Hari ini hari Sabtu, seperti yang Nyonya Santi katakan. Jika hari ini, mereka akan kembali pulang ke rumah.
"Ra, jam berapa Papi dan Mami nyampai ke rumah?" Tanya, Grace. "Mungkin agak siangan sih, Kak. Lho, Kakak kok sudah berpakaian rapi gitu. Memangnya kakak mau ke mana? kemarin kakak nangis-nangis. Karena kangen sama Mami dan Papi, ini kok kakak malah, pergi?" Tanya, Raceh. Lalu, Grace menyahut, "Itulah, Ra. Kakak hari ini ada acara kantor di Bogor. Kakak jadi perwakilan dari kantor. Yah mau nggak mau, kakak harus mengikuti acara itu. Tapi Kakak sudah kasi tahu Mami sih, Ra. Tadi subuh, melalui chat." Saat Grace berpamitan untuk pergi ke Bogor Raceh pun menuju ke dapur untuk melihat apa saja menu yang sudah dimasak oleh Bik Tina, asisten rumah tangga di rumahnya. Raceh pun membantu asisten rumah tangganya di dapur menyiapkan bahan makanan untuk makan siang nanti. "Bibik, apa semua udah kelar masaknya?" Tanya Raceh, kepada Bik Tina. "Masih belum, Non. Bibik bingung mau masak apa." Sela, Bik Tina. "Ya, sudah. Aku bantuan bibik memasak, ya?" Ucap, Raceh. "Wah terima kasih, Non." Tukas, Bik Tina. Hari ini hari Sabtu, kantor tempat kerja Raceh libur, tiap weekend. Jadi hari ini, Raceh di rumah saja dan membantu Bik Tina, memasak. Satu jam berkutat di dapur. Akhirnya semua masakan terhidang di meja. Raceh merasa puas dengan hasil masakannya bersama, Bik Tina. Raceh sejak kecil, menyukai waktu untuk memasak. Dia sering menonton channel memasak dan mencoba resep-resep baru. Oleh karena itu, Raceh sudah sangat terbiasa memasak. Berbeda jauh dengan Grace yang paling tidak suka hal-hal yang berbau dapur dan sejenisnya. Waktu menunjukkan pukul dua belas siang. Itu artinya sekitar setengah jam lagi kedua orang tuanya, bersama tamu tersebut akan tiba di rumahnya. Raceh pun pamit kepada Bik Tina untuk membersihkan dirinya ke kamar pribadinya untuk mandi. Sehari sebelumnya, "Pokoknya Mami nggak mau tahu kamu harus ikut ke rumah kolega Papi!" Ucap Nyonya Clement, kepada putranya, Zefki. "Tapi, Mi. Besok aku ada banyak pekerjaan yang deadline. Masa Mami maksain aku harus ikut?" Ketika itu, Tuan Kenan masuk ke dalam kamar anaknya. Karena mendengar perdebatan istrinya dan sang putra. Lalu sang ayah berkata,. "Papi mau, kamu ikut ke rumah Om Fidel." "Apa-apan sih, Papi! Besok aku sangat sibuk, Pi." "Tunda semuanya. Ini demi masa depanmu juga!" Tegas sang ayah, lagi. "Jangan menyusahkan, Mamimu!" Setelah berkata begitu, Tuan Kenan pun berlalu keluar dari kamar anaknya. Sambil mengedipkan satu mata kepada istrinya dan dibalas dengan Nyonya Clement yang mengacungkan kedua jari jempolnya. Menandakan jika rencana mereka berhasil. "Mami sangat senang. Kamu jadi patuh begitu." Tukas, sang ibu. Zefki hanya terdiam. Dia lalu merasakan tiba-tiba perutnya, sakit. Dirinya pun, berkata, "Mi ... tolong bilangin Bik Yati untuk memasak nasi goreng dan membawanya ke kamar. Aku lapar banget." Seru Zefki, sambil mengusap perutnya. " Baiklah Zefki. Jangan lupa ya kamu setel alarm jangan sampai telat bangun, besok." Kediaman Pratista, Pukul setengah satu siang, kedua orang tua Raceh, berserta Tuan dan Nyonya Harol sampai di kediaman koleganya. Mereka dipersilahkan masuk oleh Bik Tina. Sedangkan Raceh masih berada di dalam kamarnya. Mereka pun masuk dan berbincang-bincang di ruang keluarga, sambil meneguk teh. "Kenan, saya sangat berterima kasih atas bantuan mu pada perusahaan saya. Tanpa campur tanganmu, saya pasti tidak bisa melewati masa-masa sulit ini." Seru, Tuan Fidel. "Tidak masalah, Fidel. Kan sebentar lagi kita juga akan menjadi keluarga, kamu tidak perlu sungkan begitu." Sela, Tuan Kenan. "Ngomong-ngomong, Nak Zefki ke mana?" Tanya Nyonya Santi. "Iya nih, Jeng. Tadi tiba-tiba Zefki langsung ditelepon oleh temannya katanya penting. Tapi setelah itu, dia akan menyusul ke sini kok, tadi saya sudah memberi tahu alamat ini." Tutur, Nyonya Clement. "Mi, anak-anak di mana kok nggak kelihatan?" Seru Tuan Fidel, kepada istrinya. "Iya nih, Pi. Tadi pagi Grace chat Mami katanya dia ada kerjaan kantor." Seru, Nyonya Santi. "Oh iya, Jeng. Grace itu, anak sulung kami. Dia berumur dua puluh lima tahun, dan Si bungsu, Raceh berumur dua puluh tiga tahun. Raceh lagi di kamar. Tukas Nyonya Santi, kepada Nyonya Clement. Lalu dari arah samping Raceh datang dengan setengah berlari, "Mami ... Papi kapan datang? Aku kangen." Raceh segera memeluk ibunya dan juga ayahnya. Raceh tidak sadar, jika ada orang lain di situ. Lalu ayahnya berkata, "Hei, kamu ini udah kangen banget rupanya sampai nggak tahu ada Om dan Tante juga di sini." "Eh maaf ... Mi, Pi." Seru Raceh dan dia pun memberi salam kepada, Tuan dan Nyonya Harold. "Apa kabar Om dan Tante?" Sapa, Raceh. Tuan dan Nyonya Harold, sangat kagum dgn paras Raceh yang cantik dan juga terkesan ramah. Lalu Nyonya Clement berkata, "Apa kabar Raceh, kamu sangat cantik sekali." "Baik ... Tante. Terima kasih." Seru Raceh, sambil tersenyum. Lalu Tuan Fidel menimpali, "Karena sudah siang baiklah, mari kita makan." Lalu mereka pun menuju ke ruang makan, di sana semua telah tersedia, hidangan khas Indonesia. Raceh melayani mereka di meja makan. Nyonya Clement seakan terkagum-kag dengan sikap dan gerak-gerik Raceh, menjamu mereka. "Wah-wah sepertinya makanan kita sangat lezat. Ini yang masak siapa?" Tanya, Tuan Kenan. "Sa-ya, Om." Jawab, Raceh. "Raceh, kamu pinter memasak?" Tanya, Nyonya Clement. "Masih belajar, Tante." jawab Raceh, merendah sambil tersenyum. "Iya, Jeng. Raceh memang jago memasak. Semua hasil masakannya pasti enak." Seru, Nyonya Santi. "Kalau begitu, Raceh mau yah jadi calon mantu, Tante? Itu lho anak Tante lagi cari-cari jodoh," Raceh pun seakan kaget, dengan ucapan Nyonya Clement. "Sudah-sudah nanti ngobrol lagi, mari kita santap hidangan ini, dulu." Seru, Tuan Kenan. Raceh pun kembali tersenyum dan bertanya-tanya di dalam hatinya, maksud perkataan Nyonya Clement. Hanny seakan ingat perkataan ibunya, tentang keadaan perusahaan ayahnya dan ada seseorang yang ingin membantu ayahnya. Akan tetapi dengan syarat salah satu dari mereka, Grace atau Raceh akan dijodohkan dengan anak dari orang itu. "Raceh, kamu kok nggak bareng makan, Nak?" Perkataan Nyonya Clement, seakan menyentaknya dari lamunannya, tentang perjodohan itu. "Iya ... Tante. Jangan sungkan, tadi aku sudah duluan makan." Jawabnya. Setelah acara makan selesai, mereka kembali berbincang di ruang keluarga membahas tentang kerja sama bisnis. Lalu tiba-tiba telepon genggam Nyonya Clement berbunyi dan tertera nama putranya. Zefki : "Mamiku, Sayang. Sepertinya aku tidak bisa ke sana. Maaf ya, Mi. Aku ada urusan penting saat ini." Lalu Nyonya Clement membalas pesan dari anaknya, Mami Clement : "Mami nggak mau tahu jam tujuh malam kamu harus sudah sampai di rumah!" Nyonya Clement terus menunggu balasan pesan dari putranya. Tapi tidak kunjung datang. "Duh ... anak ini!" Keluh Nyonya Clement. "kenapa, Mi?" Seru Tuan Kenan, setengah berbisik. Nyonya Clement lalu berkata kepada suaminya. Jika putra mereka, tidak akan ke sini. Tuan Kenan menjadi geram mendengarnya. "Gini lho, Jeng. Sepertinya, Zefki berhalangan datang, dia tiba-tiba ada meeting penting dengan rekannya." Nyonya Clement terpaksa berbohong, saat ini. "Iya nggak apa-apa, Jeng. Lain kali, Nak Zefki, bisa main ke sini." Seru Nyonya Santi, dengan nada setengah kecewa. Karena dalam hatinya, juga menginginkan Zefki, menjadi menantunya. "Tapi, Jeng. Bisa nggak nasi goreng yang kita makan tadi saya bawa pulang sebagian? Soalnya, putra kami, sangat menyukai nasi goreng." Tukas, Nyonya Clement. "Bisa kok, Jeng. Nanti saya suruh Raceh untuk membungkusnya." Jawab, Nyonya Santi. Di dapur, Raceh terlihat sedang sibuk menyiapkan nasi goreng untuk dibawa pulang oleh Nyonya Clement. Pukul empat sore suami istri itu pun berpamitan kepada Tuan dan Nyonya Pratista. Begitu juga dengan Raceh, turut mengantar mereka pulang sampai ke pintu depan. Nyonya Clement tidak pernah lepas melirik kearah Raceh. Yang sontak membuat gadis itu merasa sedikit risih dan hanya membalasnya dengan tersenyum ramah.Sesampai di rumah, Nyonya Clement menyuruh Bik Yati untuk menyediakan nasi goreng itu di atas meja.Di sebuah cafe di sudut kota Jakarta, Zefki dan temannya, Eko sedang menikmati chocolate coffe dan beberapa cake lainnya."Hei Bro, Lo kalau tidak suka dijodohkan. Lo kenapa gak nolak? Lagian zaman sudah canggih gini, kok masih ada acara perjodohan segala? Noh ... kembali ke zaman Siti Nurbaya, aja!" Seru Eko, sambil menatap wajah temannya yang masam."Emang Lo pikir segampang itu, hah!" Seru Zefki, setengah membentak Eko. "Lo tahu gue anak tunggal. Ortu gue udah ngebet banget pengen ngemong cucu katanya. Cih! Mereka nggak tahu saja, emang segampang itu mencetak anak?""Ha-ha-ha ya emang gampang, Bro! Lo tinggal semprot tuh alat tempur Lo yang gede itu masuk ke dalam gua sempit dan lembab. Tunggu sebulan kemudian, pasti dapat hasilnya!" Seru Eko, mengejek temannya."Sialan Lo! Apa Lo pikir gue penjahat kelamin, hah!" Hardiknya, sambil mengambil botol minuman bekas dan melemparnya ke a
Minggu siang, Grace kembali dari dinas luar kota. Sesampai di rumah dia melepas kangen dengan kedua orang tuanya. Mereka pun makan siang bersama dengan menu spesial yang dimasak oleh Raceh.Setelah selesai makan siang, Ayah mereka, Tuan Fidel berkata, jika nanti malam mereka semua harus berkumpul di ruang keluarga. Karena ada sesuatu hal yang penting yang hendak dibicarakan.Dikamar Raceh, "Ra, apa sih yang mau dibicarakan oleh Papi? Kayaknya serius banget deh." Seru Grace, sambil berbaring di ranjang adiknya.Lalu Raceh menjawab, "Mungkin saja tentang perjodohan itu, Kak. Soalnya kemarin siang ada teman Papi yang mampir ke rumah kita.""Wah jadi itu benar ya, Ra? Mami bilang, Tante itu tertarik sama kamu, ya? Cie yang nggak jomblo lagi." Tukas Grace, sambil tersenyum kearah adiknya."Ih apaan sih, Kak. Aku belum memikirkan untuk menikah. Kenal sama orangnya aja belum. Tapi aku juga nggak bisa apa-apa jika dengan cara itu bisa membuat perusahaan Papi bangkit lagi. Mau nggak mau aku
Seminggu telah berlalu, hari ini tepatnya hari Sabtu. Zefki terlihat sedang melakukan exercise di ruang khusus yang dipenuhi alat olah raga, terlihat peluh memenuhi sekujur tubuhnya membuat penampilannya semakin seksi saja. Tiba-tiba pintu ruangan itu di dorong dari luar, terdengar suara sang mami, "Zefki ... apa kamu di dalam?""Iya, Mi." Jawabnya. "Jangan lupa, ya? Nanti malam kita ke rumah Keluarga Om Fidel.Kita diundang makan malam di sana. Sekalian kamu kenalan dengan putri-putrinya." Seru Nyonya Clement, mengingatkan sang putra."Baiklah, Mi." Seru, Zefki pasrah. "Tapi, Mi. Bisa nggak siang ini, Bik Yati masakin nasi goreng yang kayak kemarin aku santap?" "Lho, Zef. Mami lupa ngasi tahu kamu. Jika nasi goreng itu dimasak oleh salah satu putri dari Om Fidel. Sudah-sudah nanti malam aja kamu kenalan dengan mereka. Mami mau ke salon dulu." Lalu Nyonya Clement pun, berlalu dari situ.Sejenak Zefki berpikir perkataan ibunya Jika nasi goreng itu adalah buatan salah satu putri d
Pembicaraan pun berlanjut, Tuan Kenan menjelaskan jika kedatangan mereka untuk melamar Raceh sebagai istri Zefki. Disaat semua sibuk membicarakan tentang acara demi acara yang akan dilaksanakan, sesekali Raceh melirik Zefki. Untuk melihat bagaimana reaksinya. Akan tetapi Raceh tidak menemukan jawabannya. Yang dirinya lihat, pemuda itu terlihat santai seperti tanpa beban. Sangat berbeda dengan Raceh yang sangat takut akan sebuah ikatan pernikahan. Apalagi menikah dengan pria yang belum pernah dirinya kenal sebelumnya.Bahkan di meja makan pun pembicaraan tetap berlanjut. Raceh seakan berat untuk menghabiskan makanan dalam piringnya. Padahal semua makanan yang dia masak terasa enak bagi orang lain tapi tidak baginya. Lagi-lagi Raceh melirik Zefki. Pria itu makan dengan lahap seakan tak peduli dengan semua pembicaraan ini.Setelah makan malam, semua terlihat santai di ruang keluarga sambil mencicipi cake buatan Raceh yang rasanya sangat enak. Sementara Zefki sedang menerima panggilan t
"Tempo hari, saat Lo nabrak punggung gue, apa Lo kehilangan sesuatu?" Tanya, Zefki.Sejenak Raceh berpikir. Lalu menjawab perkataan Zefki, "Iya, Tuan Muda. Saya kehilangan kotak makan siang, berisi nasi goreng." Sahut, Raceh. "Yup tepat sekali! gue mau nanya kenapa bekal Lo itu, bisa sampai di meja gue?" Tanyanya lagi, sambil menatap tajam kearah Raceh.Namun sebelum Raceh hendak menjawab. Asisten sutan mengatakan, jika dia yang meletakkan kotak bekal itu di atas meja Zefki. Lalu Asisten Sutan mengarahkan Zefki untuk melihat sesuatu dari laptop.akhirnya Zefki tahu kenapa kotak bekal milik gadis itu, bisa ada di atas mejanya."Gue, lapar. Apakah Lo bisa memasak nasi goreng seperti itu, lagi?" "Bi ... bisa, Tuan Muda. Tapi saya tidak memiliki bahan-bahan untuk membuatnya." "Hhhm, berpikir Lo, Sut! Bagaimana caranya gue bisa mendapatkannya!" Namun disaat Sutan hendak menjawab, ponsel Zefki berbunyi. Di layar, ada nama ibunya, Mami Clement. Zefki lalu buru-buru menjawab, Zefki"Iya
Sepanjang perjalanan pulang dari butik, Raceh terus memikirkan perkataan, Zefki. Akan tetapi dia tidak menemukan jawabannya. Ingin sekali dia bertanya pada Zefki yang duduk di sebelahnya. Namun pria itu sedang menutup mata terlelap dalam tidurnya. Sesampainya di parkiran utama, Zefki turun dari mobil dan menuju lift khusus, tanpa menunggu Raceh turun. Lalu dia pun turun dari mobil. Sekretaris Risa menjelaskan kepada Raceh jika dirinya sudah di kondisikan situasinya, saat tadi meninggalkan divisinya.Lalu sebelum masuk lift, Raceh meminta nomor ponsel Asisten Sutan. Sekretaris Risa lalu memberi sebuah kartu nama kepadanya.Raceh pun melangkah ke dalam divisinya. Terlihat para rekan kerjanya sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Lalu Raceh pun mencoba menghubungi Asisten Sutan, melalu pesan singkat.Raceh : "Siang, Asisten Sutan."Asisten Sutan : "Ya, Nona. Ada yang saya bisa minta bantu?"Raceh : "Begini, Asisten Sutan. Bisakah Anda menanyakan kepada Bapak CEO, utang saya itu a
Mobil Zefki pun sampai di kantor. Dia dan Asisten Sutan langsung berjalan menuju lift khusus CEO.Sesampai di ruangannya, Zefki langsung duduk di meja kerjanya.Di atas meja sudah tersedia sekotak nasi goreng buatan Raceh. Zefki pun membuka kotak itu dengan perlahan, seketika bibirnya tertarik keatas menampilkan senyum yang menyilaukan, nasi goreng itu ditata dengan apik mirip seperti wajah orang yang sedang tersenyum dan hal itu menarik perhatiannya. Dia pun mengambil ponselnya dan mengabadikan nasi goreng itu melalui kamera ponsel miliknya dan menjadikannya sebagai wallpaper layar utama hp-nya.Tiba tiba saja Asisten Sutan berdehem. Melihat apa yang sedang dilakukan oleh sang atasan."Apa, Lo!" Ketusnya."Maaf, Tuan Muda. Barusan saya mendapatkan informasi dari Sekretaris Risa, jika siang ini Tuan Muda dan Nona Raceh akan fitting baju pengantin. Nyonya Clement sedang menunggu di butik."Zefki menjawab, "Okay ...." sambil mulai menikmati nasi goreng itu.Siang hari,Disaat Raceh sed
Malam harinya, Raceh mencoba mengirim pesan kepada Zefki. Namun dia bingung mau bilang apa.Tiba tiba ponsel Raceh berbunyiada nomor tak di kenal, namun sepertinya dia mengenal nomor itu, dan ternyata pesan itu dari Zefki.Ada foto masuk di galery ponselnya. Foto sekotak nasi goreng yang isinya telah habis.Dia pun langsung tahu jika itu dari Zefki.Raceh memandang lama layar ponselnya, dia bingung mau jawab apa kepada pria itu.Sementara Zefki masih dalam perjalanan menuju ke Jakarta. Dia tiba-tiba merasa gugup. Kenapa hanya dengan memandang kotak nasi goreng kosong, itu. Zefki langsung mengingat Raceh, dan tanpa sengaja jarinya menekan tombol kirim, dan jadilah pesan terkirim kepada gadis itu. Zefki hendak menghapusnya. Namun pesan itu keburu dibaca oleh Raceh."Shit!" Zefki mengumpat dari bangku belakang.Asisten Sutan melirik dari kaca depan,"Are you okay, Tuan Muda?""Tauk, ah! Pasti dia semakin besar kepala! Lebih cepat Lo, nyetirnya! Gue udah ngerasa gerah bgt! Pingin mandi!"