Home / Horor / PESUGIHAN LEMBAH MONYET / Perjalanan Menuju Lembah Monyet

Share

Perjalanan Menuju Lembah Monyet

Author: Sastra Inema
last update Last Updated: 2022-11-12 12:07:47

Langkah kedua orang itu tersurut ke belakang.

"Apa itu, Ndi?" Wajah Mario terlihat pucat pasi.

Andi tegak berdiri tanpa ekspresi.

Di hadapan mereka, tampak seekor kera besar, hampir sebesar manusia dewasa. Kera itu berwarna putih, sehingga tampak menyeramkan dalam kegelapan. Tampaknya, Sang Kera Putih itu sedang menyeringai galak, menampakkan gigi taringnya yang tajam.

"Ngukkk!

Kembali terdengar teriakan kerasnya.

"Ndi, sepertinya kera itu marah melihat kehadiran kita," bisik Mario gemetar ketakutan. Tangannya yang sudah dingin memegangi tangan Andi.

"Panglima kera, mohon maaf kalau kedatangan kami mengganggu. Aku membawakan seseorang yang ingin mengabdi kepada rajamu," Tiba-tiba, Andi mengucap lirih sambil membungkuk dan menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada, seperti sedang menyembah.

"Hhrgggh!"

Kera putih itu menggeram keras, menatap tajam ke arah Mario dengan matanya yang semerah saga, menembus kegelapan hutan.

Andi langsung menepuk pelan tangan Mario dan memberi isyarat agar melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya saat itu.

Dengan ragu, Mario melakukan semua gerakan. Membungkuk dan menyembah pada kera putih di hadapannya.

"Sialan, masa aku harus menyembah monyet!" gumamnya dalam hati.

"Hhrrggh!"

Kera putih itu kembali menggeram dengan tatapan marah ke arah Mario yang langsung menyadari bahwa kera itu mengetahui apa yang dipikirkannya. Dia menunduk dalam-dalam.

"Mar, jangan melawan! Dia tahu apa yang kita pikirkan," bisik Andi tanpa menoleh.

Mario mengangguk sambil menunduk.

Kera putih itu berbalik dan melompat ke cabang pohon yang rendah.

"Ayo, Mar. Kita ikuti dia! Dia akan memberi jalan untuk kita menghadap Raja mereka!" bisik Andi seraya berdiri dan melangkah mengikuti arah kepergian Sang Kera Putih.

"Baiklah ," jawab Mario dan mengikuti langkah mereka.

Dalam hatinya masih bertanya-tanya, akan dibawa ke mana mereka? Bulu kuduknya merinding saat desiran angin membawa bau busuk yang khas. Bau bangkai dan juga anyir darah.

Jalan yang dilalui mereka makin tidak nyaman. Sepanjang jalan setapak di tengah hutan itu, banyak duri-duri tajam dan juga bebatuan besar yang menghalangi langkah mereka. Mario merasa kakinya sudah sangat nyeri beberapa kali tertusuk duri dan batu tajam. Untung saja, tadi Andi memberi pinjaman sepatunya sebelum turun dari mobil saat melihat dia bertelanjang kaki.

Tak sampai di situ, mereka juga masih harus menyeberangi sungai besar yang berarus deras.

"Bagaimana kita bisa menyeberang, Ndi? Arusnya deras banget," tanya Mario sambil menatap arus sungai yang seperti air mendidih di hadapannya.

"Tenang, Panglima kera akan membantu kita," jawab Andi tersenyum samar. Sementara Kera Putih yang disebut Panglima oleh Andi tampak duduk bersila seperti layaknya manusia yang tengah melakoni semedi.

Tiba-tiba, bagian tengah sungai itu membelah. Seakan membentuk sebuah jalan setapak yang hanya bisa dilalui oleh satu orang. Jalan itu membelah arus sungai yang deras.

Mario sampai melongo menatap keajaiban yang tersaji di depan matanya. Seakan tak percaya, dia mulai menggosok matanya hingga perih.

"Ayo, sebelum jalan itu hilang!" Andi langsung menarik tangan Mario dengan kuat dan melangkah cepat melewati jalan setapak itu.

"Lari!" teriak Andi saat mendengar suara gemuruh air di belakang mereka.

Mario tak sempat menoleh untuk melihat apa yang terjadi, dia langsung melompat dan berlari sekuat tenaga mengikuti Andi yang sudah melesat lebih dulu.

Saat mereka tiba di seberang sungai dan naik ke daratan. Seketika itu juga air sungai yang laksana air bah itu sudah menggerus dan menutup jalan yang dibuat oleh Panglima Kera.

"Di mana kera itu, Ndi?" tanya Mario dengan napas yang masih terengah-engah sehabis berlari tadi.

"Panglima kera itu sudah ada di depan kita," bisik Andi juga dengan napas terengah sambil menunjuk ke depan dengan dagunya.

"Hebat sekali Panglima Kera itu," gumam Mario. Dia merasa semakin mantap untuk mengabdi pada Raja kera itu setelah menyaksikan kehebatan yang ditunjukkan oleh kera putih.

"Tentu saja hebat, mana mungkin aku membawamu ke sini kalau belum tahu kehebatan mereka," jawab Andi dengan sinar kebanggaan yang tampak jelas di matanya.

Mario pun manggut-manggut mengerti. Dia semakin merasa menuju tempat yang benar untuk meminta kekayaan. Kini, Mario sudah tak peduli lagi dengan dosa dan kemusyrikan yang akan dilakukannya.

Setelah menyeberangi sungai berarus deras itu, mereka kembali memasuki wilayah hutan. Namun kali ini hutan tersebut lebih banyak ditumbuhi dengan pohon pisang yang tidak terawat. Letak pohonnya sungguh tidak beraturan. Daun-daun kering masih bergantungan pada batangnya, membuat suasana hutan pohon pisang menjadi seram dan gelap. Apalagi dimalam hari seperti itu.

Di beberapa tempat, terlihat pohon buah-buahan seperti mangga, jambu, dan buah lainnya.

Panglima kera masih memimpin langkah mereka di depan dengan melompat dari satu batang pohon ke pohon berikutnya.

.Bau busuk bangkai dan anyir darah makin menusuk ke dalam hidung, membuat Mario tercekik dan ingin muntah.

"Huekkk!"

Mario sudah tidak tahan lagi. Anehnya, Andi nampak tenang-tenang saja seolah tak terpengaruh sama sekali.

Dengan setengah mencibir, Andi melirik ke arah Mario.

"Tahan, Mar. Bulatkan tekadmu untuk mengabdi pada raja kegelapan, maka perasaan tak nyaman kamu akan hilang dengan sendirinya," bisik Andi.

"Baiklah," jawabnya.

Mario memejamkan matanya sesaat dan memantapkan hatinya menuju kegelapan.

"Aneh, bau tak sedap itu semakin berkurang," gumam Mario.

Andi hanya tersenyum sambil terus melangkah mengikuti arahan Panglima kera.

"Kita sudah hampir sampai," bisik Andi seraya menatap lurus ke depan. Mario mengikuti arah pandangannya dan melihat setitik cahaya redup di kejauhan.

Benar saja, tak sampai sepuluh menit, mereka tiba di sebuah lapangan luas. Lapangan itu merupakan halaman sebuah rumah bambu yang besar, namun terlihat sedikit suram. Rumah itu sepertinya membelakangi sebuah bukit.

"Aneh, kenapa di sini terlihat cukup terang. Padahal tidak ada lampu sama sekali," ucap Mario menatap sekeliling lapangan.

"Bodoh! Apa kamu tidak lihat bulan purnama itu?" jawab Andi sambil menepuk bahu Mario.

"Oh, astaga! Aku sampai tidak memperhatikan," Mario menepuk keningnya sendiri.

"Ayo kita ke rumah itu!" ajak Andi.

Saat mereka tiba di tengah-tengah lapangan luas, tiba-tiba ribuan kera sudah mengepung mereka berdua dengan tatapan galak dan mata bersinar merah. Sangat berbeda dengan kera pada umumnya. Tampang mereka terlihat galak seraya menunjukkan gigi mereka yang tajam.

Rata-rata, tubuh mereka juga besar. Hampir sebesar tubuh manusia dewasa.

"Ndi, kawanan kera ini muncul dari mana?" Mario bertanya dengan gugup dan ketakutan. Tubuhnya gemetar, dia langsung memegangi tangan Andi.

"Tolong jangan ganggu kami, kami hanya ingin bertemu dan mengabdi pada raja kalian," ucap Andi dengan suara bergetar. Sepertinya dia juga ketakutan. Sementara kera putih yang tadi memandu jalan mereka entah berada di mana.

Nguk!

Nguk!

Nguk!

Tiba-tiba, ribuan kera itu berteriak keras membuat suasana berisik dan mendirikan bulu roma. Tampang mereka terlihat sangat garang dan galak dengan mata merah saga, bersiap untuk menyerang dua orang itu.

"Semua diam!" bentak sebuah suara yang menggelegar. Seketika semua kera terdiam dan memandang ke satu arah.

Related chapters

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Sanggupkah Membayar Harga Tumbal

    Para kera yang awalnya garang dan sudah bersiap melumatkan kedua orang yang berdiri di tengah-tengah mereka seketika diam tak bergerak.Tanpa sadar kedua tangan Mario dan Andi saling bertaut dengan erat, seperti layaknya sepasang kekasih yang jatuh cinta."Anak-anak muda, jika kalian datang untuk mengacaukan negaraku, pergilah segera sebelum tentaraku menghancurkan kalian!" Seorang kakek dengan tongkat berkepala kera hitam tampak berjalan tertatih, keluar dari kerumunan kera yang ada di lapangan luas tersebut.Di sisi kanan kiri dan belakangnya dikawal beberapa ekor kera putih yang tampak gagah dan matanya merah. Mereka menatap sangar ke arah Mario dan Andi, bersiap melakukan serangan jika diperintah oleh Sang Kakek yang berjubah hitam dan juga memakai belangkon warna hitam. "Maafkan kedatangan kami yang mengganggu ketenangan di sini, Kek. Kami datang untuk mengabdi dan mengikat perjanjian dengan Raja kegelapan," jawab Andi pelan dan bergetar."Hahaha! Manusia-manusia bodoh!" kekeh

    Last Updated : 2022-11-12
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Berikan Iblis Tumbal Darah dan Jantung

    "Sudah disiapkan?Tapi saya ...," Seketika Mario menutup bibirnya rapat-rapat saat melihat mata Mbah Suro yang merah, menatap marah."I-iya, Mbah. Apa yang harus saya lakukan sebagai ritual persembahan?" tanya Mario dengan suara bergetar."Tepat tengah malam nanti, pergilah ke kebun pisang yang tadi kamu lewati. Tebang salah satu pohon yang sudah berbunga. Ambil jantung pisangnya dan bawa kemari!" perintah Mbah Suro. Andi melirik jam di tangan kirinya. Saat itu sudah menunjukkan pukul dua belas kurang lima menit. Artinya sudah hampir tengah malam."Kalau begitu, sekarang kami berangkat ke kebun, Mbah," ucap Andi sambil menarik tangan Mario agar mengikutinya ke kebun pisang."Tunggu!" seru Mbah Suro menghentikan langkah keduanya."Ada apa, Mbah?" tanya Mario."Pakai keris ini untuk mengambil jantung pisang!" ucap Mbah Suro seraya menyerahkan keris yang ada dalam nampan bambu. Mario langsung menerima keris itu dari tangan Mbah Suro. Alangkah terkejutnya saat dia memegang gagang keris yan

    Last Updated : 2022-11-12
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Anakmu Adalah Tumbal Pertama

    Angga yang sedang tertidur pulas, seketika terbangun mendengar teriakan adiknya."Ranti kenapa, Mak?" tanya Angga dengan gugup dan panik. Apalagi melihat keadaannya yang sangat mengerikan."Nggak tahu, nih. Dari tadi menunjuk ke atas dan bilang ada monyet bawa keris. Angga, tolong panggil Pak RT, Emak takut!" Indah sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dia hanya bisa menangis dan memeluk tubuh Ranti yang sudah tak bernyawa dan bersimbah darah, padahal tak ada luka. Angga segera berlari keluar, tak peduli dengan gelapnya malam. Dia hanya ingin menyelamatkan adiknya."Ada apa, Bu Indah?" tanya Pak Rustam, selaku ketua RT Kampung Duren saat tiba di rumah mereka, setengah jam kemudian."Hiks ... hiks ... Anak saya, Pak. Tolong anak saya, Pak!" Indah hanya bisa meraung sambil terus memeluk erat tubuh Ranti yang sudah meninggal."Iya, Bu Indah. Tenang dulu, jelaskan apa yang terjadi dengan anak Ibu?" tanya Pak Rustam dengan lembut sambil menatap tubuh Ranti dalam pelukan Indah."Ini, Pak

    Last Updated : 2022-11-12
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kera Putih itu Membawa Jasad Ranti

    Indah hampir tak percaya dengan pemandangan yang terpampang di depannya. Seekor kera putih besar sedang menggali kuburan Ranti dengan cepat. Kera itu hanya menggunakan kedua tangannya, namun kecepatannya menyaingi sepuluh orang penggali kubur. Indah menutup mulutnya dengan tangan, ingin teriak tapi tak mampu bersuara."Ya, Tuhan! Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Apa yang sedang dilakukan oleh kera putih itu di makam Ranti?" Indah ingin berlari dan menghentikan gerakan Sang Kera Putih, tapi kakinya serasa dipaku dan tak mampu bergerak.Hanya airmata yang tak mampu dibendungnya, menetes bak air tertumpah.Tak lama kemudian, kera itu mengambil jasad Ranti dan memanggulnya di pundak. Secepat kilat, kera itu melompat dan pergi membawa jasad putri tercintanya."Tidakk! Jangan_!" Indah menangis meraung dan menggapi-gapai seolah ingin mengejarnya, namun yang keluar hanya teriakan pelan seperti tercekik."Indah, bangun! Ndah ... Pindah tidur di dipan sana, supaya tidak bermimpi buruk!" Mari

    Last Updated : 2023-02-01
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kaya Mendadak

    Dengan mata membelalak, Indah menunjuk ke arah dipan. Matanya menatap antara dipan dan suaminya yang bergegas masuk ke dalam kamar, diikuti oleh Angga yang juga penasaran.Terlihat di tengah dipan bambu itu seekor kera kecil yang tengah melompat-lompat dengan lincah sambil memainkan tumpukan uang kertas dan butiran perhiasan kalung, gelang dan cincin yang semuanya tampak berkilau."Itu ... itu monyet siapa, Mas? Dan apa itu yang dia mainkan?" Dengan tergagap, Indah menggumam tak jelas. Telunjuk kanannya masih menunjuk ke arah kera yang kini sedang menatapnya dengan tajam.Mario langsung melompat melihat begitu banyak uang yang ada di atas dipan. Matanya membelalak lebar sementara di bibirnya tersungging senyum puas."Kita kaya, Ndah! Kita kaya ...!" teriaknya sambil meraup tumpukan uang kertas dan perhiasan kemudian menghamburkannya hingga menyebar dan memenuhi setiap sudut dipan.Angga juga refleks melompat mendekati ayahnya. Namun dia hanya terbengong dan matanya membola melihat tum

    Last Updated : 2023-02-02
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Ritual Penyambutan Harta

    "Assalamualaikum,"Kembali terdengar suara ketukan di pintu runah mereka.Mario menatap Indah yang masih bermata sembab, sementara Indah pun sedang menatapnya dengan tatapan penuh tanya."Jangan biarkan mereka masuk dan melihat uang ini, cepat temui mereka dulu, Ndah!" ucap Mario bernada perintah.Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Indah melangkah menuju ke pintu."Wa'alaikummussalam, Pak RT," jawab Indah seraya membuka sedikit pintu rumahnya."Bagaimana keadaan Bu Indah dan Pak Mario? Kami hanya ingin bertanya apa akan diadakan acara tahlil untuk menerangkan jalan Nak Ranti?" tanya Pak Rustam yang saat itu datang bersama beberapa orang warga."Maaf, Pak. Malam ini kami belum siap sama sekali untuk mengadakan acara tahlil. Rencananya besok malam saja sampai malam tujuh harinya, Pak," lirih suara Indah. Dia sungguh tak rela untuk mengucap kalimat itu. Dia sangat ingin mengadakan tahlil malam ini juga. Tapi, dia juga takut para warga akan melihat keanehan yang terjadi di rumah mereka."

    Last Updated : 2023-02-03
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Iblis Kera Penguasa Lembah Monyet

    "Hahaha ... Kkrrrhhhh!"Terdengar suara tawa menggelegar yang memenuhi ruangan kecil itu. Kemudian muncul sesosok makhluk menakutkan di hadapan mereka.Sebelum kemunculannya, didahului dengan kepulan asap putih yang sangat pekat memenuhi ruangan itu dan menguarkan bau yang kurang sedap, seperti bau dedaunan busuk serta amis, seperti bau darah.Lambat laun, asap itu berubah dan berbentuk makhluk besar berwajah kera yang bertanduk. Kedua matanya menyorotkan sinar merah. Tubuhnya yang tinggi besar, tertutup bulu hitam keemasan yang sangat lebat. Dari sudut mulutnya keluar taring besar. Melihat tampilannya saja, dapat terbayangkan betapa tajam taring tersebut.Indah dan Angga gemetar ketakutan melihat kehadiran makhluk itu. Indah hampir tak percaya ada makhluk mengerikan seperti itu yang muncul di rumahnya."Mas ... makhluk apa itu?" tanyanya dengan suara bergetar."Bu, Angga takut," bisik putranya tak kalah gemetar dan langsung meringkuk di samping ibunya sambil memeluk Indah dari sampin

    Last Updated : 2023-02-07
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kedatangan Abah Yai dan Emak

    "Kenapa, Mas?" Dengan tatapan terkejut dan penuh tanya, Indah berbalik dan menatap manik mata suaminya.Mario menatap dengan penuh kebencian ke arah pintu yang masih tertutup. Padahal selama ini, jika Ayah Indah yang Seorang Kyai datang ke rumah mereka, dia selalu menyambutnya dengan hormat, meskipun dia memang tidak begitu menyukai Ayah dan Ibu mertuanya."Jangan pernah katakan apapun pada mereka tentang Aku yang sudah melakukan pesugihan. Aku harap, kamu masih bisa menjaga nama baikku di depan orang tuamu seperti sebelumnya!" ucap Mario datar. Perlahan, tatapan kebenciannya memudar. "Iya, Mas. Aku mengerti," jawab Indah menurut."Aku akan menyimpan semua uang dan perhiasan ke belakang rumah lebih dulu. Jangan sampai mereka curiga. Katakan saja Mas sedang ke kamar kecil!" perintah Mario lagi dengan suara pelan agar tak terdengar ke luar.Indah mengangguk dan menunggu suaminya menghilang di balik pintu dapur kecil rumah mereka."Wa'alaikummussalam, Abah, Emak," ucap Indah seraya mem

    Last Updated : 2023-02-11

Latest chapter

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kedatangan Mbah Suro dan Gunjingan Warga

    "Si ... Siapa itu?" tanya Mario dan Indah dengan suara bergetar dan tubuh gemetar ketakutan.Pasalnya, suara itu terdengar sangat keras dan mengandung kemarahan.Mario bisa mengenalinya sebagai suara Mbah Suro Gendam dari Lembah Monyet."Ada apa, Mbah? Apakah ada hal salah yang saya lakukan sehingga membuat Mbah Suro begitu marah?" tanya Mario tanpa ragu."Tumbal anakmu telah dicuri dan diambil oleh seseorang dan dikembalikan ke bumi. Iblis Pemimpin Kera sangat marah. Dia meminta kamu untuk segera mencarikan pengganti sebelum malam purnama. Jika gagal, maka salah satu anggota keluargamu akan menggantikannya memjadi tumbal. Atau bahkan kamu sendiri!" jawab Mbah Suro Gendam dengan nada dingin dan dalam.Keringat dingin membasahi tengkuk dan tangan Mario. Sementara Indah hanya bisa terpaku di tempatnya duduk sambil tak lepas menatap suaminya yang sedang duduk bersimpuh di lantai.'Seharusnya kamu sujud pada Allah, Mas. Bukan malah bersimpuh di depan Iblis. Ya Allah, berikan kekuatan dan

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Tumbal Pengganti

    Indah tak sanggup memandang wajah Abah Yai dan Emaknya, dia hanya menunduk sambil terisak."Ndah, Emak ingin kamu jujur dan katakan apa yang sudah terjadi sama Ranti, cucu Emak?" tanya Emak lembut sambil menepuk-nepuk bahu Indah yang makin terguncang menahan isakannya."Ayo kita doakan dulu Ranti, Mak. Nggak baik menangis dan bercerita di kuburan. Sebaiknya kita doakan Ranti agar jasadnya segera bisa Abah kembalikan ke dalam sini," kata Abah pelan.Namun, tak urung ucapan itu membuat Indah terkejut bukan main.'Darimana Abah tau, kalau jasad Ranti kemungkinan tidak ada lagi di dalam sini?' Indah bertanya dalam hati.Dia pun menatap Abah dengan takjub hingga tak sadar jika Abahnya pun sedang menatapnya."Sudahlah, kamu tahu siapa Abah, kan!" Ucapan Abah Yai menyadarkan Indah, dia kembali menunduk menatap gundukan tanah yang masih terlihat basah dengan bunga-bunga di atasnya."Bismillahirrahmanirrahim ...," Abah mulai memimpin doa untuk Ranti dengan sangat khusyuk. Terasa hembusan ang

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Ke Makam Ranti

    Semua yang ada di ruangan itu langsung mengikuti arah pandangan Emak, ke sudut ruangan.Ternyata, di sana ada seekor kera yang sedang menatap tajam penuh kebencian ke arah Abah dan Emak."Ya Allah, itu monyet siapa, Ndah?" tanya Emak dengan wajah ketakutan. Sebenarnya bukan takut pada kera itu, tapi lebih kepada tatapan tak bersahabat yang dipancarkannya."Nggak tahu, tuh, Mas Rio bawa dari mana," jawab Indah acuh tak acuh sambil melirik pada suaminya, berharap Mario bisa menjawab pertanyaan itu dengan wajar.Sementara Abah seolah tak peduli dengan keberadaan hewan itu dan hanya menatap sekilas. Padahal dalam hatinya ada perasaan was-was yang berusaha disembunyikannya. Dia bisa merasakan bahwa itu bukan kera biasa."Oh, kemarin saya mencoba mencari kayu bakar dan buah-buahan ke hutan. Nah, di sana saya melihat kera kecil itu dan mencoba mendekatinya. Ternyata dia sangat jinak dan mengikuti saya saat pulang hingga sampai ke rumah ini," jawab Mario lancar. Tidak terlihat kebohongan dala

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kedatangan Abah Yai dan Emak

    "Kenapa, Mas?" Dengan tatapan terkejut dan penuh tanya, Indah berbalik dan menatap manik mata suaminya.Mario menatap dengan penuh kebencian ke arah pintu yang masih tertutup. Padahal selama ini, jika Ayah Indah yang Seorang Kyai datang ke rumah mereka, dia selalu menyambutnya dengan hormat, meskipun dia memang tidak begitu menyukai Ayah dan Ibu mertuanya."Jangan pernah katakan apapun pada mereka tentang Aku yang sudah melakukan pesugihan. Aku harap, kamu masih bisa menjaga nama baikku di depan orang tuamu seperti sebelumnya!" ucap Mario datar. Perlahan, tatapan kebenciannya memudar. "Iya, Mas. Aku mengerti," jawab Indah menurut."Aku akan menyimpan semua uang dan perhiasan ke belakang rumah lebih dulu. Jangan sampai mereka curiga. Katakan saja Mas sedang ke kamar kecil!" perintah Mario lagi dengan suara pelan agar tak terdengar ke luar.Indah mengangguk dan menunggu suaminya menghilang di balik pintu dapur kecil rumah mereka."Wa'alaikummussalam, Abah, Emak," ucap Indah seraya mem

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Iblis Kera Penguasa Lembah Monyet

    "Hahaha ... Kkrrrhhhh!"Terdengar suara tawa menggelegar yang memenuhi ruangan kecil itu. Kemudian muncul sesosok makhluk menakutkan di hadapan mereka.Sebelum kemunculannya, didahului dengan kepulan asap putih yang sangat pekat memenuhi ruangan itu dan menguarkan bau yang kurang sedap, seperti bau dedaunan busuk serta amis, seperti bau darah.Lambat laun, asap itu berubah dan berbentuk makhluk besar berwajah kera yang bertanduk. Kedua matanya menyorotkan sinar merah. Tubuhnya yang tinggi besar, tertutup bulu hitam keemasan yang sangat lebat. Dari sudut mulutnya keluar taring besar. Melihat tampilannya saja, dapat terbayangkan betapa tajam taring tersebut.Indah dan Angga gemetar ketakutan melihat kehadiran makhluk itu. Indah hampir tak percaya ada makhluk mengerikan seperti itu yang muncul di rumahnya."Mas ... makhluk apa itu?" tanyanya dengan suara bergetar."Bu, Angga takut," bisik putranya tak kalah gemetar dan langsung meringkuk di samping ibunya sambil memeluk Indah dari sampin

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Ritual Penyambutan Harta

    "Assalamualaikum,"Kembali terdengar suara ketukan di pintu runah mereka.Mario menatap Indah yang masih bermata sembab, sementara Indah pun sedang menatapnya dengan tatapan penuh tanya."Jangan biarkan mereka masuk dan melihat uang ini, cepat temui mereka dulu, Ndah!" ucap Mario bernada perintah.Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Indah melangkah menuju ke pintu."Wa'alaikummussalam, Pak RT," jawab Indah seraya membuka sedikit pintu rumahnya."Bagaimana keadaan Bu Indah dan Pak Mario? Kami hanya ingin bertanya apa akan diadakan acara tahlil untuk menerangkan jalan Nak Ranti?" tanya Pak Rustam yang saat itu datang bersama beberapa orang warga."Maaf, Pak. Malam ini kami belum siap sama sekali untuk mengadakan acara tahlil. Rencananya besok malam saja sampai malam tujuh harinya, Pak," lirih suara Indah. Dia sungguh tak rela untuk mengucap kalimat itu. Dia sangat ingin mengadakan tahlil malam ini juga. Tapi, dia juga takut para warga akan melihat keanehan yang terjadi di rumah mereka."

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kaya Mendadak

    Dengan mata membelalak, Indah menunjuk ke arah dipan. Matanya menatap antara dipan dan suaminya yang bergegas masuk ke dalam kamar, diikuti oleh Angga yang juga penasaran.Terlihat di tengah dipan bambu itu seekor kera kecil yang tengah melompat-lompat dengan lincah sambil memainkan tumpukan uang kertas dan butiran perhiasan kalung, gelang dan cincin yang semuanya tampak berkilau."Itu ... itu monyet siapa, Mas? Dan apa itu yang dia mainkan?" Dengan tergagap, Indah menggumam tak jelas. Telunjuk kanannya masih menunjuk ke arah kera yang kini sedang menatapnya dengan tajam.Mario langsung melompat melihat begitu banyak uang yang ada di atas dipan. Matanya membelalak lebar sementara di bibirnya tersungging senyum puas."Kita kaya, Ndah! Kita kaya ...!" teriaknya sambil meraup tumpukan uang kertas dan perhiasan kemudian menghamburkannya hingga menyebar dan memenuhi setiap sudut dipan.Angga juga refleks melompat mendekati ayahnya. Namun dia hanya terbengong dan matanya membola melihat tum

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kera Putih itu Membawa Jasad Ranti

    Indah hampir tak percaya dengan pemandangan yang terpampang di depannya. Seekor kera putih besar sedang menggali kuburan Ranti dengan cepat. Kera itu hanya menggunakan kedua tangannya, namun kecepatannya menyaingi sepuluh orang penggali kubur. Indah menutup mulutnya dengan tangan, ingin teriak tapi tak mampu bersuara."Ya, Tuhan! Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Apa yang sedang dilakukan oleh kera putih itu di makam Ranti?" Indah ingin berlari dan menghentikan gerakan Sang Kera Putih, tapi kakinya serasa dipaku dan tak mampu bergerak.Hanya airmata yang tak mampu dibendungnya, menetes bak air tertumpah.Tak lama kemudian, kera itu mengambil jasad Ranti dan memanggulnya di pundak. Secepat kilat, kera itu melompat dan pergi membawa jasad putri tercintanya."Tidakk! Jangan_!" Indah menangis meraung dan menggapi-gapai seolah ingin mengejarnya, namun yang keluar hanya teriakan pelan seperti tercekik."Indah, bangun! Ndah ... Pindah tidur di dipan sana, supaya tidak bermimpi buruk!" Mari

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Anakmu Adalah Tumbal Pertama

    Angga yang sedang tertidur pulas, seketika terbangun mendengar teriakan adiknya."Ranti kenapa, Mak?" tanya Angga dengan gugup dan panik. Apalagi melihat keadaannya yang sangat mengerikan."Nggak tahu, nih. Dari tadi menunjuk ke atas dan bilang ada monyet bawa keris. Angga, tolong panggil Pak RT, Emak takut!" Indah sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dia hanya bisa menangis dan memeluk tubuh Ranti yang sudah tak bernyawa dan bersimbah darah, padahal tak ada luka. Angga segera berlari keluar, tak peduli dengan gelapnya malam. Dia hanya ingin menyelamatkan adiknya."Ada apa, Bu Indah?" tanya Pak Rustam, selaku ketua RT Kampung Duren saat tiba di rumah mereka, setengah jam kemudian."Hiks ... hiks ... Anak saya, Pak. Tolong anak saya, Pak!" Indah hanya bisa meraung sambil terus memeluk erat tubuh Ranti yang sudah meninggal."Iya, Bu Indah. Tenang dulu, jelaskan apa yang terjadi dengan anak Ibu?" tanya Pak Rustam dengan lembut sambil menatap tubuh Ranti dalam pelukan Indah."Ini, Pak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status