Share

BAB. 4 Akhirnya Zefki Setuju

Sesampai di rumah, Nyonya Clement menyuruh Bik Yati untuk menyediakan nasi goreng itu di atas meja.

Di sebuah cafe di sudut kota Jakarta,

Zefki dan temannya, Eko sedang menikmati chocolate coffe dan beberapa cake lainnya.

"Hei Bro, Lo kalau tidak suka dijodohkan. Lo kenapa gak nolak? Lagian zaman sudah canggih gini, kok masih ada acara perjodohan segala? Noh ... kembali ke zaman Siti Nurbaya, aja!" Seru Eko, sambil menatap wajah temannya yang masam.

"Emang Lo pikir segampang itu, hah!" Seru Zefki, setengah membentak Eko.

"Lo tahu gue anak tunggal. Ortu gue udah ngebet banget pengen ngemong cucu katanya. Cih! Mereka nggak tahu saja, emang segampang itu mencetak anak?"

"Ha-ha-ha ya emang gampang, Bro! Lo tinggal semprot tuh alat tempur Lo yang gede itu masuk ke dalam gua sempit dan lembab. Tunggu sebulan kemudian, pasti dapat hasilnya!" Seru Eko, mengejek temannya.

"Sialan Lo! Apa Lo pikir gue penjahat kelamin, hah!" Hardiknya, sambil mengambil botol minuman bekas dan melemparnya ke arah Eko. Namun langsung ditangkis olehnya, sambil tertawa.

Tiba tiba suara telepon genggam milik Zefki berdering. Dari layar terlihat jika yang menghubunginya adalah ibunya, Nyonya Clement.

Zefki membiarkan panggilan itu. Walaupun berkali-kali sang ibu mencoba, menghubunginya.

Lalu Zefki pun melangkah keluar dari cafe, dan pamit kepada Eko,

"Gue, cabut!"

"Semangat, Bro! Semoga yang dijodohin ke Lo adalah wanita cantik, layaknya bidadari syurga ..." Seru Eko, setengah berteriak.

Namun seketika Zefki menatap temannya dengan tajam. Yang dibalas dengan senyum cengengesan oleh Eko.

Hampir pukul tujuh malam. Zefki sampai di rumahnya. Di ruang keluarga, sudah ada Tuan dan Nyonya Harold.

Lalu Tuan Kenan berkata dengan setengah marah kepada putranya,

" Dari mana kamu? Duduk! Papi dan Mami mau bicara serius denganmu!"

Zefki menatap ayahnya dengan wajah datar dan tidak menyahut.

Lalu Nyonya Clement menimpali,

"Sudah, Pi. Jangan marah dulu. Zefki tadi udah izin kepada Mami. Jika dia mau menemui rekan bisnisnya."

"Terus saja kamu membela putramu, itu! Makanya dia semakin besar kepala!" Seru Tuan Kenan, menjawab perkataan istrinya.

"Apa kamu lapar, Sayang?" Tanya Nyonya Clement kepada anaknya.

"Ya sudah, kamu makan dulu." Ucap, sang ibu.

Zefki berlalu dari hadapan ayahnya dan mengikuti ibunya menuju ruang makan.

Dari arah dapur, mulai terhirup aroma nasi goreng yang tadi dibuat oleh Raceh dan terlihat Bik Yati telah meletakkan nasi goreng itu, di atas meja. Disusul Zefki yang sudah duduk menunggu Bik Yati, meletakkan semua makanan yang telah dimasaknya.

Namun Zefki sungguh sangat tergoda dengan aroma nasi goreng itu. Dia pun memilih untuk memakannya. Apalagi dirinya memang menyukai nasi goreng dari dulu.

Terlihat di sudut meja Nyonya Clement duduk dan melihat putranya menyantap nasi goreng tersebut dengan tersenyum penuh arti.

Nyonya Clement pun melirik suaminya yang ada di ruang keluarga. Mereka saling mengacungkan jempol, pertanda jika rencana mereka akan segera mendapatkan hasil.

Orang tua Zefki sudah sangat ingin melihat putra mereka satu-satunya naik pelaminan. Segala cara mereka tempuh untuk itu. Kebetulan salah satu sahabat Tuan Kenan membutuhkan bantuannya, dan itu membuat Nyonya Clement memiliki ide untuk menjodohkan putra mereka dengan salah satu anak teman suaminya, yang memiliki dua orang anak gadis.

Sejak awal, Nyonya Clement sudah tertarik dengan Raceh. Diam-diam, Nyonya Clement telah menyewa orang untuk menyelidiki kedua putri, Tuan Fidel. Dari hasil penyelidikan itu, Nyonya Clement lebih condong menyukai Raceh, dan itu juga terbukti. Saat mereka tadi siang berkunjung ke rumah Keluarga Pratista, Raceh sangat sesuai dengan ekspektasi Nyonya Clement.

Setelah selesai menyantap nasi goreng itu. Zefki pun menuju ruang keluarga yang di situ sudah ada ayah dan ibunya.

"Jadi apa yang Papi dan Mami hendak katakan? saya mau mandi." Ucapnya.

"kamu ini baru juga duduk, sudah main pergi lagi!" Seru Tuan Kenan, menatap tajam ke arah putranya.

"Jelaskan, Mi!" Perintahnya, kepada istrinya.

"Begini, Sayang ...." Nyonya Clement, memulai pembicaraan.

"Tadi siang itu, Papi dan Mami ke rumah Keluarga Om Pratista. Sekedar untuk makan siang dan sekalian juga berkenalan dengan putri-putri mereka."

"Lah terus apa hubungannya dengan ku, Mi? Tanyanya.

"Zefki! Dengarkan dulu penjelasan Mami mu! Jangan asal main potong pembicaraan saja, kamu!" Tuan kenan berujar kepada putranya, dengan setengah marah.

"Sayang ... tenang dulu. Dengar kan Mami bicara."

Lalu Nyonya Clement pun melanjutkan pembicaraannya. Jika maksud dan tujuan mereka ke rumah Keluarga Pratista untuk menjodohkan Zefki dengan salah satu anak dari keluarga itu.

"Dan Papi tidak mau mendengar penolakan darimu!" Seru Tuan Kenan, lantang.

"Sudah cukup kami bersabar menunggu selama tiga tahun ini. Dari dulu kamu mengatakan sabar-sabar-sabar! Jika waktunya tiba, kamu akan memperkenalkan calon istrimu kepada kami. Tapi mana buktinya?" Ketus, sang ayah.

Zefkin hanya dapat menatap datar kedua orang tuanya. Seolah pasrah dengan apa yang dikatakan oleh mereka. Lalu otaknya mulai berpikir, bagaimana cara melepaskan diri dari perjodohan ini.

"Sayang ...." Dengan setengah terisak Nyonya Clement berkata,

"Seharusnya kamu mengerti. Papi dan Mami sudah tua. Kami sudah sangat ingin menggendong cucu. Kami juga ingin melihatmu bahagia dengan keluarga kecilmu."

Dan tangisan sang mami itu, sedikit melunakkan hatinya. Zefki pun menghampiri ibunya dan memeluknya, sambil berkata,

"Baiklah, Mi. Aku akan ikuti apa yang Mami katakan. Mami jangan menangis lagi."

Seketika hati Nyonya Clement merasa senang, sambil tersenyum melirik suaminya. Mereka saling mengacungkan jari jempol pertanda jika sandiwara mereka lagi-lagi berhasil.

"Ya, sudah. Papi dan Mami istirahat dulu. Aku juga mau mandi."

"Terimakasih, Sayang. Kamu memang putra Mami yang baik. Seru, Nyonya Clement.

Lalu Zefki pun berlalu dari hadapan orang tuanya, menuju ke dalam kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Siapa tahu saja pikirannya yang kalut tentang perjodohan ini, juga bisa jernih.

Selesai mandi, Zefki pun menuju ke ruang kerjanya dan berkutat di depan laptop memeriksa setiap laporan-laporan tentang kemajuan perusahannya, ZR TBK.

Setelah selesai mengerjakan pekerjaannya, dia pun kembali melangkah ke kamar dan di dalam kamarnya, ternyata sudah ada sang ibu.

"Mami ... ngapain ke sini?" Ucap Zefki, kepada ibunya.

Lalu sang ibu, berujar,

"Nggak ada apa-apa kok. Oh yah gimana menurut kamu nasi goreng yang tadi kamu makan, apakah enak?"

"So yummy, Mi! Bik Yati makin jago aja masaknya. Tolong bilang Bik Yati, jika besok aku ingin makan nasi goreng itu lagi. Rasanya sungguh nikmat sekali!" Ujarnya, menahan air liurnya yang hampir keluar. Mengingat cita rasa nasi goreng buatan Raceh.

Diam-diam Nyonya Clement tersenyum mendengar ucapan anaknya dan berlalu dari kamar Zefki dengan perasaan gembira. Berharap sang putra memegang perkataannya, menerima perjodohan itu.

"Bagaimana, Mi? Tanya, Tuan Kenan, kepada istrinya.

"kita berhasil, Pi! Sebentar lagi kita akan ngemong cucu!" Ucapnya.

Nyonya Clement saat ini sedang menari-nari sambil memeluk guling dan suaminya pun ikut menari. Keduanya sangat senang saat ini. Malam mereka ditutup dengan perasaan bahagia. Akhirnya sang putra mau menikah juga.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
ZekWar77
Mantap........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status