Minggu siang, Grace kembali dari dinas luar kota. Sesampai di rumah dia melepas kangen dengan kedua orang tuanya. Mereka pun makan siang bersama dengan menu spesial yang dimasak oleh Raceh.
Setelah selesai makan siang, Ayah mereka, Tuan Fidel berkata, jika nanti malam mereka semua harus berkumpul di ruang keluarga. Karena ada sesuatu hal yang penting yang hendak dibicarakan. Dikamar Raceh, "Ra, apa sih yang mau dibicarakan oleh Papi? Kayaknya serius banget deh." Seru Grace, sambil berbaring di ranjang adiknya. Lalu Raceh menjawab, "Mungkin saja tentang perjodohan itu, Kak. Soalnya kemarin siang ada teman Papi yang mampir ke rumah kita." "Wah jadi itu benar ya, Ra? Mami bilang, Tante itu tertarik sama kamu, ya? Cie yang nggak jomblo lagi." Tukas Grace, sambil tersenyum kearah adiknya. "Ih apaan sih, Kak. Aku belum memikirkan untuk menikah. Kenal sama orangnya aja belum. Tapi aku juga nggak bisa apa-apa jika dengan cara itu bisa membuat perusahaan Papi bangkit lagi. Mau nggak mau aku harus melakukannya." Ucapnya, sedih. Grace pun merasa kasihan dengan adiknya lalu dia pun memeluknya. mereka saling menguatkan. Raceh menumpahkan perasaannya dalam pelukan sang kakak. "Ra, apakah kakak harus melakukan sesuatu, agar perjodohan ini tidak terjadi?" Seru, Grace. "Jangan, Kak. Jangan lakukan apapun, aku tidak mau terjadi sesuatu dengan perusahaan Papi." Raceh, menjawab kakaknya. Malam pun tiba, Tuan Fidel, istri dan kedua putrinya telah berkumpul di ruang keluarga. Tuan Fidel pun mulai menjelaskan kepada putrinya tentang perjodohan itu dan bagaimana ketertarikan Keluarga Harold kepada si bungsu, Raceh "Raceh, Sayang."bagaimana pendapat kamu?" Tanya Nyonya Santi, kepada Raceh. Namun yang menjawab adalah, Grace. " Pi, Mi, apa tidak ada cara lain untuk menyelamatkan perusahaan Papi? Raceh kan belum mengenal siapa yang dijodohkan ke dia, Mi. Lagian belum tentu orang tersebut tertarik juga ke Raceh, seperti kedua orang tuanya." "Grace, bukannya Papi dan Mami mau mengorbankan adikmu, tapi cuma ini jalan satu satunya, dan perusahaan Papi mulai bangkit karena campur tangan dari Sahabat Papi itu." Seru, Tuan Fidel. "Kak, aku tidak keberatan kok, Kak." Ucap, Raceh. "Benarkah, Sayang? Seru, Nyonya Santi. "Iya, Mi." Raceh pun tertunduk, menjawabnya. Wajah Tuan Fidel mengiba dengan jawaban putrinya. Sang ayah langsung beranjak dan memeluk putrinya, "Terimakasih, Putriku. Papi dan Mami pastikan Zefki itu, anak yang baik dan penuh tanggung jawab. Dia adalah lelaki yang tepat untuk mendampingi mu." "Zefki itu siapa, Pi? Tanya, Grace. "Oh, iya. Zefki itu, adalah pria yang akan dijodohkan kepada adikmu. Namanya, Zefki Harold." Nyonya Santi, yang menjawab. "Ya sudah, ini sudah malam. Kita tidur, besok kan hari kerja dan mengenai pembicaraan selanjutnya, kita tunggu dari keluarga Om Kenan Harold." Seru Tuan Fidel, lalu dijawab anggukan oleh kedua putri dan istrinya. Di dalam kamar, Nyonya Santi dan suaminya berbincang bincang tentang perjodohan itu, "Pi ... Mami lihat ada segurat kesedihan di mata Raceh, tadi. "Papi tahu kok, Mi. Papi juga merasakan itu. Tapi Keluarga Harold sudah banyak membantu kita di perusahaan. Lagian kita sudah tahu bagaimana Nak Zefki itu, Papi yakin banget dia mampu membahagiakan putri kita." Seru, Tuan Fidel. Di kamar Raceh, Disaat dirinya hendak tidur, Grace mengetuk pintu kamar adiknya, "Ra, bukain dong." "Iya, Kak. Sebentar ..." Lalu Raceh pun beranjak, dan membuka pintu kamarnya, "Ra, kakak tidur di sini ya, bareng kamu." "Iya, Kak. Boleh." Seru, Raceh. Lalu mereka pun berbaring sambil ngobrol. "Ra, kamu beneran nggak pa-pa?" "Nggak pa-pa. Kok, Kak." "Tapi, Ra. Wajah mu kok sedih, gitu?" "Nggak pa-pa, Kak." Seru, Raceh. Mencoba bersikap biasa saja. "Ra, jika kamu tidak nyaman dengan perjodohan itu. Kakak bisa bantuin bilang ke Papi dan Mami." Tukas Grace, menimpali perkataan Raceh. "Nggak kok, Kak. Aku terima perjodohan ini dengan hati iklas. Kakak jangan berpikiran yang bukan-bukan. Ya udah kita tidur, aku sangat ngantuk, kan besok kita juga kerja." Lalu Raceh mencoba memejamkan matanya. Tapi tidak dengan Grace. Sang kakak merasa jika adiknya menyembunyikan kesedihannya. Jauh di lubuk hatinya, Grace merasa iba karena adiknya dijodohkan dengan pria yang sama sekali dia tidak kenal. Namun Grace tidak bisa berbuat apa-apa karena ini juga menyangkut perusahaan ayah mereka. Senin pagi, Raceh berangkat dari rumah menuju kantornya yang terletak di pusat kota Jakarta, menggunakan sepeda motor matiknya. Raceh melaju dengan cepat menyusuri jalanan kota Jakarta, tepat pukul tujuh pagi, dia sampai di pelataran parkir kantor tersebut. Raceh pun memarkir sepeda motornya dan berjalan menuju lobi. Terdengar bisik-bisik karyawan lain jika hari ini CEO baru akan mulai berkantor di kantor cabang utama dan hal itu terdengar sayup di telinga Raceh. Sementara di parkiran utama terlihat seseorang keluar dari mobil dengan tampilan yang maskulin, berkaca mata hitam dan berbadan tegap yang sedang juga menuju lobi. Disaat bersamaan Raceh yang sibuk membolak-balik isi tasnya. Untuk mencari telepon selulernya yang berbunyi. Secara tidak sengaja menabrak punggung pria tegap itu. "Aduh ...." Seru Raceh, dia berusaha mengendalikan berat tubuhnya agar tidak jatuh. Tapi pria tegap itu dengan cekatan berbalik menangkap tangan Raceh. Lalu pria itu berkata, "Jika berjalan mata dipakai, itu gunanya mata untuk melihat!" Pria itu berkata, dengan melepas setengah kaca matanya dan menatap tajam kearah Raceh yang tiba tiba takjub dengan ketampanan pria itu. Seketika pria itu melepas tangannya dari lengan Raceh. Yang membuatnya tersadar atas lamunannya dan berkata, "Maaf, Tuan. Saya tidak sengaja." Ucap Raceh, sambil menundukkan kepala. Namun pria itu, berlalu saja tanpa menoleh kearah Raceh. Lalu Raceh dihampiri oleh seseorang yang tak lain adalah asisten pribadi, pria yang tadi ditabrak punggungnya oleh Raceh. "Nona, lain kali hati-hati dalam melangkah. Jangan sampai masalah sepele bisa membuat Anda dikeluarkan dari perusahaan ini!" "Maafkan saya, Tuan. Saya benar-benar tidak sengaja menabrak Tuan yang tadi. Mohon maafkan kesalahan saya." Raceh pun memohon kepada Sutan, sang asisten. Namun Sutan hanya berlalu, tanpa mengucapkan satu kata pun. Raceh segera masuk ke dalam kantor menekan tombol enam di lift, lantai tempat dia bekerja. Saat Sutan hendak masuk ke dalam lift khusus petinggi perusahaan, seorang sekuriti berlari menuju kepadanya, "Maaf, Pak. Ini tadi terjatuh. mungkin milik Bapak yang tadi memakai kaca mata hitam." Sutan pun berpikir, jika pria yang memakai kaca mata hitam tadi adalah Zefki. "Sekuriti ini belum mengenal CEO yang baru." Pikir Sutan, dalam hatinya. Terlihat sebuah bungkusan plastik, lalu Sutan pun mengecek isinya. Ternyata kotak makanan transparan berisi nasi goreng. Sutan berpikir lagi, jika Bosnya memang sangat menyukai nasi goreng. Lalu Sutan pun meraih bungkusan tersebut dan berlalu menuju lift, tepat di lantai paling atas lift terbuka dan dia pun melangkah menghampiri Sekretaris Risa dan berkata, "Pagi, Sekretaris Risa. Apakah Tuan Muda, Zefki ada di ruangannya?" "Maaf, Asisten Sutan. Tuan Zefki sedang meeting kilat dengan para kepala divisi, mungkin lima belas menit lagi selesai." Ucap, Sekretaris Risa. "Baiklah, saya akan menunggu di dalam ruangan Tuan Muda." Seru, Asisten Sutan. Sutan pun masuk menunggu Zefki. Dia lalu meletakkan bungkusan nasi goreng itu, di atas meja. Zefki sangat kaget dengan kedatangan Sutan. Sejak kapan dia pulang ke Jakarta. Yang Zefki tahu jika Sutan sedang dinas di luar kota. Sutan pun menjelaskan jika dia sampai di Jakarta, kemarin siang. Pagi ini, dia mulai menjalankan tugasnya. " Ya sudah, Sutan. Lo sekarang, urus tuh para divisi semuanya. Lo suruh mereka buat laporan kerja selama ini. Sungguh sangat kacau! Bikin kepala gue mumet!" Perintah, Zefki. "Baik, Tuan Muda. Saya permisi dulu." Lalu Sutan pun berlalu dari hadapan, atasannya. Tiba tiba perut Zefki keroncongan pagi ini. Lalu dia menatap bungkusan makanan di atas mejanya, dan melihat isinya ternyata nasi goreng. Karena tadi pagi Zefki buru-buru berangkat ke kantor, dia melupakan sarapannya. Zefki pun membuka kotak nasi goreng tersebut, ternyata aromanya sama, dengan nasi goreng yang tadi malam dirinya makan. Zefki berpikir jika sang mami pasti telah menyuruh kurir untuk mengirim nasi goreng yang tadi malam dirinya minta bikinin lagi sama Bik Yati. Lalu dengan lahap, Zefki pun menghabiskan nasi goreng tersebut karena sangat enak dan di tambah dia juga kelaparan. Di tempat lain, Raceh baru sadar, disaat jam makan siang tiba. Dia kembali membolak balik tasnya tapi tidak menemukan kotak nasi goreng yang tadi dirinya masak dari rumah, untuk bekal makan siangnya. Dengan terpaksa Raceh pun ikut ajakan teman-temannya untuk makan di kantin perusahaan. padahal dia mau menghemat uang sakunya bulan ini.Seminggu telah berlalu, hari ini tepatnya hari Sabtu. Zefki terlihat sedang melakukan exercise di ruang khusus yang dipenuhi alat olah raga, terlihat peluh memenuhi sekujur tubuhnya membuat penampilannya semakin seksi saja. Tiba-tiba pintu ruangan itu di dorong dari luar, terdengar suara sang mami, "Zefki ... apa kamu di dalam?""Iya, Mi." Jawabnya. "Jangan lupa, ya? Nanti malam kita ke rumah Keluarga Om Fidel.Kita diundang makan malam di sana. Sekalian kamu kenalan dengan putri-putrinya." Seru Nyonya Clement, mengingatkan sang putra."Baiklah, Mi." Seru, Zefki pasrah. "Tapi, Mi. Bisa nggak siang ini, Bik Yati masakin nasi goreng yang kayak kemarin aku santap?" "Lho, Zef. Mami lupa ngasi tahu kamu. Jika nasi goreng itu dimasak oleh salah satu putri dari Om Fidel. Sudah-sudah nanti malam aja kamu kenalan dengan mereka. Mami mau ke salon dulu." Lalu Nyonya Clement pun, berlalu dari situ.Sejenak Zefki berpikir perkataan ibunya Jika nasi goreng itu adalah buatan salah satu putri d
Pembicaraan pun berlanjut, Tuan Kenan menjelaskan jika kedatangan mereka untuk melamar Raceh sebagai istri Zefki. Disaat semua sibuk membicarakan tentang acara demi acara yang akan dilaksanakan, sesekali Raceh melirik Zefki. Untuk melihat bagaimana reaksinya. Akan tetapi Raceh tidak menemukan jawabannya. Yang dirinya lihat, pemuda itu terlihat santai seperti tanpa beban. Sangat berbeda dengan Raceh yang sangat takut akan sebuah ikatan pernikahan. Apalagi menikah dengan pria yang belum pernah dirinya kenal sebelumnya.Bahkan di meja makan pun pembicaraan tetap berlanjut. Raceh seakan berat untuk menghabiskan makanan dalam piringnya. Padahal semua makanan yang dia masak terasa enak bagi orang lain tapi tidak baginya. Lagi-lagi Raceh melirik Zefki. Pria itu makan dengan lahap seakan tak peduli dengan semua pembicaraan ini.Setelah makan malam, semua terlihat santai di ruang keluarga sambil mencicipi cake buatan Raceh yang rasanya sangat enak. Sementara Zefki sedang menerima panggilan t
"Tempo hari, saat Lo nabrak punggung gue, apa Lo kehilangan sesuatu?" Tanya, Zefki.Sejenak Raceh berpikir. Lalu menjawab perkataan Zefki, "Iya, Tuan Muda. Saya kehilangan kotak makan siang, berisi nasi goreng." Sahut, Raceh. "Yup tepat sekali! gue mau nanya kenapa bekal Lo itu, bisa sampai di meja gue?" Tanyanya lagi, sambil menatap tajam kearah Raceh.Namun sebelum Raceh hendak menjawab. Asisten sutan mengatakan, jika dia yang meletakkan kotak bekal itu di atas meja Zefki. Lalu Asisten Sutan mengarahkan Zefki untuk melihat sesuatu dari laptop.akhirnya Zefki tahu kenapa kotak bekal milik gadis itu, bisa ada di atas mejanya."Gue, lapar. Apakah Lo bisa memasak nasi goreng seperti itu, lagi?" "Bi ... bisa, Tuan Muda. Tapi saya tidak memiliki bahan-bahan untuk membuatnya." "Hhhm, berpikir Lo, Sut! Bagaimana caranya gue bisa mendapatkannya!" Namun disaat Sutan hendak menjawab, ponsel Zefki berbunyi. Di layar, ada nama ibunya, Mami Clement. Zefki lalu buru-buru menjawab, Zefki"Iya
Sepanjang perjalanan pulang dari butik, Raceh terus memikirkan perkataan, Zefki. Akan tetapi dia tidak menemukan jawabannya. Ingin sekali dia bertanya pada Zefki yang duduk di sebelahnya. Namun pria itu sedang menutup mata terlelap dalam tidurnya. Sesampainya di parkiran utama, Zefki turun dari mobil dan menuju lift khusus, tanpa menunggu Raceh turun. Lalu dia pun turun dari mobil. Sekretaris Risa menjelaskan kepada Raceh jika dirinya sudah di kondisikan situasinya, saat tadi meninggalkan divisinya.Lalu sebelum masuk lift, Raceh meminta nomor ponsel Asisten Sutan. Sekretaris Risa lalu memberi sebuah kartu nama kepadanya.Raceh pun melangkah ke dalam divisinya. Terlihat para rekan kerjanya sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Lalu Raceh pun mencoba menghubungi Asisten Sutan, melalu pesan singkat.Raceh : "Siang, Asisten Sutan."Asisten Sutan : "Ya, Nona. Ada yang saya bisa minta bantu?"Raceh : "Begini, Asisten Sutan. Bisakah Anda menanyakan kepada Bapak CEO, utang saya itu a
Mobil Zefki pun sampai di kantor. Dia dan Asisten Sutan langsung berjalan menuju lift khusus CEO.Sesampai di ruangannya, Zefki langsung duduk di meja kerjanya.Di atas meja sudah tersedia sekotak nasi goreng buatan Raceh. Zefki pun membuka kotak itu dengan perlahan, seketika bibirnya tertarik keatas menampilkan senyum yang menyilaukan, nasi goreng itu ditata dengan apik mirip seperti wajah orang yang sedang tersenyum dan hal itu menarik perhatiannya. Dia pun mengambil ponselnya dan mengabadikan nasi goreng itu melalui kamera ponsel miliknya dan menjadikannya sebagai wallpaper layar utama hp-nya.Tiba tiba saja Asisten Sutan berdehem. Melihat apa yang sedang dilakukan oleh sang atasan."Apa, Lo!" Ketusnya."Maaf, Tuan Muda. Barusan saya mendapatkan informasi dari Sekretaris Risa, jika siang ini Tuan Muda dan Nona Raceh akan fitting baju pengantin. Nyonya Clement sedang menunggu di butik."Zefki menjawab, "Okay ...." sambil mulai menikmati nasi goreng itu.Siang hari,Disaat Raceh sed
Malam harinya, Raceh mencoba mengirim pesan kepada Zefki. Namun dia bingung mau bilang apa.Tiba tiba ponsel Raceh berbunyiada nomor tak di kenal, namun sepertinya dia mengenal nomor itu, dan ternyata pesan itu dari Zefki.Ada foto masuk di galery ponselnya. Foto sekotak nasi goreng yang isinya telah habis.Dia pun langsung tahu jika itu dari Zefki.Raceh memandang lama layar ponselnya, dia bingung mau jawab apa kepada pria itu.Sementara Zefki masih dalam perjalanan menuju ke Jakarta. Dia tiba-tiba merasa gugup. Kenapa hanya dengan memandang kotak nasi goreng kosong, itu. Zefki langsung mengingat Raceh, dan tanpa sengaja jarinya menekan tombol kirim, dan jadilah pesan terkirim kepada gadis itu. Zefki hendak menghapusnya. Namun pesan itu keburu dibaca oleh Raceh."Shit!" Zefki mengumpat dari bangku belakang.Asisten Sutan melirik dari kaca depan,"Are you okay, Tuan Muda?""Tauk, ah! Pasti dia semakin besar kepala! Lebih cepat Lo, nyetirnya! Gue udah ngerasa gerah bgt! Pingin mandi!"
Malam pun semakin larut, para tamu undangan semakin sedikit. Mereka mulai meninggalkan gedung itu. Sebagai pertanda, jika acara hajatan pernikahan Zefki dan Raceh telah selesai. Yang tersisa tinggal orang-orang kepercayaan Zefki saja. Tak terkecuali Sekretaris Risa dan Asisten Sutan, mereka semua berkumpul di sebuah ruangan mewah di hotel itu.Raceh sedikit merasakan kelelahan karena dari tadi dia terus berdiri.Saat ini, dia sedang duduk diapit oleh Mami Santi dan Mami Clement. Lalu Nyonya Clement berkata kepadanya, "Sayang, nanti kamu ikut Sekretaris Risa, ya. Dia akan menunjukkan kamar mu dengan Zefki, suamimu." Raceh pun menjawab, "Iya ... Tante." "Lho, Sayang. Jangan manggil, Tante. Kamu sekarang sudah menjadi menantu, Mami."Iya ... Maaf, Mi." Ujar Raceh, gugup.Lalu Nyonya Clement kemudian menyuruh Sekretaris Risa, untuk menuntun Raceh menuju ke kamar president's suite di hotel tersebut, yang khusus di sediakan untuk kedua mempelai.Raceh pun mulai memeluk kedua orang tu
Pagi hari jam enam pagi Raceh terbangun. Dia mendapati tubuhnya ditutupi selimut. Padahal seingatnya tadi malam, dirinya tidur tanpa menggunakan selimut.Raceh menyibakkan selimut dan melihat bagian tubuhnya, ternyata baju yang di gunakan masih utuh. Itu berarti tidak terjadi apa-apa tadi malam. Bersamaan dengan itu, Zefki keluar dari kamar mandi, dengan rambut basahnya. Sepagi itu, dia harus mandi karena lagi-lagi alat tempurnya kembali berulah. Tegak berdiri hanya dengan melihat Raceh yang sedang tertidur. Ada hasrat ingin menerkam istrinya itu. Tapi apa daya, Zefki hanya bisa melakukannya dengan bermain solo."Selamat pagi, Tuan Muda. " Raceh menyapa Zefki dengan suara khas orang yang baru bangun tidur. Namun suara Raceh, di telinga Zefki bagai alunan syair lagu yang merdu. Sang istri pun duduk dengan balutan selimut di tubuhnya.Zefki tidak menjawab. Melirik pun tidak, dia sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil yang menempel di lehernya, hal itu membuat Raceh malu-malu