Rahayu Setyasih, seorang gadis kampung yang lugu dan sederhana. Berbekal ilmu yang ia dapatkan dari sekolah SMK jurusan tata busana ia membuka usaha jahit dengan modal mesin jahit butut milik sang Ibu. Kisah asmaranya dengan sang kekasih, Angga Setiawan harus diuji karena Angga yang melanjutkan pendidikan di kota dan mendapat pekerjaan disana. Namun karena rasa cinta yang begitu besar, Rahayu yang biasa dipanggil Ayu itu tetap setia menanti. Mimpinya begitu sederhana, menikah dan hidup bahagia bersama sang kekasih. Namun bertahun tak kembali justru kabar buruk yang Ayu dengar. "Angga sudah hidup enak di kota, kerjaan mapan, punya pacar cantik dan kaya. Mana mau dia kembali ke kampung hanya untuk menikahi perempuan seperti dia," nyinyiran yang sering ia dengar dari tetangga bahkan dari ibu Angga sendiri. Sedih? Tentu saja ia sedih. Apalagi Angga jarang mengangkat panggilannya bahkan pesan yang ia kirim pun tak berbalas. Demi mencari kejelasan hubungan mereka, Ayu nekat pergi ke kota untuk mencari Angga. Namun justru kenyataan pahit yang ia terima. Kabar yang ia dengar dari tetangga bukan sekedar gosip miring. Untuk menyambung hidup di kota, Ayu bekerja di pabrik garmen di bawah kepemimpinan pria sombong dan galak. Akankah Ayu menggapai mimpinya ataukah menemukan mimpi baru?
View MoreAku terbangun jam 2 siang tapi belum ada tanda- tanda mbak Siska pulang. Suasana kost juga sepi, mungkin mereka sibuk bekerja. Aku mulai mencari- cari lowongan kerja di media sosial tapi nihil, aku tidak memenuhi kriteria yang dicari, minimal pendidikan D3.Tiba- tiba ada notifikasi pesan berlogo hijau. Buru- buru kubuka, berharap Angga yang membalas pesanku karena tadi pagi aku sempat mengirim pesan padanya. Ternyata aku masih harus kecewa karena bukan Angga melainkan mbak Siska. Tapi sedetik kemudian aku berteriak heboh karena mbak Siska mengabarkan ada lowongan kerja di restoran temannya. Sungguh aku girang bukan kepalang, mbak Siska emang malaikat yang dikirim untukku. Pagi hari berikutnya aku diantar mbak Siska ke restoran milik temannya. Aku diterima tanpa melalui proses rekruitmen atas rekomendasi mbak Siska."Kerja yang bener ya, Yu. Ingat tujuanmu kesini. Kita hanya bisa mengandalkan diri kita sendiri," nasehat mbak Siska."Siap Mbak. Aku gak akan ngecewain mbak Siska," jawa
"Masuk dulu yuk, Mbak!" ajakku pada mbak Siska yang datang untuk ukur badan.Mbak Siska mengangguk dengan senyum merekah. Tepat saat baru turun dari motor, bu Surti, ibu Angga melintas depan rumahku."Eh ini Siska kan? Kapan pulang Nduk? Uayu tenan dirimu sekarang," pujinya pada mbak Siska tanpa memperdulikan aku."Iya Bulek, saya Siska. Bulek apa kabar?" balas mbak Siska sopan."Baik. Bulek baik banget kabarnya. Kamu udah sukses ya di kota, udah bisa beli mobil juga. Angga juga sekarang di kota, udah kerja di perusahaan gede. Kamu gak pernah ketemu sama dia?" bu Surti masih terus nyerocos membuatku jengah."Enggak Bulek, saya gak pernah ketemu Angga," mbak Siska memberi kode mata padaku dan aku hanya mengangkat bahu."Ya ampun, nanti deh Bulek kasih nomer HP-nya Angga. Soalnya Angga ganti nomer kemarin."DEG. Perkataan bu Surti mengusikku kali ini."Jadi anak muda jaman sekarang memang harus kerja keras. Harus berani keluar dari desa biar sukses. Kalau cuma di desa ya ujung- ujungnya
Tok tok tok. Kuketuk pintu rumah mbak Siska yang terlihat habis direnovasi. Gentengnya terlihat baru, dindingnya yang dulu masih semen sekarang sudah dicat warna hijau dan lantainya sudah dikeramik. Aku tersenyum ikut bangga, sepertinya mbak Siska beneran sudah sukses di kota. Di halaman juga terparkir mobil. Bukan mobil yang wow memang tapi untuk ukuran orang desa punya mobil itu sudah cukup membuktikan kekayaan seseorang.Saat pintu dibuka, keluarlah seorang wanita cantik, putih dan wangi membuat Ayu melongo melihatnya. Sesaat wanita itu juga terdiam, seperti mengingat- ingat sesuatu."Mbak Siska?!" pekik Ayu kegirangan."Iya...?Kamu...?" "Aku Ayu, Mbak. Masa lupa?" Mbak Siska terlihat mengerutkan kening, mungkin sedang menggali ingatannya."Ya ampun Ayu?!" sekarang gantian mbak Siska yang memekik kegirangan setelah berhasil mengembalikan memorinya."Mbak sekarang cantik banget ih...," aku menoel pipi mbak Siska."Kamu bisa aja. Ayo masuk dulu!" ajak mbak Siska merangkul bahuku.A
Meski kemarin aku sempat kecewa karena tidak bisa ikut mengantar Angga ke terminal bersama keluarganya tapi hari ini kekecewaanku terobati karena Angga baru saja mengabariku bahwa ia telah sampai di Jakarta. Walaupun kami hanya berbicara sebentar itu sudah cukup bagiku karena aku tahu dia juga butuh istirahat setelah perjalanan jauh."Istirahat dulu Nak, jangan terlalu diforsir," tegur ayah."Iya Yah," balasku sambil tersenyum. Aku beranjak meninggalkan mesin jahit dengan senyum manis terukir di bibirku. Aku sudah minta maaf pada ayah kemarin mengenai kekesalanku pada ayah tempo hari dan tentu saja ayah memaafkan."Ayah sudah makan siang?" tanyaku sambil bergelayut di lengan ayah. Manja memang tapi beginilah aku. "Belum, nungguin putri ayah yang cerewet," jawab ayah sambil tersenyum jahil.Aku tak marah karena itu memang kenyataan. Tak hanya manja aku juga cerewet hanya saja saat bersama Angga aku harus menekan itu semua karena Angga tak menyukai gadis cerewet apalagi manja.Begitula
"Maaf aku harus pergi. Tapi ini semua demi masa depan kita. Pada saatnya nanti aku akan kembali dengan keadaan yang sudah siap mempersuntingmu," kata Angga sambil menggenggam jemariku. Aku terdiam sejenak, berusaha menenangkan hatiku yang sesak. Pada akhirnya perpisahan ini harus terjadi. Jauh sebelum hari ini, Angga memang sudah pernah menceritakan padaku tentang mimpinya untuk melanjutkan pendidikan ke kota. Namun aku tak menyangka hari itu akan datang secepat ini. "Kamu akan kembali kan?" tanyaku terdengar meragukannya. Angga tersenyum, "Tentu. Rumahku kan disini." "Maksudku... kamu akan kembali padaku kan? Kamu akan setia meskipun di kota banyak cewek cantik?" tanyaku penuh harap -harap cemas. "Ha ha ha...," Angga tertawa lebar membuat Ayu cemberut."Ayu... Ayu... Kamu tidak paham maksudku ya?" Aku mengernyitkan kening tidak paham dengan apa yang dia bicarakan. "Aku sudah bilang kan kalau aku pasti pulang ke rumah?" "Iya, aku tahu. Kamu pasti pulang ke rumah karena disana
"Maaf aku harus pergi. Tapi ini semua demi masa depan kita. Pada saatnya nanti aku akan kembali dengan keadaan yang sudah siap mempersuntingmu," kata Angga sambil menggenggam jemariku. Aku terdiam sejenak, berusaha menenangkan hatiku yang sesak. Pada akhirnya perpisahan ini harus terjadi. Jauh sebelum hari ini, Angga memang sudah pernah menceritakan padaku tentang mimpinya untuk melanjutkan pendidikan ke kota. Namun aku tak menyangka hari itu akan datang secepat ini. "Kamu akan kembali kan?" tanyaku terdengar meragukannya. Angga tersenyum, "Tentu. Rumahku kan disini." "Maksudku... kamu akan kembali padaku kan? Kamu akan setia meskipun di kota banyak cewek cantik?" tanyaku penuh harap -harap cemas. "Ha ha ha...," Angga tertawa lebar membuat Ayu cemberut."Ayu... Ayu... Kamu tidak paham maksudku ya?" Aku mengernyitkan kening tidak paham dengan apa yang dia bicarakan. "Aku sudah bilang kan kalau aku pasti pulang ke rumah?" "Iya, aku tahu. Kamu pasti pulang ke rumah karena disana
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments