PESUGIHAN LEMBAH MONYET

PESUGIHAN LEMBAH MONYET

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-22
Oleh:  Sastra Inema  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
13Bab
1.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sinopsis

Kejam

Jika ada di antara mereka yang salah atau lalai dalam melakukan pekerjaan, maka kera putih yang ada di dekatnya akan langsung melayangkan cambukan ke tubuh orang itu hingga menjerit kesakitan dan terkapar. Namun harus langsung bangkit kembali. Yang aneh, jeritan mereka adalah suara kera, bukan manusia pada umumnya. "Kalian tahu, siapa mereka?" tanya Mbah Suro menunjuk pada ribuan orang tersebut. "Tidak, Mbah _," jawab Mario pelan. "Mereka adalah orang-orang yang telah ditumbalkan dan juga orang yang sudah sampai akhir masa perjanjian dengan Iblis, Raja kera," jawab Mbah Suro tenang dan dalam. "Kamu juga akan menjadi bagian dari mereka setelah sampai pada masa perjanjian berakhir," lanjutnya, membuat tubuh kedua orang itu bergetar. "Apa kamu siap?" tanya Mbah Suro langsung menutup pintu dan melangkah kembali ke depan sesaji. Sejenak Mario menjadi ragu, namun bayangan wajah penuh hinaan dari tetangga dan airmata anak dan istrinya membuatnya membulatkan tekad dan kembali duduk bersila di hadapan Mbah Suro. "Kalau kamu siap, akan segera kita lakukan syaratnya sebelum tengah malam. Jika kamu mundur, kamu bisa mencari jalan pulang sendiri. Aku tidak akan bertanggung jawab dengan apa yang akan kamu alami di jalan!" Ucapan

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Kalau Kamu Ingin Keluar dari Kesulitan, Ikutlah Denganku

Seorang lelaki muda tampak berdiri dengan gelisah di sebuah jembatan kayu yang berada tepat di atas sungai yang terlihat sedang meluap. Alirannya yang deras membuat orang yang melihat merinding dan seolah akan terbawa arusnya. Jembatan kayu itu pun sedikit bergoyang menahan kerasnya hantaman air."Haruskah aku terjun sekarang?" monolog nya dalam hati.Lelaki muda itu menatap nanar ke dalam air, seperti hendak melompat. Namun, diurungkannya."Bagaimana dengan istri dan anak-anakku?" Kemudian dia berjalan ke pinggir jembatan dan mematung di sana untuk waktu yang cukup lama.Tergambar jelas di ingatannya percakapan dengan Indah tadi pagi."Mas, Ranti panasnya belum turun juga, padahal sudah aku kasih obat penurun panas dari warung Bu Ani," ucap Indah, istrinya."Terus gimana, Ndah?" tanya Mario, lelaki muda yang ada di jembatan saat ini."Ya, harus dibawa ke dokter, Mas! Kalau tidak, bisa parah," jawab Indah dengan wajah panik. Ranti kecil yang saat itu berada dalam pelukannya sedang me

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Rosdiana
niCe plus ngerii iihh. seremmmm
2023-04-26 11:05:13
3
13 Bab

Kalau Kamu Ingin Keluar dari Kesulitan, Ikutlah Denganku

Seorang lelaki muda tampak berdiri dengan gelisah di sebuah jembatan kayu yang berada tepat di atas sungai yang terlihat sedang meluap. Alirannya yang deras membuat orang yang melihat merinding dan seolah akan terbawa arusnya. Jembatan kayu itu pun sedikit bergoyang menahan kerasnya hantaman air."Haruskah aku terjun sekarang?" monolog nya dalam hati.Lelaki muda itu menatap nanar ke dalam air, seperti hendak melompat. Namun, diurungkannya."Bagaimana dengan istri dan anak-anakku?" Kemudian dia berjalan ke pinggir jembatan dan mematung di sana untuk waktu yang cukup lama.Tergambar jelas di ingatannya percakapan dengan Indah tadi pagi."Mas, Ranti panasnya belum turun juga, padahal sudah aku kasih obat penurun panas dari warung Bu Ani," ucap Indah, istrinya."Terus gimana, Ndah?" tanya Mario, lelaki muda yang ada di jembatan saat ini."Ya, harus dibawa ke dokter, Mas! Kalau tidak, bisa parah," jawab Indah dengan wajah panik. Ranti kecil yang saat itu berada dalam pelukannya sedang me
Baca selengkapnya

Perjalanan Menuju Lembah Monyet

Langkah kedua orang itu tersurut ke belakang."Apa itu, Ndi?" Wajah Mario terlihat pucat pasi.Andi tegak berdiri tanpa ekspresi.Di hadapan mereka, tampak seekor kera besar, hampir sebesar manusia dewasa. Kera itu berwarna putih, sehingga tampak menyeramkan dalam kegelapan. Tampaknya, Sang Kera Putih itu sedang menyeringai galak, menampakkan gigi taringnya yang tajam."Ngukkk! Kembali terdengar teriakan kerasnya."Ndi, sepertinya kera itu marah melihat kehadiran kita," bisik Mario gemetar ketakutan. Tangannya yang sudah dingin memegangi tangan Andi."Panglima kera, mohon maaf kalau kedatangan kami mengganggu. Aku membawakan seseorang yang ingin mengabdi kepada rajamu," Tiba-tiba, Andi mengucap lirih sambil membungkuk dan menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada, seperti sedang menyembah."Hhrgggh!"Kera putih itu menggeram keras, menatap tajam ke arah Mario dengan matanya yang semerah saga, menembus kegelapan hutan.Andi langsung menepuk pelan tangan Mario dan memberi isyarat
Baca selengkapnya

Sanggupkah Membayar Harga Tumbal

Para kera yang awalnya garang dan sudah bersiap melumatkan kedua orang yang berdiri di tengah-tengah mereka seketika diam tak bergerak.Tanpa sadar kedua tangan Mario dan Andi saling bertaut dengan erat, seperti layaknya sepasang kekasih yang jatuh cinta."Anak-anak muda, jika kalian datang untuk mengacaukan negaraku, pergilah segera sebelum tentaraku menghancurkan kalian!" Seorang kakek dengan tongkat berkepala kera hitam tampak berjalan tertatih, keluar dari kerumunan kera yang ada di lapangan luas tersebut.Di sisi kanan kiri dan belakangnya dikawal beberapa ekor kera putih yang tampak gagah dan matanya merah. Mereka menatap sangar ke arah Mario dan Andi, bersiap melakukan serangan jika diperintah oleh Sang Kakek yang berjubah hitam dan juga memakai belangkon warna hitam. "Maafkan kedatangan kami yang mengganggu ketenangan di sini, Kek. Kami datang untuk mengabdi dan mengikat perjanjian dengan Raja kegelapan," jawab Andi pelan dan bergetar."Hahaha! Manusia-manusia bodoh!" kekeh
Baca selengkapnya

Berikan Iblis Tumbal Darah dan Jantung

"Sudah disiapkan?Tapi saya ...," Seketika Mario menutup bibirnya rapat-rapat saat melihat mata Mbah Suro yang merah, menatap marah."I-iya, Mbah. Apa yang harus saya lakukan sebagai ritual persembahan?" tanya Mario dengan suara bergetar."Tepat tengah malam nanti, pergilah ke kebun pisang yang tadi kamu lewati. Tebang salah satu pohon yang sudah berbunga. Ambil jantung pisangnya dan bawa kemari!" perintah Mbah Suro. Andi melirik jam di tangan kirinya. Saat itu sudah menunjukkan pukul dua belas kurang lima menit. Artinya sudah hampir tengah malam."Kalau begitu, sekarang kami berangkat ke kebun, Mbah," ucap Andi sambil menarik tangan Mario agar mengikutinya ke kebun pisang."Tunggu!" seru Mbah Suro menghentikan langkah keduanya."Ada apa, Mbah?" tanya Mario."Pakai keris ini untuk mengambil jantung pisang!" ucap Mbah Suro seraya menyerahkan keris yang ada dalam nampan bambu. Mario langsung menerima keris itu dari tangan Mbah Suro. Alangkah terkejutnya saat dia memegang gagang keris yan
Baca selengkapnya

Anakmu Adalah Tumbal Pertama

Angga yang sedang tertidur pulas, seketika terbangun mendengar teriakan adiknya."Ranti kenapa, Mak?" tanya Angga dengan gugup dan panik. Apalagi melihat keadaannya yang sangat mengerikan."Nggak tahu, nih. Dari tadi menunjuk ke atas dan bilang ada monyet bawa keris. Angga, tolong panggil Pak RT, Emak takut!" Indah sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dia hanya bisa menangis dan memeluk tubuh Ranti yang sudah tak bernyawa dan bersimbah darah, padahal tak ada luka. Angga segera berlari keluar, tak peduli dengan gelapnya malam. Dia hanya ingin menyelamatkan adiknya."Ada apa, Bu Indah?" tanya Pak Rustam, selaku ketua RT Kampung Duren saat tiba di rumah mereka, setengah jam kemudian."Hiks ... hiks ... Anak saya, Pak. Tolong anak saya, Pak!" Indah hanya bisa meraung sambil terus memeluk erat tubuh Ranti yang sudah meninggal."Iya, Bu Indah. Tenang dulu, jelaskan apa yang terjadi dengan anak Ibu?" tanya Pak Rustam dengan lembut sambil menatap tubuh Ranti dalam pelukan Indah."Ini, Pak
Baca selengkapnya

Kera Putih itu Membawa Jasad Ranti

Indah hampir tak percaya dengan pemandangan yang terpampang di depannya. Seekor kera putih besar sedang menggali kuburan Ranti dengan cepat. Kera itu hanya menggunakan kedua tangannya, namun kecepatannya menyaingi sepuluh orang penggali kubur. Indah menutup mulutnya dengan tangan, ingin teriak tapi tak mampu bersuara."Ya, Tuhan! Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Apa yang sedang dilakukan oleh kera putih itu di makam Ranti?" Indah ingin berlari dan menghentikan gerakan Sang Kera Putih, tapi kakinya serasa dipaku dan tak mampu bergerak.Hanya airmata yang tak mampu dibendungnya, menetes bak air tertumpah.Tak lama kemudian, kera itu mengambil jasad Ranti dan memanggulnya di pundak. Secepat kilat, kera itu melompat dan pergi membawa jasad putri tercintanya."Tidakk! Jangan_!" Indah menangis meraung dan menggapi-gapai seolah ingin mengejarnya, namun yang keluar hanya teriakan pelan seperti tercekik."Indah, bangun! Ndah ... Pindah tidur di dipan sana, supaya tidak bermimpi buruk!" Mari
Baca selengkapnya

Kaya Mendadak

Dengan mata membelalak, Indah menunjuk ke arah dipan. Matanya menatap antara dipan dan suaminya yang bergegas masuk ke dalam kamar, diikuti oleh Angga yang juga penasaran.Terlihat di tengah dipan bambu itu seekor kera kecil yang tengah melompat-lompat dengan lincah sambil memainkan tumpukan uang kertas dan butiran perhiasan kalung, gelang dan cincin yang semuanya tampak berkilau."Itu ... itu monyet siapa, Mas? Dan apa itu yang dia mainkan?" Dengan tergagap, Indah menggumam tak jelas. Telunjuk kanannya masih menunjuk ke arah kera yang kini sedang menatapnya dengan tajam.Mario langsung melompat melihat begitu banyak uang yang ada di atas dipan. Matanya membelalak lebar sementara di bibirnya tersungging senyum puas."Kita kaya, Ndah! Kita kaya ...!" teriaknya sambil meraup tumpukan uang kertas dan perhiasan kemudian menghamburkannya hingga menyebar dan memenuhi setiap sudut dipan.Angga juga refleks melompat mendekati ayahnya. Namun dia hanya terbengong dan matanya membola melihat tum
Baca selengkapnya

Ritual Penyambutan Harta

"Assalamualaikum,"Kembali terdengar suara ketukan di pintu runah mereka.Mario menatap Indah yang masih bermata sembab, sementara Indah pun sedang menatapnya dengan tatapan penuh tanya."Jangan biarkan mereka masuk dan melihat uang ini, cepat temui mereka dulu, Ndah!" ucap Mario bernada perintah.Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Indah melangkah menuju ke pintu."Wa'alaikummussalam, Pak RT," jawab Indah seraya membuka sedikit pintu rumahnya."Bagaimana keadaan Bu Indah dan Pak Mario? Kami hanya ingin bertanya apa akan diadakan acara tahlil untuk menerangkan jalan Nak Ranti?" tanya Pak Rustam yang saat itu datang bersama beberapa orang warga."Maaf, Pak. Malam ini kami belum siap sama sekali untuk mengadakan acara tahlil. Rencananya besok malam saja sampai malam tujuh harinya, Pak," lirih suara Indah. Dia sungguh tak rela untuk mengucap kalimat itu. Dia sangat ingin mengadakan tahlil malam ini juga. Tapi, dia juga takut para warga akan melihat keanehan yang terjadi di rumah mereka."
Baca selengkapnya

Iblis Kera Penguasa Lembah Monyet

"Hahaha ... Kkrrrhhhh!"Terdengar suara tawa menggelegar yang memenuhi ruangan kecil itu. Kemudian muncul sesosok makhluk menakutkan di hadapan mereka.Sebelum kemunculannya, didahului dengan kepulan asap putih yang sangat pekat memenuhi ruangan itu dan menguarkan bau yang kurang sedap, seperti bau dedaunan busuk serta amis, seperti bau darah.Lambat laun, asap itu berubah dan berbentuk makhluk besar berwajah kera yang bertanduk. Kedua matanya menyorotkan sinar merah. Tubuhnya yang tinggi besar, tertutup bulu hitam keemasan yang sangat lebat. Dari sudut mulutnya keluar taring besar. Melihat tampilannya saja, dapat terbayangkan betapa tajam taring tersebut.Indah dan Angga gemetar ketakutan melihat kehadiran makhluk itu. Indah hampir tak percaya ada makhluk mengerikan seperti itu yang muncul di rumahnya."Mas ... makhluk apa itu?" tanyanya dengan suara bergetar."Bu, Angga takut," bisik putranya tak kalah gemetar dan langsung meringkuk di samping ibunya sambil memeluk Indah dari sampin
Baca selengkapnya

Kedatangan Abah Yai dan Emak

"Kenapa, Mas?" Dengan tatapan terkejut dan penuh tanya, Indah berbalik dan menatap manik mata suaminya.Mario menatap dengan penuh kebencian ke arah pintu yang masih tertutup. Padahal selama ini, jika Ayah Indah yang Seorang Kyai datang ke rumah mereka, dia selalu menyambutnya dengan hormat, meskipun dia memang tidak begitu menyukai Ayah dan Ibu mertuanya."Jangan pernah katakan apapun pada mereka tentang Aku yang sudah melakukan pesugihan. Aku harap, kamu masih bisa menjaga nama baikku di depan orang tuamu seperti sebelumnya!" ucap Mario datar. Perlahan, tatapan kebenciannya memudar. "Iya, Mas. Aku mengerti," jawab Indah menurut."Aku akan menyimpan semua uang dan perhiasan ke belakang rumah lebih dulu. Jangan sampai mereka curiga. Katakan saja Mas sedang ke kamar kecil!" perintah Mario lagi dengan suara pelan agar tak terdengar ke luar.Indah mengangguk dan menunggu suaminya menghilang di balik pintu dapur kecil rumah mereka."Wa'alaikummussalam, Abah, Emak," ucap Indah seraya mem
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status