Home / Horor / PESUGIHAN LEMBAH MONYET / Sanggupkah Membayar Harga Tumbal

Share

Sanggupkah Membayar Harga Tumbal

Author: Sastra Inema
last update Last Updated: 2022-11-12 12:10:35

Para kera yang awalnya garang dan sudah bersiap melumatkan kedua orang yang berdiri di tengah-tengah mereka seketika diam tak bergerak.

Tanpa sadar kedua tangan Mario dan Andi saling bertaut dengan erat, seperti layaknya sepasang kekasih yang jatuh cinta.

"Anak-anak muda, jika kalian datang untuk mengacaukan negaraku, pergilah segera sebelum tentaraku menghancurkan kalian!"

Seorang kakek dengan tongkat berkepala kera hitam tampak berjalan tertatih, keluar dari kerumunan kera yang ada di lapangan luas tersebut.

Di sisi kanan kiri dan belakangnya dikawal beberapa ekor kera putih yang tampak gagah dan matanya merah. Mereka menatap sangar ke arah Mario dan Andi, bersiap melakukan serangan jika diperintah oleh Sang Kakek yang berjubah hitam dan juga memakai belangkon warna hitam.

"Maafkan kedatangan kami yang mengganggu ketenangan di sini, Kek. Kami datang untuk mengabdi dan mengikat perjanjian dengan Raja kegelapan," jawab Andi pelan dan bergetar.

"Hahaha! Manusia-manusia bodoh!" kekeh Sang kakek bertongkat kepala kera itu sambil mengusap janggut panjangnya yang sebagian sudah mulai memutih.

"Iya, Kek. Kami sudah tidak tahan hidup dalam kemiskinan," Kali ini Mario memberanikan diri untuk memjawab.

"Su'usakti, bawa mereka ke istanaku!"

Entah siapa yang diperintah oleh kakek tua itu. Dia langsung berbalik dengan cepat menuju rumahnya. Yang aneh bagi Mario dan Andi adalah saat kakek itu melangkah, terlihat seperti berjalan tertatih dan perlahan. Namun, di kejapan mata berikutnya Sang Kakek sudah berada di depan pintu rumah bambu.

"Kemana kakek tadi?" tanya Mario bingung.

"Pondok itu," jawab Andi acuh tak acuh.

Saat kedua orang itu masih terkesima menatap kepergian kakek tadi, tiba-tiba seekor kera hitam yang paling besar di antara yang hadir menyambar tangan mereka dan melemparkan keduanya tepat di depan pintu masuk. Betapa terkejut dan takutnya mereka hingga langsung terhuyung saat mendarat. Tak pernah terbayangkan bahwa mereka akan dilemparkan dengan begitu ringannya oleh seekor kera.

"Masuk!"

Terdengar perintah keras dari dalam. Mario dan Andi pun segera melesat masuk ke dalam rumah yang terlihat besar namun suram itu.

"Duduk!" perintah kakek itu lagi. Dia menunjuk pada tikar pandan lusuh yang ada di ruangan itu. Di tengah-tengah tikar sudah ada satu set sesaji dan pedupaan lengkap di atas nampan bambu dengan kembang tujuh rupa, kemenyan, segulung perlengkapan 'nyirih'*, dan semangkuk air yang terlihat putih keruh.

Sang Kakek duduk bersila di depan pedupaan itu. Wajahnya terlihat serius menatap nampan bambu, sementara bibirnya komat-kamit seperti membaca mantra.

Selain bau kemenyan yang menyengat, masih tercium bau anyir darah dan busuk yang kuat dari dalam rumah tersebut.

Mario dan Andi segera bersila di hadapan kakek berjubah hitam itu.

"Panggil aku Mbah Suro Gendam!" Kakek itu memperkenalkan dirinya.

"Iya, Mbah Suro," sahut Mario dan Andi hampir bersamaan.

"Siapa di antara kalian yang ingin mengikat perjanjian dengan raja kegelapan?" tanya kakek itu dengan suara serak, namun terdengar menyeramkan.

"Sa ... Saya, Kek," jawab Mario pelan.

"Bagus! Apa kamu tahu, harga yang harus kamu bayar untuk mendapatkan keinginan kamu itu?" tanya Mbah Suro gendam, menatap tajam ke arah Mario.

"Mohon maaf, Mbah. Saya belum tahu," jawab Mario ragu, takut memancing kemarahan Sang Kakek.

"Aku hanya menjadi perantara antara kamu dengan Iblis penguasa kegelapan di Lembah Monyet ini," ujar Mbah Suro.

"Untuk bisa mencapai keinginanmu, ada syarat yang harus kamu penuhi!" tambahnya, sementara tangannya sibuk menambahkan butiran kemenyan dalam api dupa.

"Saya bersedia menerima syarat itu, Mbah," ucap Mario seraya menangkupkan telapak tangannya di depan keningnya.

"Kamu juga harus tahu, setelah perjanjian ini diucapkan, tak ada jalan bagimu untuk kembali. Setiap tiga purnama kamu harus membawakan tumbal untuk Raja kera. Kalau tidak maka nyawamu yang akan menjadi penggantinya. Paham!" Mbah Suro menjelaskan.

Sejenak Mario merasakann sesak saat membayangkan jika dirinya yang harus menjadi tumbal.

Namun, akhirnya dengan yakin dia menjawab,"Saya siap, Mbah!"

"Di ujung napasmu kelak, kamu tidak akan pernah kembali pada Tuhanmu. Aku akan membawa jiwamu untuk mengabdi dan menjadi budakku di lembah ini!" Mbah Suro kembali melanjutkan ucapannya yang membuat bulu kuduk merinding.

Mario tampak sedikit ragu.

Tiba-tiba, Mbah Suro bangkit dari duduknya.

"Ikut aku!" perintahnya sambil melangkah ke bagian belakang pondok tersebut. Mario dan Andi saling berpandangan sejenak, baru kemudian bangun menyusul Mbah Suro Gendam.

Saat Sang Kakek membuka pintu belakang rumah bambunya, terlihat pemandangan yang sangat miris. Membuat nyali siapa saja yang melihatnya menjadi ciut dan ketakutan.

Di bawah cahaya bulan, tampak ribuan orang yang berkepala kera sedang bekerja keras mengangangkat batu-batu dan menjadikannya sebuah bangunan. Yang makin membuat bulu kuduk berdiri, orang-orang itu bukan saja terdiri dari orang dewasa. Banyak di antara mereka adalah anak kecil dan juga wanita. Ratusan kera putih berada di antara mereka sambil memegang cambuk yang mengeluarkan api.

Jika ada di antara mereka yang salah atau lalai dalam melakukan pekerjaan, maka kera putih yang ada di dekatnya akan langsung melayangkan cambukan ke tubuh orang itu hingga menjerit kesakitan dan terkapar. Namun harus langsung bangkit kembali. Yang aneh, jeritan mereka adalah suara kera, bukan manusia pada umumnya.

"Kalian tahu, siapa mereka?" tanya Mbah Suro menunjuk pada ribuan orang tersebut.

"Tidak, Mbah ," jawab Mario pelan.

"Mereka adalah orang-orang yang telah ditumbalkan dan juga orang yang sudah sampai akhir masa perjanjian dengan Iblis, Raja kera," jawab Mbah Suro tenang dan dalam.

"Kamu juga akan menjadi bagian dari mereka setelah sampai pada masa perjanjian berakhir," lanjutnya, membuat tubuh kedua orang itu bergetar.

"Apa kamu siap?" tanya Mbah Suro langsung menutup pintu dan melangkah kembali ke depan sesaji.

Sejenak Mario menjadi ragu, namun bayangan wajah penuh hinaan dari tetangga dan airmata anak dan istrinya membuatnya membulatkan tekad dan kembali duduk bersila di hadapan Mbah Suro.

"Kalau kamu siap, akan segera kita lakukan syaratnya sebelum tengah malam. Jika kamu mundur, kamu bisa mencari jalan pulang sendiri. Aku tidak akan bertanggung jawab dengan apa yang akan kamu alami di jalan!" Ucapan itu seperti memberikan pilihan, namun sesungguhnya adalah sebuah ancaman. Bahwa tak ada lagi jalan untuk kembali ke rumah dengan selamat.

"Saya si ... siap, Mbah!" jawab Mario tak berdaya.

"Kepalang tanggung, apapun resikonya aku harus menghadapinya," pikir Mario.

"Pertama, masukkan tujuh tetes darahmu ke dalam mangkuk itu!" perintah Mbah Suro, menunjuk pada mangkuk yang berisi air berwarna putih. Di sampingnya telah tersedia pisau kecil.

Mario mengambil pisau itu dan menyayat jari telunjuknya sendiri hingga mengeluarkan darah. Segera dia meneteskan darah yang keluar ke dalam mangkuk sebanyak tujuh tetes.

Seketika, air dalam mangkuk tersebut berubah warna menjadi merah kehitaman. Rasa nyeri pada jarinya yang tersayat tak dirasakannya. Bau anyir pun menguar ke seluruh ruangan.

"Bagus!" ucap Sang Kakek, kemudian menyayat jarinya sendiri, menggabungkan darahnya dengan darah Mario di dalam mangkuk.

Saat darah Mbah Suro jatuh ke dalam mangkuk, terlihat kepulan asap tipis keluar dari dalam mangkuk itu.

"Aku di sini hanya sebagai penghubung antara kamu dan Raja Iblis. Dia akan menerima perjanjian ini setelah kamu menyerahkan tumbal untuknya," ucap Mbah Suro menegaskan.

Mario tersentak mendengarnya, wajahnya terlihat pucat.

"Tapi saat ini saya belum ada calon korban untuk ditumbalkan, Mbah,"

"Tumbal itu sudah disiapkan, kamu hanya tinggal melakukan ritualnya saja!" jawab Mbah Suro Gendam dengan senyum misterius.

"Ikuti ucapanku!" perintahnya tegas.

Related chapters

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Berikan Iblis Tumbal Darah dan Jantung

    "Sudah disiapkan?Tapi saya ...," Seketika Mario menutup bibirnya rapat-rapat saat melihat mata Mbah Suro yang merah, menatap marah."I-iya, Mbah. Apa yang harus saya lakukan sebagai ritual persembahan?" tanya Mario dengan suara bergetar."Tepat tengah malam nanti, pergilah ke kebun pisang yang tadi kamu lewati. Tebang salah satu pohon yang sudah berbunga. Ambil jantung pisangnya dan bawa kemari!" perintah Mbah Suro. Andi melirik jam di tangan kirinya. Saat itu sudah menunjukkan pukul dua belas kurang lima menit. Artinya sudah hampir tengah malam."Kalau begitu, sekarang kami berangkat ke kebun, Mbah," ucap Andi sambil menarik tangan Mario agar mengikutinya ke kebun pisang."Tunggu!" seru Mbah Suro menghentikan langkah keduanya."Ada apa, Mbah?" tanya Mario."Pakai keris ini untuk mengambil jantung pisang!" ucap Mbah Suro seraya menyerahkan keris yang ada dalam nampan bambu. Mario langsung menerima keris itu dari tangan Mbah Suro. Alangkah terkejutnya saat dia memegang gagang keris yan

    Last Updated : 2022-11-12
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Anakmu Adalah Tumbal Pertama

    Angga yang sedang tertidur pulas, seketika terbangun mendengar teriakan adiknya."Ranti kenapa, Mak?" tanya Angga dengan gugup dan panik. Apalagi melihat keadaannya yang sangat mengerikan."Nggak tahu, nih. Dari tadi menunjuk ke atas dan bilang ada monyet bawa keris. Angga, tolong panggil Pak RT, Emak takut!" Indah sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dia hanya bisa menangis dan memeluk tubuh Ranti yang sudah tak bernyawa dan bersimbah darah, padahal tak ada luka. Angga segera berlari keluar, tak peduli dengan gelapnya malam. Dia hanya ingin menyelamatkan adiknya."Ada apa, Bu Indah?" tanya Pak Rustam, selaku ketua RT Kampung Duren saat tiba di rumah mereka, setengah jam kemudian."Hiks ... hiks ... Anak saya, Pak. Tolong anak saya, Pak!" Indah hanya bisa meraung sambil terus memeluk erat tubuh Ranti yang sudah meninggal."Iya, Bu Indah. Tenang dulu, jelaskan apa yang terjadi dengan anak Ibu?" tanya Pak Rustam dengan lembut sambil menatap tubuh Ranti dalam pelukan Indah."Ini, Pak

    Last Updated : 2022-11-12
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kera Putih itu Membawa Jasad Ranti

    Indah hampir tak percaya dengan pemandangan yang terpampang di depannya. Seekor kera putih besar sedang menggali kuburan Ranti dengan cepat. Kera itu hanya menggunakan kedua tangannya, namun kecepatannya menyaingi sepuluh orang penggali kubur. Indah menutup mulutnya dengan tangan, ingin teriak tapi tak mampu bersuara."Ya, Tuhan! Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Apa yang sedang dilakukan oleh kera putih itu di makam Ranti?" Indah ingin berlari dan menghentikan gerakan Sang Kera Putih, tapi kakinya serasa dipaku dan tak mampu bergerak.Hanya airmata yang tak mampu dibendungnya, menetes bak air tertumpah.Tak lama kemudian, kera itu mengambil jasad Ranti dan memanggulnya di pundak. Secepat kilat, kera itu melompat dan pergi membawa jasad putri tercintanya."Tidakk! Jangan_!" Indah menangis meraung dan menggapi-gapai seolah ingin mengejarnya, namun yang keluar hanya teriakan pelan seperti tercekik."Indah, bangun! Ndah ... Pindah tidur di dipan sana, supaya tidak bermimpi buruk!" Mari

    Last Updated : 2023-02-01
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kaya Mendadak

    Dengan mata membelalak, Indah menunjuk ke arah dipan. Matanya menatap antara dipan dan suaminya yang bergegas masuk ke dalam kamar, diikuti oleh Angga yang juga penasaran.Terlihat di tengah dipan bambu itu seekor kera kecil yang tengah melompat-lompat dengan lincah sambil memainkan tumpukan uang kertas dan butiran perhiasan kalung, gelang dan cincin yang semuanya tampak berkilau."Itu ... itu monyet siapa, Mas? Dan apa itu yang dia mainkan?" Dengan tergagap, Indah menggumam tak jelas. Telunjuk kanannya masih menunjuk ke arah kera yang kini sedang menatapnya dengan tajam.Mario langsung melompat melihat begitu banyak uang yang ada di atas dipan. Matanya membelalak lebar sementara di bibirnya tersungging senyum puas."Kita kaya, Ndah! Kita kaya ...!" teriaknya sambil meraup tumpukan uang kertas dan perhiasan kemudian menghamburkannya hingga menyebar dan memenuhi setiap sudut dipan.Angga juga refleks melompat mendekati ayahnya. Namun dia hanya terbengong dan matanya membola melihat tum

    Last Updated : 2023-02-02
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Ritual Penyambutan Harta

    "Assalamualaikum,"Kembali terdengar suara ketukan di pintu runah mereka.Mario menatap Indah yang masih bermata sembab, sementara Indah pun sedang menatapnya dengan tatapan penuh tanya."Jangan biarkan mereka masuk dan melihat uang ini, cepat temui mereka dulu, Ndah!" ucap Mario bernada perintah.Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Indah melangkah menuju ke pintu."Wa'alaikummussalam, Pak RT," jawab Indah seraya membuka sedikit pintu rumahnya."Bagaimana keadaan Bu Indah dan Pak Mario? Kami hanya ingin bertanya apa akan diadakan acara tahlil untuk menerangkan jalan Nak Ranti?" tanya Pak Rustam yang saat itu datang bersama beberapa orang warga."Maaf, Pak. Malam ini kami belum siap sama sekali untuk mengadakan acara tahlil. Rencananya besok malam saja sampai malam tujuh harinya, Pak," lirih suara Indah. Dia sungguh tak rela untuk mengucap kalimat itu. Dia sangat ingin mengadakan tahlil malam ini juga. Tapi, dia juga takut para warga akan melihat keanehan yang terjadi di rumah mereka."

    Last Updated : 2023-02-03
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Iblis Kera Penguasa Lembah Monyet

    "Hahaha ... Kkrrrhhhh!"Terdengar suara tawa menggelegar yang memenuhi ruangan kecil itu. Kemudian muncul sesosok makhluk menakutkan di hadapan mereka.Sebelum kemunculannya, didahului dengan kepulan asap putih yang sangat pekat memenuhi ruangan itu dan menguarkan bau yang kurang sedap, seperti bau dedaunan busuk serta amis, seperti bau darah.Lambat laun, asap itu berubah dan berbentuk makhluk besar berwajah kera yang bertanduk. Kedua matanya menyorotkan sinar merah. Tubuhnya yang tinggi besar, tertutup bulu hitam keemasan yang sangat lebat. Dari sudut mulutnya keluar taring besar. Melihat tampilannya saja, dapat terbayangkan betapa tajam taring tersebut.Indah dan Angga gemetar ketakutan melihat kehadiran makhluk itu. Indah hampir tak percaya ada makhluk mengerikan seperti itu yang muncul di rumahnya."Mas ... makhluk apa itu?" tanyanya dengan suara bergetar."Bu, Angga takut," bisik putranya tak kalah gemetar dan langsung meringkuk di samping ibunya sambil memeluk Indah dari sampin

    Last Updated : 2023-02-07
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kedatangan Abah Yai dan Emak

    "Kenapa, Mas?" Dengan tatapan terkejut dan penuh tanya, Indah berbalik dan menatap manik mata suaminya.Mario menatap dengan penuh kebencian ke arah pintu yang masih tertutup. Padahal selama ini, jika Ayah Indah yang Seorang Kyai datang ke rumah mereka, dia selalu menyambutnya dengan hormat, meskipun dia memang tidak begitu menyukai Ayah dan Ibu mertuanya."Jangan pernah katakan apapun pada mereka tentang Aku yang sudah melakukan pesugihan. Aku harap, kamu masih bisa menjaga nama baikku di depan orang tuamu seperti sebelumnya!" ucap Mario datar. Perlahan, tatapan kebenciannya memudar. "Iya, Mas. Aku mengerti," jawab Indah menurut."Aku akan menyimpan semua uang dan perhiasan ke belakang rumah lebih dulu. Jangan sampai mereka curiga. Katakan saja Mas sedang ke kamar kecil!" perintah Mario lagi dengan suara pelan agar tak terdengar ke luar.Indah mengangguk dan menunggu suaminya menghilang di balik pintu dapur kecil rumah mereka."Wa'alaikummussalam, Abah, Emak," ucap Indah seraya mem

    Last Updated : 2023-02-11
  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Ke Makam Ranti

    Semua yang ada di ruangan itu langsung mengikuti arah pandangan Emak, ke sudut ruangan.Ternyata, di sana ada seekor kera yang sedang menatap tajam penuh kebencian ke arah Abah dan Emak."Ya Allah, itu monyet siapa, Ndah?" tanya Emak dengan wajah ketakutan. Sebenarnya bukan takut pada kera itu, tapi lebih kepada tatapan tak bersahabat yang dipancarkannya."Nggak tahu, tuh, Mas Rio bawa dari mana," jawab Indah acuh tak acuh sambil melirik pada suaminya, berharap Mario bisa menjawab pertanyaan itu dengan wajar.Sementara Abah seolah tak peduli dengan keberadaan hewan itu dan hanya menatap sekilas. Padahal dalam hatinya ada perasaan was-was yang berusaha disembunyikannya. Dia bisa merasakan bahwa itu bukan kera biasa."Oh, kemarin saya mencoba mencari kayu bakar dan buah-buahan ke hutan. Nah, di sana saya melihat kera kecil itu dan mencoba mendekatinya. Ternyata dia sangat jinak dan mengikuti saya saat pulang hingga sampai ke rumah ini," jawab Mario lancar. Tidak terlihat kebohongan dala

    Last Updated : 2023-02-14

Latest chapter

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kedatangan Mbah Suro dan Gunjingan Warga

    "Si ... Siapa itu?" tanya Mario dan Indah dengan suara bergetar dan tubuh gemetar ketakutan.Pasalnya, suara itu terdengar sangat keras dan mengandung kemarahan.Mario bisa mengenalinya sebagai suara Mbah Suro Gendam dari Lembah Monyet."Ada apa, Mbah? Apakah ada hal salah yang saya lakukan sehingga membuat Mbah Suro begitu marah?" tanya Mario tanpa ragu."Tumbal anakmu telah dicuri dan diambil oleh seseorang dan dikembalikan ke bumi. Iblis Pemimpin Kera sangat marah. Dia meminta kamu untuk segera mencarikan pengganti sebelum malam purnama. Jika gagal, maka salah satu anggota keluargamu akan menggantikannya memjadi tumbal. Atau bahkan kamu sendiri!" jawab Mbah Suro Gendam dengan nada dingin dan dalam.Keringat dingin membasahi tengkuk dan tangan Mario. Sementara Indah hanya bisa terpaku di tempatnya duduk sambil tak lepas menatap suaminya yang sedang duduk bersimpuh di lantai.'Seharusnya kamu sujud pada Allah, Mas. Bukan malah bersimpuh di depan Iblis. Ya Allah, berikan kekuatan dan

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Tumbal Pengganti

    Indah tak sanggup memandang wajah Abah Yai dan Emaknya, dia hanya menunduk sambil terisak."Ndah, Emak ingin kamu jujur dan katakan apa yang sudah terjadi sama Ranti, cucu Emak?" tanya Emak lembut sambil menepuk-nepuk bahu Indah yang makin terguncang menahan isakannya."Ayo kita doakan dulu Ranti, Mak. Nggak baik menangis dan bercerita di kuburan. Sebaiknya kita doakan Ranti agar jasadnya segera bisa Abah kembalikan ke dalam sini," kata Abah pelan.Namun, tak urung ucapan itu membuat Indah terkejut bukan main.'Darimana Abah tau, kalau jasad Ranti kemungkinan tidak ada lagi di dalam sini?' Indah bertanya dalam hati.Dia pun menatap Abah dengan takjub hingga tak sadar jika Abahnya pun sedang menatapnya."Sudahlah, kamu tahu siapa Abah, kan!" Ucapan Abah Yai menyadarkan Indah, dia kembali menunduk menatap gundukan tanah yang masih terlihat basah dengan bunga-bunga di atasnya."Bismillahirrahmanirrahim ...," Abah mulai memimpin doa untuk Ranti dengan sangat khusyuk. Terasa hembusan ang

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Ke Makam Ranti

    Semua yang ada di ruangan itu langsung mengikuti arah pandangan Emak, ke sudut ruangan.Ternyata, di sana ada seekor kera yang sedang menatap tajam penuh kebencian ke arah Abah dan Emak."Ya Allah, itu monyet siapa, Ndah?" tanya Emak dengan wajah ketakutan. Sebenarnya bukan takut pada kera itu, tapi lebih kepada tatapan tak bersahabat yang dipancarkannya."Nggak tahu, tuh, Mas Rio bawa dari mana," jawab Indah acuh tak acuh sambil melirik pada suaminya, berharap Mario bisa menjawab pertanyaan itu dengan wajar.Sementara Abah seolah tak peduli dengan keberadaan hewan itu dan hanya menatap sekilas. Padahal dalam hatinya ada perasaan was-was yang berusaha disembunyikannya. Dia bisa merasakan bahwa itu bukan kera biasa."Oh, kemarin saya mencoba mencari kayu bakar dan buah-buahan ke hutan. Nah, di sana saya melihat kera kecil itu dan mencoba mendekatinya. Ternyata dia sangat jinak dan mengikuti saya saat pulang hingga sampai ke rumah ini," jawab Mario lancar. Tidak terlihat kebohongan dala

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kedatangan Abah Yai dan Emak

    "Kenapa, Mas?" Dengan tatapan terkejut dan penuh tanya, Indah berbalik dan menatap manik mata suaminya.Mario menatap dengan penuh kebencian ke arah pintu yang masih tertutup. Padahal selama ini, jika Ayah Indah yang Seorang Kyai datang ke rumah mereka, dia selalu menyambutnya dengan hormat, meskipun dia memang tidak begitu menyukai Ayah dan Ibu mertuanya."Jangan pernah katakan apapun pada mereka tentang Aku yang sudah melakukan pesugihan. Aku harap, kamu masih bisa menjaga nama baikku di depan orang tuamu seperti sebelumnya!" ucap Mario datar. Perlahan, tatapan kebenciannya memudar. "Iya, Mas. Aku mengerti," jawab Indah menurut."Aku akan menyimpan semua uang dan perhiasan ke belakang rumah lebih dulu. Jangan sampai mereka curiga. Katakan saja Mas sedang ke kamar kecil!" perintah Mario lagi dengan suara pelan agar tak terdengar ke luar.Indah mengangguk dan menunggu suaminya menghilang di balik pintu dapur kecil rumah mereka."Wa'alaikummussalam, Abah, Emak," ucap Indah seraya mem

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Iblis Kera Penguasa Lembah Monyet

    "Hahaha ... Kkrrrhhhh!"Terdengar suara tawa menggelegar yang memenuhi ruangan kecil itu. Kemudian muncul sesosok makhluk menakutkan di hadapan mereka.Sebelum kemunculannya, didahului dengan kepulan asap putih yang sangat pekat memenuhi ruangan itu dan menguarkan bau yang kurang sedap, seperti bau dedaunan busuk serta amis, seperti bau darah.Lambat laun, asap itu berubah dan berbentuk makhluk besar berwajah kera yang bertanduk. Kedua matanya menyorotkan sinar merah. Tubuhnya yang tinggi besar, tertutup bulu hitam keemasan yang sangat lebat. Dari sudut mulutnya keluar taring besar. Melihat tampilannya saja, dapat terbayangkan betapa tajam taring tersebut.Indah dan Angga gemetar ketakutan melihat kehadiran makhluk itu. Indah hampir tak percaya ada makhluk mengerikan seperti itu yang muncul di rumahnya."Mas ... makhluk apa itu?" tanyanya dengan suara bergetar."Bu, Angga takut," bisik putranya tak kalah gemetar dan langsung meringkuk di samping ibunya sambil memeluk Indah dari sampin

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Ritual Penyambutan Harta

    "Assalamualaikum,"Kembali terdengar suara ketukan di pintu runah mereka.Mario menatap Indah yang masih bermata sembab, sementara Indah pun sedang menatapnya dengan tatapan penuh tanya."Jangan biarkan mereka masuk dan melihat uang ini, cepat temui mereka dulu, Ndah!" ucap Mario bernada perintah.Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Indah melangkah menuju ke pintu."Wa'alaikummussalam, Pak RT," jawab Indah seraya membuka sedikit pintu rumahnya."Bagaimana keadaan Bu Indah dan Pak Mario? Kami hanya ingin bertanya apa akan diadakan acara tahlil untuk menerangkan jalan Nak Ranti?" tanya Pak Rustam yang saat itu datang bersama beberapa orang warga."Maaf, Pak. Malam ini kami belum siap sama sekali untuk mengadakan acara tahlil. Rencananya besok malam saja sampai malam tujuh harinya, Pak," lirih suara Indah. Dia sungguh tak rela untuk mengucap kalimat itu. Dia sangat ingin mengadakan tahlil malam ini juga. Tapi, dia juga takut para warga akan melihat keanehan yang terjadi di rumah mereka."

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kaya Mendadak

    Dengan mata membelalak, Indah menunjuk ke arah dipan. Matanya menatap antara dipan dan suaminya yang bergegas masuk ke dalam kamar, diikuti oleh Angga yang juga penasaran.Terlihat di tengah dipan bambu itu seekor kera kecil yang tengah melompat-lompat dengan lincah sambil memainkan tumpukan uang kertas dan butiran perhiasan kalung, gelang dan cincin yang semuanya tampak berkilau."Itu ... itu monyet siapa, Mas? Dan apa itu yang dia mainkan?" Dengan tergagap, Indah menggumam tak jelas. Telunjuk kanannya masih menunjuk ke arah kera yang kini sedang menatapnya dengan tajam.Mario langsung melompat melihat begitu banyak uang yang ada di atas dipan. Matanya membelalak lebar sementara di bibirnya tersungging senyum puas."Kita kaya, Ndah! Kita kaya ...!" teriaknya sambil meraup tumpukan uang kertas dan perhiasan kemudian menghamburkannya hingga menyebar dan memenuhi setiap sudut dipan.Angga juga refleks melompat mendekati ayahnya. Namun dia hanya terbengong dan matanya membola melihat tum

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Kera Putih itu Membawa Jasad Ranti

    Indah hampir tak percaya dengan pemandangan yang terpampang di depannya. Seekor kera putih besar sedang menggali kuburan Ranti dengan cepat. Kera itu hanya menggunakan kedua tangannya, namun kecepatannya menyaingi sepuluh orang penggali kubur. Indah menutup mulutnya dengan tangan, ingin teriak tapi tak mampu bersuara."Ya, Tuhan! Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Apa yang sedang dilakukan oleh kera putih itu di makam Ranti?" Indah ingin berlari dan menghentikan gerakan Sang Kera Putih, tapi kakinya serasa dipaku dan tak mampu bergerak.Hanya airmata yang tak mampu dibendungnya, menetes bak air tertumpah.Tak lama kemudian, kera itu mengambil jasad Ranti dan memanggulnya di pundak. Secepat kilat, kera itu melompat dan pergi membawa jasad putri tercintanya."Tidakk! Jangan_!" Indah menangis meraung dan menggapi-gapai seolah ingin mengejarnya, namun yang keluar hanya teriakan pelan seperti tercekik."Indah, bangun! Ndah ... Pindah tidur di dipan sana, supaya tidak bermimpi buruk!" Mari

  • PESUGIHAN LEMBAH MONYET    Anakmu Adalah Tumbal Pertama

    Angga yang sedang tertidur pulas, seketika terbangun mendengar teriakan adiknya."Ranti kenapa, Mak?" tanya Angga dengan gugup dan panik. Apalagi melihat keadaannya yang sangat mengerikan."Nggak tahu, nih. Dari tadi menunjuk ke atas dan bilang ada monyet bawa keris. Angga, tolong panggil Pak RT, Emak takut!" Indah sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dia hanya bisa menangis dan memeluk tubuh Ranti yang sudah tak bernyawa dan bersimbah darah, padahal tak ada luka. Angga segera berlari keluar, tak peduli dengan gelapnya malam. Dia hanya ingin menyelamatkan adiknya."Ada apa, Bu Indah?" tanya Pak Rustam, selaku ketua RT Kampung Duren saat tiba di rumah mereka, setengah jam kemudian."Hiks ... hiks ... Anak saya, Pak. Tolong anak saya, Pak!" Indah hanya bisa meraung sambil terus memeluk erat tubuh Ranti yang sudah meninggal."Iya, Bu Indah. Tenang dulu, jelaskan apa yang terjadi dengan anak Ibu?" tanya Pak Rustam dengan lembut sambil menatap tubuh Ranti dalam pelukan Indah."Ini, Pak

DMCA.com Protection Status