Sesampai di rumah, Nyonya Clement menyuruh Bik Yati untuk menyediakan nasi goreng itu di atas meja.
Di sebuah cafe di sudut kota Jakarta, Zefki dan temannya, Eko sedang menikmati chocolate coffe dan beberapa cake lainnya. "Hei Bro, Lo kalau tidak suka dijodohkan. Lo kenapa gak nolak? Lagian zaman sudah canggih gini, kok masih ada acara perjodohan segala? Noh ... kembali ke zaman Siti Nurbaya, aja!" Seru Eko, sambil menatap wajah temannya yang masam. "Emang Lo pikir segampang itu, hah!" Seru Zefki, setengah membentak Eko. "Lo tahu gue anak tunggal. Ortu gue udah ngebet banget pengen ngemong cucu katanya. Cih! Mereka nggak tahu saja, emang segampang itu mencetak anak?" "Ha-ha-ha ya emang gampang, Bro! Lo tinggal semprot tuh alat tempur Lo yang gede itu masuk ke dalam gua sempit dan lembab. Tunggu sebulan kemudian, pasti dapat hasilnya!" Seru Eko, mengejek temannya. "Sialan Lo! Apa Lo pikir gue penjahat kelamin, hah!" Hardiknya, sambil mengambil botol minuman bekas dan melemparnya ke arah Eko. Namun langsung ditangkis olehnya, sambil tertawa. Tiba tiba suara telepon genggam milik Zefki berdering. Dari layar terlihat jika yang menghubunginya adalah ibunya, Nyonya Clement. Zefki membiarkan panggilan itu. Walaupun berkali-kali sang ibu mencoba, menghubunginya. Lalu Zefki pun melangkah keluar dari cafe, dan pamit kepada Eko, "Gue, cabut!" "Semangat, Bro! Semoga yang dijodohin ke Lo adalah wanita cantik, layaknya bidadari syurga ..." Seru Eko, setengah berteriak. Namun seketika Zefki menatap temannya dengan tajam. Yang dibalas dengan senyum cengengesan oleh Eko. Hampir pukul tujuh malam. Zefki sampai di rumahnya. Di ruang keluarga, sudah ada Tuan dan Nyonya Harold. Lalu Tuan Kenan berkata dengan setengah marah kepada putranya, " Dari mana kamu? Duduk! Papi dan Mami mau bicara serius denganmu!" Zefki menatap ayahnya dengan wajah datar dan tidak menyahut. Lalu Nyonya Clement menimpali, "Sudah, Pi. Jangan marah dulu. Zefki tadi udah izin kepada Mami. Jika dia mau menemui rekan bisnisnya." "Terus saja kamu membela putramu, itu! Makanya dia semakin besar kepala!" Seru Tuan Kenan, menjawab perkataan istrinya. "Apa kamu lapar, Sayang?" Tanya Nyonya Clement kepada anaknya. "Ya sudah, kamu makan dulu." Ucap, sang ibu. Zefki berlalu dari hadapan ayahnya dan mengikuti ibunya menuju ruang makan. Dari arah dapur, mulai terhirup aroma nasi goreng yang tadi dibuat oleh Raceh dan terlihat Bik Yati telah meletakkan nasi goreng itu, di atas meja. Disusul Zefki yang sudah duduk menunggu Bik Yati, meletakkan semua makanan yang telah dimasaknya. Namun Zefki sungguh sangat tergoda dengan aroma nasi goreng itu. Dia pun memilih untuk memakannya. Apalagi dirinya memang menyukai nasi goreng dari dulu. Terlihat di sudut meja Nyonya Clement duduk dan melihat putranya menyantap nasi goreng tersebut dengan tersenyum penuh arti. Nyonya Clement pun melirik suaminya yang ada di ruang keluarga. Mereka saling mengacungkan jempol, pertanda jika rencana mereka akan segera mendapatkan hasil. Orang tua Zefki sudah sangat ingin melihat putra mereka satu-satunya naik pelaminan. Segala cara mereka tempuh untuk itu. Kebetulan salah satu sahabat Tuan Kenan membutuhkan bantuannya, dan itu membuat Nyonya Clement memiliki ide untuk menjodohkan putra mereka dengan salah satu anak teman suaminya, yang memiliki dua orang anak gadis. Sejak awal, Nyonya Clement sudah tertarik dengan Raceh. Diam-diam, Nyonya Clement telah menyewa orang untuk menyelidiki kedua putri, Tuan Fidel. Dari hasil penyelidikan itu, Nyonya Clement lebih condong menyukai Raceh, dan itu juga terbukti. Saat mereka tadi siang berkunjung ke rumah Keluarga Pratista, Raceh sangat sesuai dengan ekspektasi Nyonya Clement. Setelah selesai menyantap nasi goreng itu. Zefki pun menuju ruang keluarga yang di situ sudah ada ayah dan ibunya. "Jadi apa yang Papi dan Mami hendak katakan? saya mau mandi." Ucapnya. "kamu ini baru juga duduk, sudah main pergi lagi!" Seru Tuan Kenan, menatap tajam ke arah putranya. "Jelaskan, Mi!" Perintahnya, kepada istrinya. "Begini, Sayang ...." Nyonya Clement, memulai pembicaraan. "Tadi siang itu, Papi dan Mami ke rumah Keluarga Om Pratista. Sekedar untuk makan siang dan sekalian juga berkenalan dengan putri-putri mereka." "Lah terus apa hubungannya dengan ku, Mi? Tanyanya. "Zefki! Dengarkan dulu penjelasan Mami mu! Jangan asal main potong pembicaraan saja, kamu!" Tuan kenan berujar kepada putranya, dengan setengah marah. "Sayang ... tenang dulu. Dengar kan Mami bicara." Lalu Nyonya Clement pun melanjutkan pembicaraannya. Jika maksud dan tujuan mereka ke rumah Keluarga Pratista untuk menjodohkan Zefki dengan salah satu anak dari keluarga itu. "Dan Papi tidak mau mendengar penolakan darimu!" Seru Tuan Kenan, lantang. "Sudah cukup kami bersabar menunggu selama tiga tahun ini. Dari dulu kamu mengatakan sabar-sabar-sabar! Jika waktunya tiba, kamu akan memperkenalkan calon istrimu kepada kami. Tapi mana buktinya?" Ketus, sang ayah. Zefkin hanya dapat menatap datar kedua orang tuanya. Seolah pasrah dengan apa yang dikatakan oleh mereka. Lalu otaknya mulai berpikir, bagaimana cara melepaskan diri dari perjodohan ini. "Sayang ...." Dengan setengah terisak Nyonya Clement berkata, "Seharusnya kamu mengerti. Papi dan Mami sudah tua. Kami sudah sangat ingin menggendong cucu. Kami juga ingin melihatmu bahagia dengan keluarga kecilmu." Dan tangisan sang mami itu, sedikit melunakkan hatinya. Zefki pun menghampiri ibunya dan memeluknya, sambil berkata, "Baiklah, Mi. Aku akan ikuti apa yang Mami katakan. Mami jangan menangis lagi." Seketika hati Nyonya Clement merasa senang, sambil tersenyum melirik suaminya. Mereka saling mengacungkan jari jempol pertanda jika sandiwara mereka lagi-lagi berhasil. "Ya, sudah. Papi dan Mami istirahat dulu. Aku juga mau mandi." "Terimakasih, Sayang. Kamu memang putra Mami yang baik. Seru, Nyonya Clement. Lalu Zefki pun berlalu dari hadapan orang tuanya, menuju ke dalam kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Siapa tahu saja pikirannya yang kalut tentang perjodohan ini, juga bisa jernih. Selesai mandi, Zefki pun menuju ke ruang kerjanya dan berkutat di depan laptop memeriksa setiap laporan-laporan tentang kemajuan perusahannya, ZR TBK. Setelah selesai mengerjakan pekerjaannya, dia pun kembali melangkah ke kamar dan di dalam kamarnya, ternyata sudah ada sang ibu. "Mami ... ngapain ke sini?" Ucap Zefki, kepada ibunya. Lalu sang ibu, berujar, "Nggak ada apa-apa kok. Oh yah gimana menurut kamu nasi goreng yang tadi kamu makan, apakah enak?" "So yummy, Mi! Bik Yati makin jago aja masaknya. Tolong bilang Bik Yati, jika besok aku ingin makan nasi goreng itu lagi. Rasanya sungguh nikmat sekali!" Ujarnya, menahan air liurnya yang hampir keluar. Mengingat cita rasa nasi goreng buatan Raceh. Diam-diam Nyonya Clement tersenyum mendengar ucapan anaknya dan berlalu dari kamar Zefki dengan perasaan gembira. Berharap sang putra memegang perkataannya, menerima perjodohan itu. "Bagaimana, Mi? Tanya, Tuan Kenan, kepada istrinya. "kita berhasil, Pi! Sebentar lagi kita akan ngemong cucu!" Ucapnya. Nyonya Clement saat ini sedang menari-nari sambil memeluk guling dan suaminya pun ikut menari. Keduanya sangat senang saat ini. Malam mereka ditutup dengan perasaan bahagia. Akhirnya sang putra mau menikah juga.Minggu siang, Grace kembali dari dinas luar kota. Sesampai di rumah dia melepas kangen dengan kedua orang tuanya. Mereka pun makan siang bersama dengan menu spesial yang dimasak oleh Raceh.Setelah selesai makan siang, Ayah mereka, Tuan Fidel berkata, jika nanti malam mereka semua harus berkumpul di ruang keluarga. Karena ada sesuatu hal yang penting yang hendak dibicarakan.Dikamar Raceh, "Ra, apa sih yang mau dibicarakan oleh Papi? Kayaknya serius banget deh." Seru Grace, sambil berbaring di ranjang adiknya.Lalu Raceh menjawab, "Mungkin saja tentang perjodohan itu, Kak. Soalnya kemarin siang ada teman Papi yang mampir ke rumah kita.""Wah jadi itu benar ya, Ra? Mami bilang, Tante itu tertarik sama kamu, ya? Cie yang nggak jomblo lagi." Tukas Grace, sambil tersenyum kearah adiknya."Ih apaan sih, Kak. Aku belum memikirkan untuk menikah. Kenal sama orangnya aja belum. Tapi aku juga nggak bisa apa-apa jika dengan cara itu bisa membuat perusahaan Papi bangkit lagi. Mau nggak mau aku
Seminggu telah berlalu, hari ini tepatnya hari Sabtu. Zefki terlihat sedang melakukan exercise di ruang khusus yang dipenuhi alat olah raga, terlihat peluh memenuhi sekujur tubuhnya membuat penampilannya semakin seksi saja. Tiba-tiba pintu ruangan itu di dorong dari luar, terdengar suara sang mami, "Zefki ... apa kamu di dalam?""Iya, Mi." Jawabnya. "Jangan lupa, ya? Nanti malam kita ke rumah Keluarga Om Fidel.Kita diundang makan malam di sana. Sekalian kamu kenalan dengan putri-putrinya." Seru Nyonya Clement, mengingatkan sang putra."Baiklah, Mi." Seru, Zefki pasrah. "Tapi, Mi. Bisa nggak siang ini, Bik Yati masakin nasi goreng yang kayak kemarin aku santap?" "Lho, Zef. Mami lupa ngasi tahu kamu. Jika nasi goreng itu dimasak oleh salah satu putri dari Om Fidel. Sudah-sudah nanti malam aja kamu kenalan dengan mereka. Mami mau ke salon dulu." Lalu Nyonya Clement pun, berlalu dari situ.Sejenak Zefki berpikir perkataan ibunya Jika nasi goreng itu adalah buatan salah satu putri d
Pembicaraan pun berlanjut, Tuan Kenan menjelaskan jika kedatangan mereka untuk melamar Raceh sebagai istri Zefki. Disaat semua sibuk membicarakan tentang acara demi acara yang akan dilaksanakan, sesekali Raceh melirik Zefki. Untuk melihat bagaimana reaksinya. Akan tetapi Raceh tidak menemukan jawabannya. Yang dirinya lihat, pemuda itu terlihat santai seperti tanpa beban. Sangat berbeda dengan Raceh yang sangat takut akan sebuah ikatan pernikahan. Apalagi menikah dengan pria yang belum pernah dirinya kenal sebelumnya.Bahkan di meja makan pun pembicaraan tetap berlanjut. Raceh seakan berat untuk menghabiskan makanan dalam piringnya. Padahal semua makanan yang dia masak terasa enak bagi orang lain tapi tidak baginya. Lagi-lagi Raceh melirik Zefki. Pria itu makan dengan lahap seakan tak peduli dengan semua pembicaraan ini.Setelah makan malam, semua terlihat santai di ruang keluarga sambil mencicipi cake buatan Raceh yang rasanya sangat enak. Sementara Zefki sedang menerima panggilan t
"Tempo hari, saat Lo nabrak punggung gue, apa Lo kehilangan sesuatu?" Tanya, Zefki.Sejenak Raceh berpikir. Lalu menjawab perkataan Zefki, "Iya, Tuan Muda. Saya kehilangan kotak makan siang, berisi nasi goreng." Sahut, Raceh. "Yup tepat sekali! gue mau nanya kenapa bekal Lo itu, bisa sampai di meja gue?" Tanyanya lagi, sambil menatap tajam kearah Raceh.Namun sebelum Raceh hendak menjawab. Asisten sutan mengatakan, jika dia yang meletakkan kotak bekal itu di atas meja Zefki. Lalu Asisten Sutan mengarahkan Zefki untuk melihat sesuatu dari laptop.akhirnya Zefki tahu kenapa kotak bekal milik gadis itu, bisa ada di atas mejanya."Gue, lapar. Apakah Lo bisa memasak nasi goreng seperti itu, lagi?" "Bi ... bisa, Tuan Muda. Tapi saya tidak memiliki bahan-bahan untuk membuatnya." "Hhhm, berpikir Lo, Sut! Bagaimana caranya gue bisa mendapatkannya!" Namun disaat Sutan hendak menjawab, ponsel Zefki berbunyi. Di layar, ada nama ibunya, Mami Clement. Zefki lalu buru-buru menjawab, Zefki"Iya
Sepanjang perjalanan pulang dari butik, Raceh terus memikirkan perkataan, Zefki. Akan tetapi dia tidak menemukan jawabannya. Ingin sekali dia bertanya pada Zefki yang duduk di sebelahnya. Namun pria itu sedang menutup mata terlelap dalam tidurnya. Sesampainya di parkiran utama, Zefki turun dari mobil dan menuju lift khusus, tanpa menunggu Raceh turun. Lalu dia pun turun dari mobil. Sekretaris Risa menjelaskan kepada Raceh jika dirinya sudah di kondisikan situasinya, saat tadi meninggalkan divisinya.Lalu sebelum masuk lift, Raceh meminta nomor ponsel Asisten Sutan. Sekretaris Risa lalu memberi sebuah kartu nama kepadanya.Raceh pun melangkah ke dalam divisinya. Terlihat para rekan kerjanya sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Lalu Raceh pun mencoba menghubungi Asisten Sutan, melalu pesan singkat.Raceh : "Siang, Asisten Sutan."Asisten Sutan : "Ya, Nona. Ada yang saya bisa minta bantu?"Raceh : "Begini, Asisten Sutan. Bisakah Anda menanyakan kepada Bapak CEO, utang saya itu a
Mobil Zefki pun sampai di kantor. Dia dan Asisten Sutan langsung berjalan menuju lift khusus CEO.Sesampai di ruangannya, Zefki langsung duduk di meja kerjanya.Di atas meja sudah tersedia sekotak nasi goreng buatan Raceh. Zefki pun membuka kotak itu dengan perlahan, seketika bibirnya tertarik keatas menampilkan senyum yang menyilaukan, nasi goreng itu ditata dengan apik mirip seperti wajah orang yang sedang tersenyum dan hal itu menarik perhatiannya. Dia pun mengambil ponselnya dan mengabadikan nasi goreng itu melalui kamera ponsel miliknya dan menjadikannya sebagai wallpaper layar utama hp-nya.Tiba tiba saja Asisten Sutan berdehem. Melihat apa yang sedang dilakukan oleh sang atasan."Apa, Lo!" Ketusnya."Maaf, Tuan Muda. Barusan saya mendapatkan informasi dari Sekretaris Risa, jika siang ini Tuan Muda dan Nona Raceh akan fitting baju pengantin. Nyonya Clement sedang menunggu di butik."Zefki menjawab, "Okay ...." sambil mulai menikmati nasi goreng itu.Siang hari,Disaat Raceh sed
Malam harinya, Raceh mencoba mengirim pesan kepada Zefki. Namun dia bingung mau bilang apa.Tiba tiba ponsel Raceh berbunyiada nomor tak di kenal, namun sepertinya dia mengenal nomor itu, dan ternyata pesan itu dari Zefki.Ada foto masuk di galery ponselnya. Foto sekotak nasi goreng yang isinya telah habis.Dia pun langsung tahu jika itu dari Zefki.Raceh memandang lama layar ponselnya, dia bingung mau jawab apa kepada pria itu.Sementara Zefki masih dalam perjalanan menuju ke Jakarta. Dia tiba-tiba merasa gugup. Kenapa hanya dengan memandang kotak nasi goreng kosong, itu. Zefki langsung mengingat Raceh, dan tanpa sengaja jarinya menekan tombol kirim, dan jadilah pesan terkirim kepada gadis itu. Zefki hendak menghapusnya. Namun pesan itu keburu dibaca oleh Raceh."Shit!" Zefki mengumpat dari bangku belakang.Asisten Sutan melirik dari kaca depan,"Are you okay, Tuan Muda?""Tauk, ah! Pasti dia semakin besar kepala! Lebih cepat Lo, nyetirnya! Gue udah ngerasa gerah bgt! Pingin mandi!"
Malam pun semakin larut, para tamu undangan semakin sedikit. Mereka mulai meninggalkan gedung itu. Sebagai pertanda, jika acara hajatan pernikahan Zefki dan Raceh telah selesai. Yang tersisa tinggal orang-orang kepercayaan Zefki saja. Tak terkecuali Sekretaris Risa dan Asisten Sutan, mereka semua berkumpul di sebuah ruangan mewah di hotel itu.Raceh sedikit merasakan kelelahan karena dari tadi dia terus berdiri.Saat ini, dia sedang duduk diapit oleh Mami Santi dan Mami Clement. Lalu Nyonya Clement berkata kepadanya, "Sayang, nanti kamu ikut Sekretaris Risa, ya. Dia akan menunjukkan kamar mu dengan Zefki, suamimu." Raceh pun menjawab, "Iya ... Tante." "Lho, Sayang. Jangan manggil, Tante. Kamu sekarang sudah menjadi menantu, Mami."Iya ... Maaf, Mi." Ujar Raceh, gugup.Lalu Nyonya Clement kemudian menyuruh Sekretaris Risa, untuk menuntun Raceh menuju ke kamar president's suite di hotel tersebut, yang khusus di sediakan untuk kedua mempelai.Raceh pun mulai memeluk kedua orang tu