Home / Horor / PESUGIHAN LEMBAH MONYET / Anakmu Adalah Tumbal Pertama

Share

Anakmu Adalah Tumbal Pertama

Author: Sastra Inema
last update Last Updated: 2022-11-12 12:15:18

Angga yang sedang tertidur pulas, seketika terbangun mendengar teriakan adiknya.

"Ranti kenapa, Mak?" tanya Angga dengan gugup dan panik. Apalagi melihat keadaannya yang sangat mengerikan.

"Nggak tahu, nih. Dari tadi menunjuk ke atas dan bilang ada monyet bawa keris. Angga, tolong panggil Pak RT, Emak takut!" Indah sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dia hanya bisa menangis dan memeluk tubuh Ranti yang sudah tak bernyawa dan bersimbah darah, padahal tak ada luka. Angga segera berlari keluar, tak peduli dengan gelapnya malam. Dia hanya ingin menyelamatkan adiknya.

"Ada apa, Bu Indah?" tanya Pak Rustam, selaku ketua RT Kampung Duren saat tiba di rumah mereka, setengah jam kemudian.

"Hiks ... hiks ... Anak saya, Pak. Tolong anak saya, Pak!" Indah hanya bisa meraung sambil terus memeluk erat tubuh Ranti yang sudah meninggal.

"Iya, Bu Indah. Tenang dulu, jelaskan apa yang terjadi dengan anak Ibu?" tanya Pak Rustam dengan lembut sambil menatap tubuh Ranti dalam pelukan Indah.

"Ini, Pak. Dada anak saya terus mengeluarkan darah, padahal tak ada yang luka," ucap Indah bermaksud menunjukkan keanehan yang terjadi.

Ajaib! Pada saat itu, darah yang tadi mengalir deras hingga membasahi pakaiannya dan juga Indah, seketika lenyap begitu saja, seolah tak pernah ada. Indah dan Angga yang benar-benar menyaksikan semuanya menjadi terkejut dan terdiam.

"Mak, kok, ilang darahnya. Angga juga lihat tadi?" Angga bengong sambil menunjuk pada adiknya.

"Rantiiii ... sebenarnya kamu kenapa, Nak? Bangun, Sayang!" Indah masih tak percaya dan terus mengguncang tubuh kecil itu.

"Sabar, Bu Indah! Biar saya periksa keadaan anak Ibu," ucap Pak Rustam seraya menarik tangan Ranti dan memeriksa denyut nadinya.

"Mohon maaf, Bu Indah. Sepertinya putri Ibu sudah meninggal. Biarkan dia meninggal dengan tenang, Bu. Letakkan dia di dipan!" ucap Pak Rustam lembut, dia merasa prihatin dengan kondisi Indah saat itu.

"Pak Mario ada di mana, Bu?" tanya Pak Rustam yang menyadari ketidak hadiran Mario.

"Tidak tahu, Pak. Sejak pagi dia keluar, katanya mau cari uang buat ke dokter. Tapi sampai sekarang belum pulang. Saya juga khawatir memikirkan keberadaannya sekarang," jawab Indah sambil menyusut hidungnya. Pak RT hanya bisa mengangguk, merenung sesaat.

"Angga, kamu pukul kentongan di pos ronda untuk mengumpulkan warga, kalau takut, ketuk saja rumah Pak Karto di depan. Bilang, saya yang perintah!" Pak Rustam mengantar Angga ke pintu dan mengawasinya mengetuk pintu rumah Pak Karto yang berada tepat di depan rumah Mario.

Setelah Pak Karto keluar, Pak Rustam langsung melambaikan tangan ke arahnya.

Melihat kehadiran Pak RT, Pak Karto segera datang menghampiri.

"Ada apa, Pak RT?" tanya Pak Karto yang bertubuh agak gemuk itu. Dia hanya mengenakan kaos oblong dan sarung.

"Putri Pak Mario meninggal. Segera kumpulkan warga yang lain dan kumpulkan bantuan! Saya akan mengurus pemakamannya besok!" Pak Rustam memberi arahan.

"Inna Lillahi wa Inna ilaihi Raji'un ... Baik, Pak! Saya ganti pakaian dulu," jawab Pak Karto cepat dan berlalu kembali ke rumahnya untuk berganti pakaian.

Hingga pukul empat pagi saat azan subuh berkumandang, Indah masih terisak-isak di samping jasad Ranti yang telah diletakkan di dipan. Matanya bengkak karena terlalu lama menangis. Pikirannya kacau, apalagi sampai saat ini, suaminya belum juga pulang.

"Sebenarnya kamu ke mana, Mas? Anakmu meninggal kamu sampai tidak tahu," gumam Indah dalam isakannya yang memilukan.

Sementara Angga, putra sulungnya yang saat itu sudah duduk di bangku kelas dua SMP tampak duduk bersila sambil membaca beberapa surat dari Al-Qur'an.

Kedua Ibu dan anak itu sungguh tak tahu apa yang sudah dilakukan oleh Mario saat ini, bersekutu dengan Iblis untuk mendapatkan kekayaan..

Menjelang matahari mulai menampakkan sinar jingga di ufuk timur, jenazah Ranti sudah selesai dimandikan dan disholatkan.

Kini, jasad itu sudah terbungkus kafan putih.

Mario yang baru tiba di depan gerbang rumahnya, tertegun melihat sudah banyak tetangga yang berkumpul. Di bahunya, bergelayut manja seekor kera berukuran kecil. Nampak sangat jinak.

Pak Rustam langsung menyambutnya dan menepuk pundak Mario yang terlihat sangat gugup dan terkejut.

"Ada apa di rumah saya, Pak RT? Kok, banyak sekali orang?" tanya Mario dengan cemas. Dia melangkah cepat tanpa menoleh kiri-kanan seolah tak peduli pada orang yang berkumpul di sana.

"Yang sabar ya, Pak! Sebenarnya Pak Mario dari mana?" tanya Pak Rustam penasaran juga melihat suami Indah yang baru pulang dengan pakaian dan tubuh yang lusuh itu. Matanya menatap aneh pada kera di bahu Mario.

"Saya ... saya cari uang, Pak. Anak saya sakit," jawab Mario tertunduk lesu.

"Mas Riooo_!" teriak Indah seketika saat melihat suaminya yang baru datang dirangkul Pak Rustam. Indah dan Angga langsung memeluk Mario.

"Ndah, ada apa sebenarnya?" Mario menyambut pelukan kedua orang tercintanya sambil matanya berputar mencari sang putri.

"Ranti mana, Ndah?" tanya Mario.

"Ranti, Mas ... Rantiii!" Indah tak sanggup menuntaskan kalimatnya. Air mat terus menderas di di pipi tirusnya. Dia hanya mampu menunjuk pada tubuh putri kesayangannya dengan tatapan pedih.

"Rantiii ... anak Bapak, kenapa kamu, Nak?" Mario melesat ke samping tubuh putrinya. Lelaki muda itu langsung memeluk tubuh kecil itu. Dia pun terisak tanpa suara. Airmata menetes tanpa terbendung. Dia tak peduli dengan statusnya sebagai laki-laki. Hatinya terlalu hancur menyaksikan putri kesayangannya telah pergi tanpa kehadirannya.

"Ranti, maafkan Bapak, Sayang ... Bapak tidak bisa menjagamu. Bapak bersalah padamu," Mario masih terisak.

"Sudahlah, Mas! Ranti sudah tenang, dia sudah tak lagi merasakan sakit. Dia ...," Indah tak mampu menyelesaikan kalimatnya. Batinnya terlalu sakit.

Kembali mereka saling berpelukan melepas kepergian Sang Putri.

Angga terduduk lemas di samping jasad Ranti.

Jam sepuluh pagi, jenazah Ranti dimakamkan di pemakaman umum Kampung Duren. Rintik gerimis mengiringi pemakaman bocah malang itu. Yang membuat warga kampung merasa aneh, ada seekor kera yang selalu mengikuti jalannya pemakaman tersebut. Tatapan mata bulat kera itu tak pernah lepas dari jenazah Ranti yang hendak dimakamkan.

Usai pemakaman putriny, Indah tak sanggup melakukan apapun, bahkan untuk makan saja dia tidak bisa. Dia duduk diam di kursi bambu yang hanya satu-satunya di gubug mereka.

Mungkin karena kelelahan sejak kemarin pagi belum memejamkan mata sekejap pun, akhirnya dia tertidur dalam posisi duduk.

Namun, tidurnya terusik saat mendengar jeritan Ranti yang memilukan.

"Makkk! Tolong aku ... Ranti tak mau dibawa. Ranti mau sama Emak saja!" Indah pun mencari asal suara itu.

"Ranti, Sayang. Ada apa, Nak? Emak di sini ... Emak akan temenin kamu, Sayang!" jawab Indah mulai terisak.

"Mak, Ranti mau dibawa pergi, tolong Ranti, Mak!" Terdengar lagi jeritan Ranti dari arah makamnya. Indah seketika berlari mengejar dan melihat pemandangan yang mendirikan bulu roma.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Iwan Hnx
bagus ...nice
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kera Putih itu Membawa Jasad Ranti

    Indah hampir tak percaya dengan pemandangan yang terpampang di depannya. Seekor kera putih besar sedang menggali kuburan Ranti dengan cepat. Kera itu hanya menggunakan kedua tangannya, namun kecepatannya menyaingi sepuluh orang penggali kubur. Indah menutup mulutnya dengan tangan, ingin teriak tapi tak mampu bersuara."Ya, Tuhan! Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Apa yang sedang dilakukan oleh kera putih itu di makam Ranti?" Indah ingin berlari dan menghentikan gerakan Sang Kera Putih, tapi kakinya serasa dipaku dan tak mampu bergerak.Hanya airmata yang tak mampu dibendungnya, menetes bak air tertumpah.Tak lama kemudian, kera itu mengambil jasad Ranti dan memanggulnya di pundak. Secepat kilat, kera itu melompat dan pergi membawa jasad putri tercintanya."Tidakk! Jangan_!" Indah menangis meraung dan menggapi-gapai seolah ingin mengejarnya, namun yang keluar hanya teriakan pelan seperti tercekik."Indah, bangun! Ndah ... Pindah tidur di dipan sana, supaya tidak bermimpi buruk!" Mari

    Last Updated : 2023-02-01
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kaya Mendadak

    Dengan mata membelalak, Indah menunjuk ke arah dipan. Matanya menatap antara dipan dan suaminya yang bergegas masuk ke dalam kamar, diikuti oleh Angga yang juga penasaran.Terlihat di tengah dipan bambu itu seekor kera kecil yang tengah melompat-lompat dengan lincah sambil memainkan tumpukan uang kertas dan butiran perhiasan kalung, gelang dan cincin yang semuanya tampak berkilau."Itu ... itu monyet siapa, Mas? Dan apa itu yang dia mainkan?" Dengan tergagap, Indah menggumam tak jelas. Telunjuk kanannya masih menunjuk ke arah kera yang kini sedang menatapnya dengan tajam.Mario langsung melompat melihat begitu banyak uang yang ada di atas dipan. Matanya membelalak lebar sementara di bibirnya tersungging senyum puas."Kita kaya, Ndah! Kita kaya ...!" teriaknya sambil meraup tumpukan uang kertas dan perhiasan kemudian menghamburkannya hingga menyebar dan memenuhi setiap sudut dipan.Angga juga refleks melompat mendekati ayahnya. Namun dia hanya terbengong dan matanya membola melihat tum

    Last Updated : 2023-02-02
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Ritual Penyambutan Harta

    "Assalamualaikum,"Kembali terdengar suara ketukan di pintu runah mereka.Mario menatap Indah yang masih bermata sembab, sementara Indah pun sedang menatapnya dengan tatapan penuh tanya."Jangan biarkan mereka masuk dan melihat uang ini, cepat temui mereka dulu, Ndah!" ucap Mario bernada perintah.Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Indah melangkah menuju ke pintu."Wa'alaikummussalam, Pak RT," jawab Indah seraya membuka sedikit pintu rumahnya."Bagaimana keadaan Bu Indah dan Pak Mario? Kami hanya ingin bertanya apa akan diadakan acara tahlil untuk menerangkan jalan Nak Ranti?" tanya Pak Rustam yang saat itu datang bersama beberapa orang warga."Maaf, Pak. Malam ini kami belum siap sama sekali untuk mengadakan acara tahlil. Rencananya besok malam saja sampai malam tujuh harinya, Pak," lirih suara Indah. Dia sungguh tak rela untuk mengucap kalimat itu. Dia sangat ingin mengadakan tahlil malam ini juga. Tapi, dia juga takut para warga akan melihat keanehan yang terjadi di rumah mereka."

    Last Updated : 2023-02-03
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Iblis Kera Penguasa Lembah Monyet

    "Hahaha ... Kkrrrhhhh!"Terdengar suara tawa menggelegar yang memenuhi ruangan kecil itu. Kemudian muncul sesosok makhluk menakutkan di hadapan mereka.Sebelum kemunculannya, didahului dengan kepulan asap putih yang sangat pekat memenuhi ruangan itu dan menguarkan bau yang kurang sedap, seperti bau dedaunan busuk serta amis, seperti bau darah.Lambat laun, asap itu berubah dan berbentuk makhluk besar berwajah kera yang bertanduk. Kedua matanya menyorotkan sinar merah. Tubuhnya yang tinggi besar, tertutup bulu hitam keemasan yang sangat lebat. Dari sudut mulutnya keluar taring besar. Melihat tampilannya saja, dapat terbayangkan betapa tajam taring tersebut.Indah dan Angga gemetar ketakutan melihat kehadiran makhluk itu. Indah hampir tak percaya ada makhluk mengerikan seperti itu yang muncul di rumahnya."Mas ... makhluk apa itu?" tanyanya dengan suara bergetar."Bu, Angga takut," bisik putranya tak kalah gemetar dan langsung meringkuk di samping ibunya sambil memeluk Indah dari sampin

    Last Updated : 2023-02-07
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kedatangan Abah Yai dan Emak

    "Kenapa, Mas?" Dengan tatapan terkejut dan penuh tanya, Indah berbalik dan menatap manik mata suaminya.Mario menatap dengan penuh kebencian ke arah pintu yang masih tertutup. Padahal selama ini, jika Ayah Indah yang Seorang Kyai datang ke rumah mereka, dia selalu menyambutnya dengan hormat, meskipun dia memang tidak begitu menyukai Ayah dan Ibu mertuanya."Jangan pernah katakan apapun pada mereka tentang Aku yang sudah melakukan pesugihan. Aku harap, kamu masih bisa menjaga nama baikku di depan orang tuamu seperti sebelumnya!" ucap Mario datar. Perlahan, tatapan kebenciannya memudar. "Iya, Mas. Aku mengerti," jawab Indah menurut."Aku akan menyimpan semua uang dan perhiasan ke belakang rumah lebih dulu. Jangan sampai mereka curiga. Katakan saja Mas sedang ke kamar kecil!" perintah Mario lagi dengan suara pelan agar tak terdengar ke luar.Indah mengangguk dan menunggu suaminya menghilang di balik pintu dapur kecil rumah mereka."Wa'alaikummussalam, Abah, Emak," ucap Indah seraya mem

    Last Updated : 2023-02-11
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Ke Makam Ranti

    Semua yang ada di ruangan itu langsung mengikuti arah pandangan Emak, ke sudut ruangan.Ternyata, di sana ada seekor kera yang sedang menatap tajam penuh kebencian ke arah Abah dan Emak."Ya Allah, itu monyet siapa, Ndah?" tanya Emak dengan wajah ketakutan. Sebenarnya bukan takut pada kera itu, tapi lebih kepada tatapan tak bersahabat yang dipancarkannya."Nggak tahu, tuh, Mas Rio bawa dari mana," jawab Indah acuh tak acuh sambil melirik pada suaminya, berharap Mario bisa menjawab pertanyaan itu dengan wajar.Sementara Abah seolah tak peduli dengan keberadaan hewan itu dan hanya menatap sekilas. Padahal dalam hatinya ada perasaan was-was yang berusaha disembunyikannya. Dia bisa merasakan bahwa itu bukan kera biasa."Oh, kemarin saya mencoba mencari kayu bakar dan buah-buahan ke hutan. Nah, di sana saya melihat kera kecil itu dan mencoba mendekatinya. Ternyata dia sangat jinak dan mengikuti saya saat pulang hingga sampai ke rumah ini," jawab Mario lancar. Tidak terlihat kebohongan dala

    Last Updated : 2023-02-14
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Tumbal Pengganti

    Indah tak sanggup memandang wajah Abah Yai dan Emaknya, dia hanya menunduk sambil terisak."Ndah, Emak ingin kamu jujur dan katakan apa yang sudah terjadi sama Ranti, cucu Emak?" tanya Emak lembut sambil menepuk-nepuk bahu Indah yang makin terguncang menahan isakannya."Ayo kita doakan dulu Ranti, Mak. Nggak baik menangis dan bercerita di kuburan. Sebaiknya kita doakan Ranti agar jasadnya segera bisa Abah kembalikan ke dalam sini," kata Abah pelan.Namun, tak urung ucapan itu membuat Indah terkejut bukan main.'Darimana Abah tau, kalau jasad Ranti kemungkinan tidak ada lagi di dalam sini?' Indah bertanya dalam hati.Dia pun menatap Abah dengan takjub hingga tak sadar jika Abahnya pun sedang menatapnya."Sudahlah, kamu tahu siapa Abah, kan!" Ucapan Abah Yai menyadarkan Indah, dia kembali menunduk menatap gundukan tanah yang masih terlihat basah dengan bunga-bunga di atasnya."Bismillahirrahmanirrahim ...," Abah mulai memimpin doa untuk Ranti dengan sangat khusyuk. Terasa hembusan ang

    Last Updated : 2023-02-18
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kedatangan Mbah Suro dan Gunjingan Warga

    "Si ... Siapa itu?" tanya Mario dan Indah dengan suara bergetar dan tubuh gemetar ketakutan.Pasalnya, suara itu terdengar sangat keras dan mengandung kemarahan.Mario bisa mengenalinya sebagai suara Mbah Suro Gendam dari Lembah Monyet."Ada apa, Mbah? Apakah ada hal salah yang saya lakukan sehingga membuat Mbah Suro begitu marah?" tanya Mario tanpa ragu."Tumbal anakmu telah dicuri dan diambil oleh seseorang dan dikembalikan ke bumi. Iblis Pemimpin Kera sangat marah. Dia meminta kamu untuk segera mencarikan pengganti sebelum malam purnama. Jika gagal, maka salah satu anggota keluargamu akan menggantikannya memjadi tumbal. Atau bahkan kamu sendiri!" jawab Mbah Suro Gendam dengan nada dingin dan dalam.Keringat dingin membasahi tengkuk dan tangan Mario. Sementara Indah hanya bisa terpaku di tempatnya duduk sambil tak lepas menatap suaminya yang sedang duduk bersimpuh di lantai.'Seharusnya kamu sujud pada Allah, Mas. Bukan malah bersimpuh di depan Iblis. Ya Allah, berikan kekuatan dan

    Last Updated : 2023-02-22

Latest chapter

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kedatangan Mbah Suro dan Gunjingan Warga

    "Si ... Siapa itu?" tanya Mario dan Indah dengan suara bergetar dan tubuh gemetar ketakutan.Pasalnya, suara itu terdengar sangat keras dan mengandung kemarahan.Mario bisa mengenalinya sebagai suara Mbah Suro Gendam dari Lembah Monyet."Ada apa, Mbah? Apakah ada hal salah yang saya lakukan sehingga membuat Mbah Suro begitu marah?" tanya Mario tanpa ragu."Tumbal anakmu telah dicuri dan diambil oleh seseorang dan dikembalikan ke bumi. Iblis Pemimpin Kera sangat marah. Dia meminta kamu untuk segera mencarikan pengganti sebelum malam purnama. Jika gagal, maka salah satu anggota keluargamu akan menggantikannya memjadi tumbal. Atau bahkan kamu sendiri!" jawab Mbah Suro Gendam dengan nada dingin dan dalam.Keringat dingin membasahi tengkuk dan tangan Mario. Sementara Indah hanya bisa terpaku di tempatnya duduk sambil tak lepas menatap suaminya yang sedang duduk bersimpuh di lantai.'Seharusnya kamu sujud pada Allah, Mas. Bukan malah bersimpuh di depan Iblis. Ya Allah, berikan kekuatan dan

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Tumbal Pengganti

    Indah tak sanggup memandang wajah Abah Yai dan Emaknya, dia hanya menunduk sambil terisak."Ndah, Emak ingin kamu jujur dan katakan apa yang sudah terjadi sama Ranti, cucu Emak?" tanya Emak lembut sambil menepuk-nepuk bahu Indah yang makin terguncang menahan isakannya."Ayo kita doakan dulu Ranti, Mak. Nggak baik menangis dan bercerita di kuburan. Sebaiknya kita doakan Ranti agar jasadnya segera bisa Abah kembalikan ke dalam sini," kata Abah pelan.Namun, tak urung ucapan itu membuat Indah terkejut bukan main.'Darimana Abah tau, kalau jasad Ranti kemungkinan tidak ada lagi di dalam sini?' Indah bertanya dalam hati.Dia pun menatap Abah dengan takjub hingga tak sadar jika Abahnya pun sedang menatapnya."Sudahlah, kamu tahu siapa Abah, kan!" Ucapan Abah Yai menyadarkan Indah, dia kembali menunduk menatap gundukan tanah yang masih terlihat basah dengan bunga-bunga di atasnya."Bismillahirrahmanirrahim ...," Abah mulai memimpin doa untuk Ranti dengan sangat khusyuk. Terasa hembusan ang

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Ke Makam Ranti

    Semua yang ada di ruangan itu langsung mengikuti arah pandangan Emak, ke sudut ruangan.Ternyata, di sana ada seekor kera yang sedang menatap tajam penuh kebencian ke arah Abah dan Emak."Ya Allah, itu monyet siapa, Ndah?" tanya Emak dengan wajah ketakutan. Sebenarnya bukan takut pada kera itu, tapi lebih kepada tatapan tak bersahabat yang dipancarkannya."Nggak tahu, tuh, Mas Rio bawa dari mana," jawab Indah acuh tak acuh sambil melirik pada suaminya, berharap Mario bisa menjawab pertanyaan itu dengan wajar.Sementara Abah seolah tak peduli dengan keberadaan hewan itu dan hanya menatap sekilas. Padahal dalam hatinya ada perasaan was-was yang berusaha disembunyikannya. Dia bisa merasakan bahwa itu bukan kera biasa."Oh, kemarin saya mencoba mencari kayu bakar dan buah-buahan ke hutan. Nah, di sana saya melihat kera kecil itu dan mencoba mendekatinya. Ternyata dia sangat jinak dan mengikuti saya saat pulang hingga sampai ke rumah ini," jawab Mario lancar. Tidak terlihat kebohongan dala

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kedatangan Abah Yai dan Emak

    "Kenapa, Mas?" Dengan tatapan terkejut dan penuh tanya, Indah berbalik dan menatap manik mata suaminya.Mario menatap dengan penuh kebencian ke arah pintu yang masih tertutup. Padahal selama ini, jika Ayah Indah yang Seorang Kyai datang ke rumah mereka, dia selalu menyambutnya dengan hormat, meskipun dia memang tidak begitu menyukai Ayah dan Ibu mertuanya."Jangan pernah katakan apapun pada mereka tentang Aku yang sudah melakukan pesugihan. Aku harap, kamu masih bisa menjaga nama baikku di depan orang tuamu seperti sebelumnya!" ucap Mario datar. Perlahan, tatapan kebenciannya memudar. "Iya, Mas. Aku mengerti," jawab Indah menurut."Aku akan menyimpan semua uang dan perhiasan ke belakang rumah lebih dulu. Jangan sampai mereka curiga. Katakan saja Mas sedang ke kamar kecil!" perintah Mario lagi dengan suara pelan agar tak terdengar ke luar.Indah mengangguk dan menunggu suaminya menghilang di balik pintu dapur kecil rumah mereka."Wa'alaikummussalam, Abah, Emak," ucap Indah seraya mem

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Iblis Kera Penguasa Lembah Monyet

    "Hahaha ... Kkrrrhhhh!"Terdengar suara tawa menggelegar yang memenuhi ruangan kecil itu. Kemudian muncul sesosok makhluk menakutkan di hadapan mereka.Sebelum kemunculannya, didahului dengan kepulan asap putih yang sangat pekat memenuhi ruangan itu dan menguarkan bau yang kurang sedap, seperti bau dedaunan busuk serta amis, seperti bau darah.Lambat laun, asap itu berubah dan berbentuk makhluk besar berwajah kera yang bertanduk. Kedua matanya menyorotkan sinar merah. Tubuhnya yang tinggi besar, tertutup bulu hitam keemasan yang sangat lebat. Dari sudut mulutnya keluar taring besar. Melihat tampilannya saja, dapat terbayangkan betapa tajam taring tersebut.Indah dan Angga gemetar ketakutan melihat kehadiran makhluk itu. Indah hampir tak percaya ada makhluk mengerikan seperti itu yang muncul di rumahnya."Mas ... makhluk apa itu?" tanyanya dengan suara bergetar."Bu, Angga takut," bisik putranya tak kalah gemetar dan langsung meringkuk di samping ibunya sambil memeluk Indah dari sampin

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Ritual Penyambutan Harta

    "Assalamualaikum,"Kembali terdengar suara ketukan di pintu runah mereka.Mario menatap Indah yang masih bermata sembab, sementara Indah pun sedang menatapnya dengan tatapan penuh tanya."Jangan biarkan mereka masuk dan melihat uang ini, cepat temui mereka dulu, Ndah!" ucap Mario bernada perintah.Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Indah melangkah menuju ke pintu."Wa'alaikummussalam, Pak RT," jawab Indah seraya membuka sedikit pintu rumahnya."Bagaimana keadaan Bu Indah dan Pak Mario? Kami hanya ingin bertanya apa akan diadakan acara tahlil untuk menerangkan jalan Nak Ranti?" tanya Pak Rustam yang saat itu datang bersama beberapa orang warga."Maaf, Pak. Malam ini kami belum siap sama sekali untuk mengadakan acara tahlil. Rencananya besok malam saja sampai malam tujuh harinya, Pak," lirih suara Indah. Dia sungguh tak rela untuk mengucap kalimat itu. Dia sangat ingin mengadakan tahlil malam ini juga. Tapi, dia juga takut para warga akan melihat keanehan yang terjadi di rumah mereka."

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kaya Mendadak

    Dengan mata membelalak, Indah menunjuk ke arah dipan. Matanya menatap antara dipan dan suaminya yang bergegas masuk ke dalam kamar, diikuti oleh Angga yang juga penasaran.Terlihat di tengah dipan bambu itu seekor kera kecil yang tengah melompat-lompat dengan lincah sambil memainkan tumpukan uang kertas dan butiran perhiasan kalung, gelang dan cincin yang semuanya tampak berkilau."Itu ... itu monyet siapa, Mas? Dan apa itu yang dia mainkan?" Dengan tergagap, Indah menggumam tak jelas. Telunjuk kanannya masih menunjuk ke arah kera yang kini sedang menatapnya dengan tajam.Mario langsung melompat melihat begitu banyak uang yang ada di atas dipan. Matanya membelalak lebar sementara di bibirnya tersungging senyum puas."Kita kaya, Ndah! Kita kaya ...!" teriaknya sambil meraup tumpukan uang kertas dan perhiasan kemudian menghamburkannya hingga menyebar dan memenuhi setiap sudut dipan.Angga juga refleks melompat mendekati ayahnya. Namun dia hanya terbengong dan matanya membola melihat tum

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kera Putih itu Membawa Jasad Ranti

    Indah hampir tak percaya dengan pemandangan yang terpampang di depannya. Seekor kera putih besar sedang menggali kuburan Ranti dengan cepat. Kera itu hanya menggunakan kedua tangannya, namun kecepatannya menyaingi sepuluh orang penggali kubur. Indah menutup mulutnya dengan tangan, ingin teriak tapi tak mampu bersuara."Ya, Tuhan! Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Apa yang sedang dilakukan oleh kera putih itu di makam Ranti?" Indah ingin berlari dan menghentikan gerakan Sang Kera Putih, tapi kakinya serasa dipaku dan tak mampu bergerak.Hanya airmata yang tak mampu dibendungnya, menetes bak air tertumpah.Tak lama kemudian, kera itu mengambil jasad Ranti dan memanggulnya di pundak. Secepat kilat, kera itu melompat dan pergi membawa jasad putri tercintanya."Tidakk! Jangan_!" Indah menangis meraung dan menggapi-gapai seolah ingin mengejarnya, namun yang keluar hanya teriakan pelan seperti tercekik."Indah, bangun! Ndah ... Pindah tidur di dipan sana, supaya tidak bermimpi buruk!" Mari

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Anakmu Adalah Tumbal Pertama

    Angga yang sedang tertidur pulas, seketika terbangun mendengar teriakan adiknya."Ranti kenapa, Mak?" tanya Angga dengan gugup dan panik. Apalagi melihat keadaannya yang sangat mengerikan."Nggak tahu, nih. Dari tadi menunjuk ke atas dan bilang ada monyet bawa keris. Angga, tolong panggil Pak RT, Emak takut!" Indah sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dia hanya bisa menangis dan memeluk tubuh Ranti yang sudah tak bernyawa dan bersimbah darah, padahal tak ada luka. Angga segera berlari keluar, tak peduli dengan gelapnya malam. Dia hanya ingin menyelamatkan adiknya."Ada apa, Bu Indah?" tanya Pak Rustam, selaku ketua RT Kampung Duren saat tiba di rumah mereka, setengah jam kemudian."Hiks ... hiks ... Anak saya, Pak. Tolong anak saya, Pak!" Indah hanya bisa meraung sambil terus memeluk erat tubuh Ranti yang sudah meninggal."Iya, Bu Indah. Tenang dulu, jelaskan apa yang terjadi dengan anak Ibu?" tanya Pak Rustam dengan lembut sambil menatap tubuh Ranti dalam pelukan Indah."Ini, Pak

DMCA.com Protection Status