Sepanjang perjalanan pulang dari butik, Raceh terus memikirkan perkataan, Zefki. Akan tetapi dia tidak menemukan jawabannya. Ingin sekali dia bertanya pada Zefki yang duduk di sebelahnya. Namun pria itu sedang menutup mata terlelap dalam tidurnya. Sesampainya di parkiran utama, Zefki turun dari mobil dan menuju lift khusus, tanpa menunggu Raceh turun. Lalu dia pun turun dari mobil. Sekretaris Risa menjelaskan kepada Raceh jika dirinya sudah di kondisikan situasinya, saat tadi meninggalkan divisinya.Lalu sebelum masuk lift, Raceh meminta nomor ponsel Asisten Sutan. Sekretaris Risa lalu memberi sebuah kartu nama kepadanya.Raceh pun melangkah ke dalam divisinya. Terlihat para rekan kerjanya sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Lalu Raceh pun mencoba menghubungi Asisten Sutan, melalu pesan singkat.Raceh : "Siang, Asisten Sutan."Asisten Sutan : "Ya, Nona. Ada yang saya bisa minta bantu?"Raceh : "Begini, Asisten Sutan. Bisakah Anda menanyakan kepada Bapak CEO, utang saya itu a
Mobil Zefki pun sampai di kantor. Dia dan Asisten Sutan langsung berjalan menuju lift khusus CEO.Sesampai di ruangannya, Zefki langsung duduk di meja kerjanya.Di atas meja sudah tersedia sekotak nasi goreng buatan Raceh. Zefki pun membuka kotak itu dengan perlahan, seketika bibirnya tertarik keatas menampilkan senyum yang menyilaukan, nasi goreng itu ditata dengan apik mirip seperti wajah orang yang sedang tersenyum dan hal itu menarik perhatiannya. Dia pun mengambil ponselnya dan mengabadikan nasi goreng itu melalui kamera ponsel miliknya dan menjadikannya sebagai wallpaper layar utama hp-nya.Tiba tiba saja Asisten Sutan berdehem. Melihat apa yang sedang dilakukan oleh sang atasan."Apa, Lo!" Ketusnya."Maaf, Tuan Muda. Barusan saya mendapatkan informasi dari Sekretaris Risa, jika siang ini Tuan Muda dan Nona Raceh akan fitting baju pengantin. Nyonya Clement sedang menunggu di butik."Zefki menjawab, "Okay ...." sambil mulai menikmati nasi goreng itu.Siang hari,Disaat Raceh sed
Malam harinya, Raceh mencoba mengirim pesan kepada Zefki. Namun dia bingung mau bilang apa.Tiba tiba ponsel Raceh berbunyiada nomor tak di kenal, namun sepertinya dia mengenal nomor itu, dan ternyata pesan itu dari Zefki.Ada foto masuk di galery ponselnya. Foto sekotak nasi goreng yang isinya telah habis.Dia pun langsung tahu jika itu dari Zefki.Raceh memandang lama layar ponselnya, dia bingung mau jawab apa kepada pria itu.Sementara Zefki masih dalam perjalanan menuju ke Jakarta. Dia tiba-tiba merasa gugup. Kenapa hanya dengan memandang kotak nasi goreng kosong, itu. Zefki langsung mengingat Raceh, dan tanpa sengaja jarinya menekan tombol kirim, dan jadilah pesan terkirim kepada gadis itu. Zefki hendak menghapusnya. Namun pesan itu keburu dibaca oleh Raceh."Shit!" Zefki mengumpat dari bangku belakang.Asisten Sutan melirik dari kaca depan,"Are you okay, Tuan Muda?""Tauk, ah! Pasti dia semakin besar kepala! Lebih cepat Lo, nyetirnya! Gue udah ngerasa gerah bgt! Pingin mandi!"
Malam pun semakin larut, para tamu undangan semakin sedikit. Mereka mulai meninggalkan gedung itu. Sebagai pertanda, jika acara hajatan pernikahan Zefki dan Raceh telah selesai. Yang tersisa tinggal orang-orang kepercayaan Zefki saja. Tak terkecuali Sekretaris Risa dan Asisten Sutan, mereka semua berkumpul di sebuah ruangan mewah di hotel itu.Raceh sedikit merasakan kelelahan karena dari tadi dia terus berdiri.Saat ini, dia sedang duduk diapit oleh Mami Santi dan Mami Clement. Lalu Nyonya Clement berkata kepadanya, "Sayang, nanti kamu ikut Sekretaris Risa, ya. Dia akan menunjukkan kamar mu dengan Zefki, suamimu." Raceh pun menjawab, "Iya ... Tante." "Lho, Sayang. Jangan manggil, Tante. Kamu sekarang sudah menjadi menantu, Mami."Iya ... Maaf, Mi." Ujar Raceh, gugup.Lalu Nyonya Clement kemudian menyuruh Sekretaris Risa, untuk menuntun Raceh menuju ke kamar president's suite di hotel tersebut, yang khusus di sediakan untuk kedua mempelai.Raceh pun mulai memeluk kedua orang tu
Pagi hari jam enam pagi Raceh terbangun. Dia mendapati tubuhnya ditutupi selimut. Padahal seingatnya tadi malam, dirinya tidur tanpa menggunakan selimut.Raceh menyibakkan selimut dan melihat bagian tubuhnya, ternyata baju yang di gunakan masih utuh. Itu berarti tidak terjadi apa-apa tadi malam. Bersamaan dengan itu, Zefki keluar dari kamar mandi, dengan rambut basahnya. Sepagi itu, dia harus mandi karena lagi-lagi alat tempurnya kembali berulah. Tegak berdiri hanya dengan melihat Raceh yang sedang tertidur. Ada hasrat ingin menerkam istrinya itu. Tapi apa daya, Zefki hanya bisa melakukannya dengan bermain solo."Selamat pagi, Tuan Muda. " Raceh menyapa Zefki dengan suara khas orang yang baru bangun tidur. Namun suara Raceh, di telinga Zefki bagai alunan syair lagu yang merdu. Sang istri pun duduk dengan balutan selimut di tubuhnya.Zefki tidak menjawab. Melirik pun tidak, dia sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil yang menempel di lehernya, hal itu membuat Raceh malu-malu
"Apa yang ingin Lo katakan?" Tanya Zefki, kepada Raceh. "Begini, Tuan Muda. Hari ini kan cuti saya habis, besok saya sudah harus mulai bekerja." Ucapnya. "Oh, begitu? Apa Lo lupa siapa pemilik perusahaan di mana Lo bekerja?" Zefki seketika menatap tajam, ke arah istrinya."Ma ... maaf, Tuan Muda. Makanya saya ngomong langsung kepada Anda, kalau besok, saya sudah mulai bekerja. Karena saya tahu, Anda lah, pemilik perusahaan itu.""Cih! Jika gue nggak izinin Lo kerja, emang Lo mau ngapain?" Serunya, meremehkan Raceh.Namun Raceh langsung membantahnya, "Maafkan saya, Tuan Muda. Anda bisa melarang saya untuk tidak melakukan hal lain. Ta-pi tolong jangan larang saya bekerja. Karena dengan bekerja saya bisa menabung dan membantu papi menyelesaikan masalah keuangan di perusahaan." Raceh menundukkan kepalanya, dan memohon kepada suaminya."Ha-ha-ha." Seketika, Zefki tertawa. "Jadi Lo pikir gue di jodohkan ke Lo karena apa, hah! Jangan munafik Lo jadi orang!" Lagi-lagi, Zefki tidak habis p
"Oh, dia ...." Ucap, Raceh tercekat."Saya, Su ...." Zefki ingin menjelaskan siapa dirinya sebenarnya.Namun Raceh lebih dulu memotong kalimat yang akan disampaikan oleh suaminya."Ini, Mas Zefki. Sepupu saya. Tepatnya sepupu jauh."Zefki yang hendak memperkenalkan dirinya sebagai suami Raceh, namun buru-buru sang istri menjawab, jika Zefki adalah sepupunya. Mendengar hal itu, sang suami pun, menatap tajam ke arahnya."Kenalin ke kita dong, Ra." Ucap, Cika. "Wah mohon maaf banget. Sepupu saya ini, sudah bertunangan.I-ya, sudah bertunangan." Seru Raceh, meyakinkan kedua temannya. "Yah ... sayang sekali. Ganteng-ganteng sudah ada yang punya!" ujar Yuki, kecewa."Eh tapi ada pepatah mengatakan, jika janur kuning masih belum melengkung, persaingan tetap jalan, dong!" Seru Cika, semangat. " Oh, no! Itu tidak bisa. Sepupu saya ini, sangat sayang dengan tunangannya. Iya kan, Mas Zef?" Raceh mencoba mengedipkan matanya ke arah Zefki, untuk memberi kode agar sang suami menyetujui apa yang
Pagi hari tepat pukul setengah enam. Raceh terbangun. Lagi-lagi dia kaget dengan selimut yang ada di sekujur tubuhnya. Lalu Raceh menengadahkan pandangannya di sekeliling kamar, mencari Zefki namun tidak ada. Raceh pun keluar dari kamar dan melangkah menuju dapur."Selamat pagi, Bibik." Sapanya, kepada Bik Yati. Raceh ingin membantu Bik Yati di dapur. "Pagi, Non. Lho, kok Nona ke sini? Biar Bibik saja yang masak." Tukas, Bik Yati."Nggak apa-apa kok, Bik. Biar saya bantuin Bibik pagi ini. Biasanya Mas Zefki sarapan apa, Bik? Raceh kembali bertanya kepada Bik Yati, sambil memotong-motong wortel. "Tuan muda ... suka nasi goreng, Non." "Ya sudah, Bik. Biar saya saja yang masak nasi gorengnya." Lalu, Raceh pun mulai berkutat di dapur mempersiapkan segala bahan-bahan yang akan dipakai, untuk memasak nasi goreng. Sedangkan Bik Yati, sibuk dengan pekerjaan dapur lainnya.Saat itu, Zefki yang telah selesai exercise, tinju pagi ini. Sedang berjalan menuju ke dapur karena mencium aroma nas