjiri pandangannya.Tangis Gavin pecah, mengalir deras seperti sungai yang tak terbendung. Hatinya terasa remuk, diremas oleh kepedihan yang tak tertahankan saat bayangan Valen melintas di benaknya. Bagaimana kondisi pria yang dicintainya itu sekarang?Pikiran itu mencabik-cabik ketenangannya. Ketakutan menyeruak, menggerogoti setiap sudut batinnya. Bagaimana jika Valen… mati? Atau lebih buruk, bagaimana jika Valen cacat permanen akibat keputusan impulsif yang baru saja ia buat?“Tidak…! Tidak!” Gavin memukul-mukul setir mobil dengan frustrasi.Penyesalannya datang terlambat, menghempaskan Gavin ke dalam jurang keputusasaan.

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   150. Jangan Ambil Dia

    Di dalam basement, area parkir sebuah apartemen, tatapan Gavin tak lepas dari mobil yang terletak beberapa meter di depannya. Mobil itu seolah menjadi simbol dari seseorang yang diam-diam telah menjadi pusat dunianya—Dokter Joshua Valen. Hati Gavin bergejolak dengan perasaan yang tak pernah ia ungkapkan kepada siapa pun, kecuali kepada pemilik mobil itu sendiri.Joshua Valen, sang dokter yang tampan dan baik hati, adalah sosok yang telah membuat Gavin merasakan ketenangan yang tak pernah ia dapati dari orang lain. Setiap kali berada di dekat Valen, Gavin merasa damai, seolah semua beban hidupnya menghilang dalam sekejap. Kekaguman Gavin terhadap Valen melampaui batas-batas yang wajar, melebihi rasa kagum seorang pasien biasa kepada dokternya. Gavin telah jatuh cinta—perasaan yang ia tahu salah, namun tak bisa ia kendalikan.Gavin masih mengingat dengan jelas hari ketika ia akhirnya memberanikan diri mengungkapkan perasaannya kepada Valen. Detik-detik itu penuh ketegangan baginya, n

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   149. Memperbaiki Keadaan

    “Michella, kamu sekarang bisa mencairkan nilai pokok investasi milik Mia, lakukan segera.” Nathan menyampaikan instruksi itu lewat telepon. Michella terkejut mendengar permintaan Nathan. Padahal sebelumnya, Nathan kerap memberinya ancaman yang mengerikan bila ia sampai memberikan bantuan keuangan pada Mia, apalagi sampai mengembalikan nilai pokok investasi yang sudah sering diminta oleh Mia.Namun, tanpa banyak tanya lagi—khawatir Nathan berubah pikiran, Michella segera mentransfer uang itu pada Mia. Membuat Mia menangis lega saat ia menyampaikan kabar baik itu.“Maaf, aku baru bisa mengembalikan uang investasimu sekarang, Mia.” Michella berkata dengan hati yang diliputi rasa bersalah.“Tidak apa-apa, Michella…, yang penting sekarang bisnismu sudah stabil, kan?” ucap Mia begitu tulus.Michella diam-diam merasa bersalah dalam hatinya karena sebenarnya bisnisnya baik-baik saja selama ini. Tetapi ia tak berkutik dan tunduk pada perintah Nathan karena ancaman-ancamannya terhadap bisnis M

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   148. Mari Bekerja Sama Secara Profesional

    “Bisa-bisanya kamu menciptakan kiamat untuk kariermu sendiri, Max!” Brama mengomel dengan nada yang semakin meninggi saat menemuinya di hotel usai pertandingan malam itu, nadanya penuh dengan kekhawatiran. Dia membayangkan dampak dari tindakan Max yang sembrono ini—reputasi yang hancur, skandal yang meledak, efek domino yang bisa berakibat fatal bagi kariernya. Brama sangat memahami bagaimana dunia olahraga bisa kejam; satu langkah salah bisa menghancurkan segalanya dalam sekejap.Brama menatap Max sambil geleng-geleng kepala, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan gelisah. Kepalanya yang botak berkilau di bawah cahaya lampu. Sementara itu, Max duduk dengan tenang di hadapannya, menyandarkan punggung ke kursi dengan senyum tipis yang tampak santai. Matanya memancarkan keteguhan yang sulit digoyahkan, seolah semua kata-kata Brama hanya angin lalu.Senyuman Max mencerminkan keyakinan dan ketidakpeduliannya terhadap apa kata dunia atas tindakannya. “Mia sudah bercerai dari Nathan, itu

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   147. The Answer is Always "Yes"

    Jeritan cinta yang begitu menggema dari Max seolah merobek kebisingan di stadion, menimbulkan kekagetan di pikiran begitu banyak orang, khususnya Mia. Dia tak pernah membayangkan bahwa Max akan melakukan sesuatu yang begitu nekat, begitu terbuka, di depan puluhan ribu pasang mata.Mia membeku, tubuhnya kaku seperti patung di tengah lautan manusia yang seakan tidak berhenti bergejolak dengan sorak sorai dan tepukan tangan. Dalam diri Mia, perasaan malu, terkejut, dan kebingungan bergulat satu sama lain, membuat tubuhnya gemetar. Jantungnya berdetak cepat, seolah tak bisa mengimbangi kekacauan yang terjadi di dalam pikirannya. Dia tidak terbiasa menjadi pusat perhatian seperti ini.Tatapan Mia yang biasanya lembut kini terpaku lurus ke depan, mencoba menghindari pandangan orang-orang yang kini tertuju padanya. Setiap mata di stadion ini seolah sedang memperhatikannya, menilai, dan mungkin bahkan menghakiminya. Tangannya yang dingin berusaha mencari pegangan, dan tanpa sadar, ia mengge

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   146. I Love You So Much

    Max bersama para pemain lainnya berjalan menuju tepi lapangan, wajahnya berseri-seri dengan senyum hangat menghiasi bibirnya. Tangannya terangkat, melambai ke arah suporter yang memenuhi tribun, seolah ia ingin menyapa setiap orang yang telah memberikan dukungan penuh selama pertandingan. Setiap langkah yang ia ambil terasa penuh dengan kebanggaan, mencerminkan kemenangan yang baru saja mereka raih.Sesampainya di tepi lapangan, Max sedikit membungkukkan badannya sebagai penghormatan tulus kepada para suporter. “Terima kasih!” teriaknya kemudian, sambil kembali melambaikan tangannya.Aksinya diikuti oleh rekan-rekan timnas yang lain. Seketika sikap rendah hati para pemain itu memicu gelombang tepuk tangan yang riuh dari tribun. Sorak-sorai membahana, mengapresiasi sikap hormat yang ditunjukkan oleh Max dan para pemain timnas.Langkah Max dan timnya terhenti tepat di depan tribun Selatan. Di sana, lautan suporter dengan kostum hitam—warna khas Ultras Garuda, mendominasi pemandangan. N

DMCA.com Protection Status